Bagian 8 - Mimpi 1

16 4 0
                                    

Entah kenapa hari ini begitu cerah atas apa yang telah kami alami kemarin malam. Aku duduk di gazebo milik Paman Qaram. Ya, kami telah tiba, emm lebih tepatnya liburan yang sesungguhnya telah dimulai sejak keberangkatan kami kemarin.

Suasanya sangat sulit digambarkan, bagaimana aku menceritakannya? Yang pasti suasana disini sangat dingin. Terbilang sejuk karena banyak pepohonan hijau nan rindang, terutama pohon beringin yang ada di halaman depan rumah Paman nya Qaram.

Gue nyalain video dari handphone sambil kaya lagi vlog tapi versi alay. "Sumpah, gue merinding banget guys. Liat nih pohon beringin nya aja udah begini'', ucap Jimy ke arah kamera nya.

"Eh busett, lu ngapain mijak kaki gue, masih di pake nih", celetuk Sera sambil membersihkan sepatu kets warna krim nya.

Sera yang sedari tadi memperhatikan Jimmy yang sedang merinding disko karena cuma melewati pohon yang adem itu, "Lu nge-vlog?"

Seketika Jimy menoleh ke arah suara, "Hah?"

"Hoh", Sera menaikkan lubang hidungnya ke arah Jimy. "Serah lu, deh, Jim."

Setelah mereka berdua capek berisik, tibalah di halaman teras depan rumah Paman Key.

Ckittttt

Entah mengapa mereka semua menoleh ke belakang dan terfokus pada gerbang utama rumah ini yang seakan menutup sendiri, kecuali Papa dan Paman.

Sera mengelus kedua lengan nya seperti kedinginan, "Tambah merinding disko lah gue, hiyy"

Qaram yang melihat itu langsung mengalihkan perhatian nya ke arah Sera dan menepuk-nepuk pundak nya.

Dan Paman hanya tersenyum dalam hati melihat tamu nya begitu polos. Sedangkan Liwa masih menggerutu terbakar cemburu sembari menaiki tangga teras.

"Ya sudah, kalian masuk ke kamar yang sudah disiapkan Paman Key ya. Papa ada urusan sama beliau."

"Siapp, Om", ucap mereka serentak.

Sera dan Liwa seperti biasa hanya berdua di kamar atas paling ujung. Sedangkan mereka ber-empat mendapat di bagian ujung lainnya, di lantai yang sama.

Sambil membawa barang, pikiran Liwa tengah kacau balau, tidak fokus dan hampir berulang kali tersandung di tangga.

'Disana, diujung sana seperti sangat gelap, namun tidak gelap. Hanya saja perasaan ku yang tak sedang bersinar.'

Mereka teralu sibuk untuk berkumpul kembali di lantai bawah. Keadaan yang memaksa mereka untuk lebih memahami 'apa yang kami lakukan?'. Terutama kamar mereka yang saling bersebrangan. "Kenapa harus dipojokan sihh", keluh Sera.

Liwa hanya menaikkan kedua bahu nya memberi isyarat tidak tahu.

Hingga terdengar pintu kamar cowo terdengar, Liwa dan Sera segera keluar dan mengikuti. Sera yang mepet ke arah Jimmy pun merasa tidak nyaman.

"Ngapain sih lu berdua? Ngikut bae" tanya Jimy.

"Lah serah gue dong"

"Berisik lu pada, ah" ketus Terga.

"Dih baru ngomong lu?? Kemaren diem-diem bae kaya nahan pup lu", balas Sera.

Tiba-tiba Qaram dan Liwa mencium aroma amis. Mereka saling menoleh sedang teman-temannya mengantri di belakang menunggu mereka turun.

"Ngapa berhenti sih, kaya ngantri sembako aja." protes Jimy yang diikuti oleh teman nya yang lain. "Lah iya, buruan jalan, ngapain bengong."

Liwa dan Qaram menoleh serentak dan telunjuk mereka mengarah ke bibir mengisyaratkan untuk diam. "Sttt."

Mereka mulai berjalan pelan sembari mencari apa yang membuat Liwa dan Qaram penasaran.

Jimy seketika merinding saat ada hawa dingin yang berhembus ke lehernya. 'Idih, apaan tuh. Ga beres nih kayanya.'

***

Robi menyeruput kopi hangat yang ditemani aura sejuk gazebo belakang rumah. Bertemankan Paman Key yang tengah sibuk dengan barang antiknya.

"Aku sebenarnya masih bingung sama Qaram dan teman-temannya. Nyari destinasi liburan kok aneh-aneh kaya gini." Kopi kembali diteguk dengan kenikmatan pelepas stres.

Paman Key menghela nafas, menepuk pundak Kakak laki-laki nya itu. "Ya biar saja lah. Namanya juga masih muda, jiwa petualang nya sedang membara." Paman menoleh ke arah Robi, "Kita juga dulu gitu kan?"

***

Kini enam sekawan itu hanya bisa menonton TV di ruang tengah. Mereka ramai, namun 'mereka' yang lainnya lebih ramai sedang menonton mereka.

"Yaelah, udah tidur aja ni anak." Protes Terga.

Liwa yang sedang asyik menonton pun sering terganggu oleh penunggu rumah yang berlalu lalang di depan nya.

'Pusing gue lama-lama liat lu semua!!'

Batin Liwa memberontak kasar. Namun, tak ingin dihabiskan untuk yang tidak penting.

Jam sudah menunjukkan waktu magrib, mereka bersiap-siap untuk sholat Magrib.

"Eh, lu melamun bae dari tadi ngapa 'sih?"

"Ya gak kenapa-kenapa. Emangnya gue kenapa?"

"Kagak. Aneh aja lu."

Jimy sebenarnya tengah risih, dia tidak fokus pada ibadahnya. Hanya karena mimpi aneh yang dialami sore tadi. Entah karena dia tidur sore menjelang magrib atau apapun itu.

Haruskah ia bercerita?

tbc

14 September 2019

Scary Terrorist of The Book [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang