Rumah keluarga Sakumora....
Cklek!!!
"Aku pulang, Ayah, Belle."
Lenka melepas sepatunya dan berjalan ke arah dalam rumah. Manik biru safir miliknya menatap ke arah pria bersurai yang setara dengannya dan bermain hijau muda "Ayah, apa Ayah tidak menyadari kehadiran Lenka?"
"Ah, maaf, Lenka. Ayah tidak tahu kau sudah pulang." Manik hijau muda milik pria tersebut menatap putrinya yang baru saja datang "Ganti baju dan makan, Lenka. Ayah sudah menyiapkan sebuah masakan untukmu dan Belle."
"Umm.... Baiklah, Ayah."Lenka berjalan ke arah kamarnya, sementara pria tersebut melanjutkan pekerjaannya. Pria tersebut adalah Sakumora Hazuki, ayah Lenka sekaligus mantan murid SMA Akatsuki 24 tahun yang lalu. Manik hijau muda milik Hazuki menatap foto seorang wanita bersurai hitam dan bermanik biru safir di atas meja laci.
"Inori, andai kau masih hidup, mungkin kau bisa melihat pertumbuhan putri-putri kita, Lenka dan Belle. Mereka sudah bisa memahami situasi diri mereka di luar sana."
Tap tap tap....
Manik hijau muda miliknya beralih pada gadis bersurai hitam sebahu dan bermanik yang setara dengan dirinya "Ah, kau rupanya, Belle. Ada apa, sayang? Apa ada masalah?"
"Ayah, aku mendengar suara Kakak. Apa Kakak sudah pulang?" Gadis yang bernama Belle tersebut menatap ayahnya dengan tatapan penuh harapan.
"Ya, Belle. Kakakmu ada di kamarnya."
"Asyik!!!" Dan Bellepun berlari ke arah kamar Lenka untuk memastikan kakaknya ada di dalam kamar dengan ceria khasnya.
"Hati-hati, Belle." Hazuki hanya tersenyum kecil melihat kelakuan putri bungsunya "Dasar Belle. Sudah SMP, masih seperti anak 5 tahun."Bruk!!!
Kedua telinga Hazuki menangkap sebuah suara yang tidak asing baginya "Belle, Ayah sudah bilang untuk hati-hati."
("Bukan Belle, Ayah!!! Suaranya dari kamar Kakak!!!")Hazuki terkejut mendengar ucapan Belle dan berlari ke arah kamar Lenka. Di depan pintu kamar Lenka terdapat Belle yang sama terkejutnya dengan dirinya. Melihat keterkejutan Belle, Hazuki langsung mengetuk pintu kamar Lenka "Lenka, buka pintunya, Sayang."
("Buka saja, Ayah!!! Pintunya tidak Lenka kunci!!!")Dengan sekuat tenaga, Hazuki membuka pintu kamar Lenka. Manik hijau muda milik Hazuki dan Belle menatap Lenka yang tengah ketakutan tersebut. Jendela kamar Lenka pecah dan ada gumpalan batu yang dibungkus kertas tergeletak di lantai.
"A-ada apa, Lenka?" Hazuki menghampiri Lenka yang menggigil ketawa "A-ada apa, Nak?"
"A-ada yang mengirim surat berdarah pada Lenka." Dengan gemetar, Lenka menunjuk ke arah batu tersebut.
"Surat berdarah?" Manik hijau muda milik Hazuki menoleh ke arah batu tersebut "Belle, tolong kau lihat apa isinya."
"Baik, Ayah."Belle memungut kertas yang membungkus batu tersebut dan manik hijau muda miliknya membaca setiap kata yang tertulis di kertas tersebut "Nee, Kakak.... "
"Ya, Belle?"
"Apa kakak pernah melakukan sesuatu yang membahayakan nyawa Kakak sendiri?" Manik hijau muda milik Belle terlihat membulat sempurna dan menoleh ke arah mereka berdua "Soalnya surat ini mengatakan bahwa Kakak membuka pintu ruang terkutuk di sekolah baru Kakak."Lenka teringat pertemuan tak sengajanya dengan Riki "Apa mungkin karena ruangan perpustakaan lama itu?"
"Perpustakaan lama, Lenka?" Hazuki menatap Lenka tak mengerti.
"Iya, Ayah. Perpustakaan jasad Hoshikawa Riki dibuang. Lenka penasaran dengan ruangan yang dianggap terkutuk itu."Hening sejenak....
Jeda lama sekali...."Sebaiknya kita keluar dari sini dulu. Soal pecahan kaca di kamarmu, biar Ayah yang bersihkan, Lenka." Hazuki menatap kedua putrinya sejenak "Ayah tidak mau kalian terluka."
"Baik, Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The School of Darkness (END)
KorkuRiki Hoshikawa, seorang siswa yang tewas karena racun 24 tahun yang lalu telah menjadi rumor menakutkan bagi sekolahnya, SMA Akatsuki selama bertahun-tahun dan kini dirinya menjadi bayangan kegelapan dan meninggalkan misteri bagi Lenka Sakumora, mur...