SMA Akatsuki, Class 2-4....
Grak!!!
Pintu kelas 2-4 terbuka dan menampakkan Lenka, Mamoru dan Saori. Mereka bertiga menatap heran tatapan horor seisi kelas. Terlihat ada yang ketakutan dan ada yang menangis histeris.
"Ada apa ini?" Mamoru membuka suara untuk mengetahui apa yang tengah terjadi pada kelas mereka.
"Yu-Yukio.... "
"Yukio? Memangnya apa yang terjadi pada Yukio?"
"Lihatlah ke luar."Mereka bertiga melangkahkan kaki mereka ke arah jendela yang terhubung dengan dunia luar. Manik mereka bertiga yang berbeda warna tersebut langsung membulat sempurna melihat tubuh Yukio yang terkapar di tanah dan darah menggenang di sekitar jasad tersebut.
"Kyaa!!!" Saori langsung menjerit histeris melihat kejadian tersebut dan menyembunyikan wajahnya di depan Mamoru.
"A-apa-apaan ini??!! Ke-kenapa bisa begini??" Mamoru terlihat sama syoknya dengan Saori. Lalu, manik hijau miliknya menatap ke arah seisi kelas "Kenapa dengan Yukio? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"
"Kami juga tidak tahu, Mamoru. Tiba-tiba, tubuh Yukio bergerak sendiri dan diapun langsung melompat dari jendela."Lenka mendadak kaku melihat pemandangan tersebut dan manik biru safir miliknya melirik ke arah pemuda yang berdiri di bangku milik Yukio. Pemuda tersebut menatap hampa Lenka.
"Ki-Kirishima-san.... "
"Lenka, apa kau baik-baik saja?" Mamoru memegang bahu Lenka yang tegang tersebut "Ternyata banyak hal yang tidak kita ketahui sampai sekarang."
"Ya, kau benar, Aonuma-san."
"Biar tim SAR yang menangani jasad Yukio-san, Lenka-san. Kau tidak perlu menyalahkan diri atas kematiannya." Saori berusaha menghibur Lenka semampunya "Ini jelas bukan salahmu maupun Riki-san."
"Terima kasih, Aozora-san." Akhirnya Lenka tersenyum meskipun rasanya sakit sekali.****
Kirishima Yukio
Sebuah makam yang bertuliskan nama siswa yang tewas tersebut. Seluruh penghuni kelas 2-4 berdoa untuk ketenangan arwah Yukio, termasuk Lenka, Mamoru dan Saori.
"Aku tidak menyangka kau pergi secepat ini, Kirishima-san. Kita baru saja berteman, namun kau begitu cepat meninggalkan kami semua." Tanpa sadar, air matanya menetes begitu cepat "Kau benar, Hoshikawa-san."
"Lenka, ayo kita pulang sebelum gelap."
"Umm.... Baiklah."Mereka semua pergi meninggalkan malam Yukio. Saat hendak keluar dari pemakaman, tiba-tiba bulu kuduk Lenka menemani dan angin yang terlihat suram tersebut menghembus surai coklatnya.
("Temukan pelakunya, Lenka-chan.... ")
" Kirishima-san?" Lenka terkejut mendengar sebuah suara yang tidak asing baginya.
"Lenka, apa kau baik-baik saja?"
"Umm.... Ya, aku baik-baik saja." Dengan cepat, Lenka tersadar dari lamunannya "Ayo kita pergi."Dan ketiga remaja tersebut pergi meninggalkan pemakaman....
****
Sementara itu, pemuda bersurai hitam tersebut menatap bulan purnama dari balik jendela ruangan yang kini ditempatinya tersebut. Manik merah miliknya menatap tenang ke arah bulan purnama tersebut.
"Selama 24 tahun, bukannya selesai malah semakin parah saja."
Wush....
"Riki-senpai, apa kita perlu turun tangan untuk melakukannya?"
"Tidak perlu, Mayaka. Kita hanya turun tangan jika keadaan semakin parah."
"Umm.... Baiklah."Dan suasanapun kembali tenang....
****
"Polisi sudah mengidentifikasi korban dan ternyata hasilnya nihil, Lenka-san."
"Aneh sekali, Saori. Tidak ada tanda-tanda hipnotis pada Yukio."
KAMU SEDANG MEMBACA
The School of Darkness (END)
TerrorRiki Hoshikawa, seorang siswa yang tewas karena racun 24 tahun yang lalu telah menjadi rumor menakutkan bagi sekolahnya, SMA Akatsuki selama bertahun-tahun dan kini dirinya menjadi bayangan kegelapan dan meninggalkan misteri bagi Lenka Sakumora, mur...