Chapter 3: Awal Kematian Misterius

34 2 0
                                    

Baik Mamoru maupun Saori tidak mampu berkata lebih banyak dan mereka mulai saling berpandangan. Lenka menatap pemandangan yang tak biasa dari kedua teman barunya dan melirik ke arah Riki sejenak.

Grak!!!

Pintu tersebut tertutup dengan sendirinya dan Riki masih tetap pada posisinya "Kenapa kalian tidak mau menjawab? Apa kalian takut padaku?" Tatapan Riki jauh lebih menusuk dari sebelumnya.
"Hoshikawa-san, tolong hentikan.... "
"Padahal aku sudah berada di sini selama 24 tahun lamanya."
"Cukup, Hoshikawa-san!!!"

Lenka memegang lengan kiri Riki untuk menahan sang vampire tersebut bertindak lebih jauh. Manik biru safir milik gadis bersurai coklat tersebut menatap manik merah milik Riki dengan tatapan serius. Mamoru dan Saori mulai mengerti ucapan pemuda bersurai hitam tersebut.

"Kalau bukan kau dalangnya, lalu siapa yang melakukannya?"

Manik merah milik Riki mulai menyala dan menatap kedua manik yang berbeda warna tersebut "Seseorang yang ingin melenyapkan kita dan membuat kegelapan di SMA Akatsuki."
"Apa ada kaitannya dengan kejadian 24 tahun yang lalu?"
"Ya."

Wush....

Surai milik mereka berempat berhembus melalui salah satu jendela yang pecah tersebut. Suasana ruangan kembali tegang dan terlihat keheningan di ruang tersebut. Manik hijau milik Mamoru langsung membulat sempurna karena apa yang dikatakan Riki berbeda dengan yang dirumorkan di SMA Akatsuki.

"Lenka, apa itu benar?" Mamoru menoleh ke arah Lenka yang masih berpegangan tangan tersebut.
"Ya, Aonuma-san."

Hening sejenak....
Jeda lama sekali....

"Lalu, kenapa kau bisa ada di sini?"
"Etto.... anoo.... " Lenka tidak mampu berkata lebih banyak lagi karena dia sudah ketahuan oleh kedua temannya.
"Lenka merusak kenop pintunya."

Jawaban Riki membuat Mamoru dan Saori tercengang dan menoleh ke arah Lenka dengan tatapan hening sedangkan Riki hanya diam saja.

"Ternyata kau cukup menakutkan, Lenka."
"Ya, kau benar, Mamoru-san."

Dalam sekejap mata, raut wajah Lenka berubah menjadi malu. Dia bersembunyi di belakang Riki karena malu. Riki hanya tertawa kecil melihat reaksi gadis bersurai coklat tersebut.

"Kau seperti Hazuki saja."
"Ho-Hoshikawa-san!!!" Wajah Lenka berubah menjadi merah padam dan memasang ekspresi cemberut.
"Hahaha.... "

Crash!!!
Kriet!!!

Kedua telinga milik mereka berempat mendengar suara yang cukup asing di telinga mereka. Tiba-tiba, manik merah milik Riki membulat sempurna dan diapun keluar dari ruangan tersebut.

"Haruskah kita mengikutinya?" Saori terlihat ragu dengan tindakan Riki.
"Ya, kita harus mengikutinya."

Dengan cepat, ketiga remaja tersebut berlari mengikuti langkah Riki keluar dari ruangan tersebut. Beberapa menit kemudian, langkah mereka bertiga terhenti di sebuah ruangan yang tak asing bagi mereka.

"Ruang olahraga?" Mamoru menatap tak percaya dengan tempat pemberhentian mereka.
"Mungkinkah di sini.... "
"Argh!!!"

Ketiga remaja tersebut mendengar sebuah suara teriakan dan tanpa berpikir panjang, mereka masuk ke dalam ruang olahraga. Mereka menatap seorang gadis bersurai ungu tergantung di atas ringan basket. Tubuh gadis tersebut penuh luka dan bersimbah darah. Manik biru safir milik Lenka langsung membulat sempurna melihat gadis tersebut.

"Crystalisia-san.... " Lenka menutup mulutnya sendiri melihat pemandangan tersebut.
"Ke-kenapa bisa begini?" Lalu, Mamoru menoleh ke arah Riki "Hoshikawa Riki, apa ini ulahmu?"
"Bukan, ini bukan aku yang melakukannya." Riki hanya menatap ke depan dan tanpa sadar, manik merahnya mulai menyala "Aku tidak tahu nama gadis itu."
"Lalu, siapa lagi, Riki-san?" Saori akhirnya berbicara setelah sekian lama diam
"Entahlah, ini masih misteri sampai sekarang."

The School of Darkness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang