Besok adalah jadwal liburan mereka, mumpung orang tua Jimy ga di rumah jadi mereka memutuskan untuk saling diskusi di rumah Jimy karena mengingat kejadian tadi malam yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
Sebelumnya mereka sudah pulang ke rumah masing masing pada malam itu juga, dan pagi ini saat nya mereka membahas list holiday yang akan mereka lakukan dan maksud kegiatan Papa nya Qaram lakukan tadi malam.
Di ruang tamu, Jimy dan teman teman nya tampak terduduk frustasi dan gamup alias gagal move on dari ingatan tadi malam terkecuali Qaram.
Qaram yang saat itu bersandar di sofa menyilangkan tangan di dada mulai mencairkan suaranya.
'Mendehem aja dulu kali, ya? Ga ada yang mau buka suara dari tadi', batin Qaram
"Ehemm." suara Qaram begitu berat dan menarik perhatian Liwa.
Hanya Liwa yang menoleh ke arah Qaram, dan mereka pun mengunci pandangan mereka satu sama lain.
"Sssttt." jari telunjuk Liwa ditempelkan ke arah bibirnya menandakan Qaram harus diam dulu.
Melihat tingkah mereka, Qaram menjadi tidak sabaran dan harus mengunci diri untuk berbicara. Qaram tiba tiba menggemprak meja kayu jati yang ada di hadapan nya dan sontak mereka terkejut hingga Terga memegangi dadanya.
Qaram langsung berdiri dan menaikkan tangan dan mengarahkan jari telunjuk nya seperti ingin menantang mereka semua yang notabene adalah teman sekaligus sahabat dekat nya sendiri.
"Lu pada kenapa sih baru gitu aja!! Ini juga demi kebaikan lu semua!! Lu ga mau kan kalo ada apa apa di jalan, atau waktu udah nyampe disana, atau bahkan kalian gak bisa pulang!!" Qaram mendengus kesal dan menarik nafas dalam melanjutkan perkataan nya.
Bugghh
Pukulan keras mendarat tepat di sudut bibir bawah Qaram dan meninggalkan bekas memar merah yang begitu jelas.
Nafas Jerry memburu menghadapi sikap Qaram yang seakan memulai suatu peperangan. Dan dia tertunduk lesu karena baru ini dia berani menghajar sahabat nya itu.
"Harusnya kalian ngerti." kini suara Qaram melembut seakan memberi pengertian khusus.
"Ya tapi ga gini gini juga, Ram!!" tatapan Jerry begitu menyita perhatian Qaram bahwa perbuatan ini seharusnya tidak mereka lakukan.
Posisi kedua nya saling bertatapan hingga yang lain mendongakkan kepala nya hanya untuk melihat mereka berdebat.
Jimy yang saat itu merupakan pemilik rumah hanya menjadi perwakilan kepada mereka yang ingin penjelasan lebih dalam dari Qaram sendiri.
"Yaudah. Oke gue minta maaf kalo ini terlalu berlebihan menurut kalian. Tapi menurut bokap gue, ini tuh udah mode aman banget dan paling sederhana. Lu pada gamau kan kalo pake ritual pengorbanan darah??
Qaram menghela nafas sembari mengusap wajah nya yang dihiasi jambang halus itu dengan kasar. "Gue yakin lu pasti jijik."
Ohokk ohokk
Sera memegangi leher nya dan menunjukkan ekspresi batuk nya yang membuat mereka menoleh ke arah Sera.
"Ya ampun gue haus banget, gue ke dapur dulu ngambilin minum."
Hening.
Semua mematung dan tatapan kosong setiap orang dari mereka mulai mendominasi pikiran masing masing.
Sera datang membawa nampan yang diisi dengan jus jeruk dingin dan biskuit kering yang di ambil nya dari lemari Jimy.Tiba tiba saja Jimy terduduk di lantai yang beralaskan karpet tebal khas Turki itu dan mengambil biskuit yang tersedia di meja.
"Loh, ini biskuit gue, Ra. Wah parah lu main ambil aja cemilan gue." ujar Jimy yang mengangkat biskuit nya ke atas membanggakan kelezatan dari rasa biskuit itu yang memanjakan lidah.
Sera hanya tersenyum mengejek dan melanjutkan memakan cemilannya.
Liwa yang saat itu sudah risih dengan tampilan Qaram yang berantakan mulai peka dan berinisiatif mengambil air kompresan dan segera duduk di samping Qaram.
"Ram, gue obatin ya luka lu."
"Eh iya, Wa. Thank's ya." Qaram tersenyum mendapat perhatian dari Liwa padahal harapan nya Sera lah yang harusnya melakukan ini.
Setelah luka Qaram diobati, dia melanjutkan minta maaf nya kepada mereka semua yang berkumpul disini.
"Iya sorry juga tadi udah mukul lu, Ram. Abisnya gue parnoan yang beginian, apalagi lu marah marah kaya tadi ngegeprak meja segala. Gue kasihan juga sih tadi abis mukul lu gitu sampe memar, pasti perih ya. Ram." Jerry menjelaskan dengan susah payah karena dia menganggap sahabatnya itu sebagai keluarga nya sendiri.
"Kita udah lama banget sahabatan, gue gamau cuma karena hal yang seharusnya baik buat kita malah dipermasalahin panjang lebar." ujar Sera sambil menggigit biskuit nya.
Semua hanya mengangguk dan mulai menerima apa yang telah terjadi pada mereka.
Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di kemudian hari jika kita masih saja berjalan sendirian, maka dari itu rangkullah orang lain dalam kehidupan mu krna kita adalah makhluk sosial. Menjaga berarti mengunci suatu hubungan yang telah digariskan dan disampul dalam sebuah kepercayaan.
"Yaudah yang penting kita jalani ini sama sama, saling ngejaga dan jangan ada yang lebih mentingin kepentingan masing masing. Gue dan bokap gue akan memberikan perlindungan yang maksimal saat kita liburan nanti." Senyuman Qaram kini merekah dan memberikan aura positif di ruangan itu
Mereka semua mulai yakin dan mengiyakan tanda setuju pada keputusan Qaram untuk melindungi mereka.
Hari sudah menjelang sore dan Jimy menyuruh mereka untuk segera pulang dan bersiap siap esok pagi untuk berkumpul di rumah Qaram.
Semua sudah pulang, tinggallah Jimy dan pembantu nya di rumah. Tetapi saat itu pembantunya sedang ada keperluan lain di luar. Saat memasuki ruang tengah dimana mereka berkumpul tadi, Ia berniat akan membereskannya sendiri. Namun, saat mengambil biskuit yang masih tersisa, Ia yakin bahwa tadi tersisa lima, tetapi mengapa kini tinggal tiga?
Tak berapa lama suara cangkir jatuh dari dapur, Jimy bergegas mencari sumber suara dan saat itulah ia tengah melihat pembantunya sedang memakan biskuit tadi sembari kehausan hingga cangkirnya terjatuh.
"Bibi ngapain?"
"Makan biskuit." suara Bibi terdengar datar dan tetap berdiri di depan lemari nya itu membelakangi Jimy.
"Ohh, kok gak diambil aja semua nya sama piring nya."
Bibi hanya diam saja mengunyah biskuit nya. Dan Jimy merasa heran ada apa dengan Bibi nya itu. Jimy pun meninggalkan Bibi nya yang tengah memakan cemilannya.
Dan saat kembali lagi ke ruang tengah, Ia dapati Bibi nya tengah membereskan piring dan gelas jus teman temannya.
"Loh, Bibi kok disini?" Tanya Jimy heran sambil celingak celinguk menunjuk ke arah dapur.
"Kan Bibi baru pulang dari luar, eh tadi juga liat temen Aden udah pada pulang. Yaudah Bibi masuk, dan lagi bersihin ini."
Detak jantung Jimy kini tak beraturan seperti sehabis lari marathon, "Hahhh ja-jadi tadii siappa, Biiiii?????!!!"
Tbc
10 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Terrorist of The Book [HIATUS]
Mystery / Thriller[On Going] Hidup Jimy penuh dengan ketegangan dan teror dari sebuah buku. Hanya untuk beristirahat saja ia tak bisa. Pikiran nya selalu terganggu dan bayangan hitam kerap muncul dalam kepala nya. Apakah yang sebenarnya terjadi? Akankah hidup Jimy ak...