Sinar matahari mulai memasuki sudut-sudut ruangan kamar Qaram sedangkan Ia masih saja betah membenamkan wajah nya yang seperti Zayn Malik itu di hamparan selimutnya yang terlihat acak.
Cih. Dasar lelaki.
Kringgg
Alarm kini mulai mengusik nya, membangunkan dari alam mimpi nya yang begitu menyeretnya lebih dalam. Memutar badan menjadi telentang adalah kebiasaan bangun tidurnya sebelum ia duduk dan bangkit untuk bersiap mandi.
Terlihat di sudut nakas nya sudah tertata rapi tas dan perlengkapan menginap di rumah Paman nya nanti.
Terdengar hentakan kaki dengan suara khas sepatu seseorang yang sangat Ia hafal sekali, Ayah nya, Robi.
Pintu terbuka dan menampakkan sosok Ayah nya yang sudah sangat kece, hensem and soo coollll kini menatap diri nya dengan menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap Qaram yang masih telentang di atas kasurnya yang bermotif Batman itu.
"Masih betah ya, Ram." Ucap Robi dengan suara bariton nya.
"Heemm."
"Bangun!!" sentak Ayah nya. Robi memutuskan untuk menghampiri kasur Qaram dan duduk di pinggiran nya. "Kamu tuh ya, udah jam berapa ini. Kasihan tuh si Sera nungguin kamu." Robi tersenyum mengejek membuang muka ke arah jendela yang tersinari sinar matahari itu.
Qaram langsung terbangun terduduk di samping Papa nya. Kening Qaram berkedut heran. Tangan nya mengadah mengekspresikan menandakan arti tanya, "Loh, kok Papa tau?? Eh, maksud Qaram Kenapa bahas Sera, gitu."
Robi menoleh ke arah Qaram dengan ekspresi wajah kecut dan memasang wajah lesu. "Kamu tuh ya, apa sih yang gak Papa tau tentang kamu, huh?" Robi menaikkan sebelah alis matanya.
Jari Qaram seakan menunjuk ke lain arah. "Ehhh, kebiasaan. Ini nihh, yang kaya gini nihh. Punya Papa tapi kepo level dewa."
"Ah sudah-sudah, kamu ga usah drama! Cepetan siap-siap, udah jam berapa ini molor terus kamu. Katanya anak jantan."
Qaram yang hanya memakai kaus Batman nya itu segera bergaya cool di depan Papa nya. "Huhh ya iya dong, Pa."
"Halahhh" ucap Robi sembari berlalu dan menutup pintu kamar.
Gemercik shower di kamar mandi seakan menjadi melodi di dalam kamar Qaram yang memiliki nuansa horor itu. Siulan menjadi kebiasaan yang tak bisa Ia hilangkan, karena itulah "teman" kasat matanya menyukai tingkah nya terlebih lagi wajah rupawan nya menjadi sebuah bonus bagi mereka yang disenyumin oleh seorang Qaram.
Tarik koper, tutup jendela kamar rapat-rapat, sepatu kets hitam putih menjadi kesukaan nya kini bertaut di kaki nya.
Qaram menuruni anak tangga yang terbuat kayu jati itu, kalau tidak membawa koper, bisa saja Ia meluncur di atasnya. "Yuk, Pa. Let's goo!!!"
"Makan dulu lah. Main ga go ga go aja kamu."
"Oke Boss." Saat hendak menyuap makanan ke mulut nya, gerakan Qaram terhenti saat Ia menyadari ada seperti bulu halus yang melambai-lambai di celana jeans hitam nya. 'Apa nih', batin Qaram.
Segera ia mengambil bulu itu dan melihat nya lebih teliti, sementara Robi melihat tingkah anaknya itu dengan heran. "Kenapa, Ram?? Kok gak dimakan?"
"Ini apa ya, Pa??" sambil menunjukkan bulu halus tadi ke arah Robi.
"Waduh, dapat darimana itu kamu." Robi segera bangkit dari tempat duduk nya dan hendak menyambar bulu tadi. "Siniin."
Qaram hanya menatap bingung Papa nya, dan lebih mementingkan makan nya daripada harus bertanya apakah itu sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scary Terrorist of The Book [HIATUS]
Mystery / Thriller[On Going] Hidup Jimy penuh dengan ketegangan dan teror dari sebuah buku. Hanya untuk beristirahat saja ia tak bisa. Pikiran nya selalu terganggu dan bayangan hitam kerap muncul dalam kepala nya. Apakah yang sebenarnya terjadi? Akankah hidup Jimy ak...