Bagian 12 - Barbeque

7 2 0
                                    

Setelah makan siang, semua teman Jimy memilih untuk bermain di taman belakang, terkecuali diri nya.

Jimy tengah duduk di sisi ranjang, kamar ini terlihat luas dengan nuansa ungu tua. Ia menyentuh benang merah yang melilit tangan nya. Sejak malam itu, mungkin iya.

"Ini apa sih, ga bisa di lepas, lagi." ucap Jimy dengan kesendirian nya. Seketika angin panas berhembus di ruangan ini, namun Jimy menghiraukannya.

Jimy langsung merogoh saku kiri nya, dan mendapati benda segi enam itu. Saat kedua benda itu bersentuhan, benang yang melilit tangan nya seketika lepas dan malah melilit benda itu.

Jimy yang menyadari hal itu, langsung meletakkan kedua benda itu di atas ranjang nya. Ia sontak mundur dan memancarkan aura takut.

Hal itu membuat para warga tak kasat mata berebut mendapatkan aura itu.

Makanan lezat, bodohnya manusia itu. Teriak para dedemit itu bergantian.

Bayang-bayang hitam mulai berusaha menampilkan wujud nya, walaupun ini siang hari, tak menutup kemungkinan 'mereka' akan hadir.

Jimy masih memfokuskan netra nya pada benang dan benda segi enam berwarna cokelat itu. Ia masih belum menyadari beberapa makhluk mulai memenuhi ruangan yang membuatnya semakin sesak.

Tangan Jimy mulai meraih kedua benda itu, entah kenapa ia memilih benang merah dan mulai mengikatkannya pada bolongan benda itu.

Entah Jimy melihat atau tidak, kedua benda itu semakin bertaut lebih erat. Hampir tidak bisa di pisahkan.

Dibawa nya benda itu dan memasukkannya ke dalam saku nya lagi. Ia berjalan keluar dari kamar itu, dan melewati para bayangan yang terlihat heran dan seakan tidak berguna.

"Woi, Jim! Darimana aja, lu?!" teriak Qaram dari sisi pohon besar itu.

Jimy setengah berlari menuju ke tempat teman-teman nya yang sedang beristirahat di bawah rindang nya pohon besar yang entah apa namanya.

"Kalian ngapain aja, sih? Gue tadi lagi ke kamar bentar." Jimy mengarahkan pandangan nya pada Sera yang sedang mengipas-ngipaskan tangan nya tanda gerah.

Jimy mengambil daun lebar yang jatuh di atas rumput itu, mulai mengipaskan ke arah Sera. "Enak??"

Sera yang memejamkan matanya, hanya mengangguk-ngangguk, tidak peduli siapa yang melakukan, dia hanya menikmatinya.

Qaram yang melihat itu menjadi ikut 'panas'. Apaan, sih? Qaram mulai mengipasi Sera juga, mereka terlihat saling berebut.

"Woi! Kalian ngapain, sih?! Kaya ga ada kerjaan lain aja!" teriak Liwa.

"Lah, dia duluan, Wa! Ngapain ngikut-ngikut gue, coba!" ujar Jimy yang membusungkan dadanya pada Qaram.

"Serah gue, dong! Sera itu punya gue!"

Sera menutup telinga nya, "Berisik!!"

Liwa yang duduk anteng di rumput itu menjadi tempat sandaran Sera. Sera dan Liwa sudah seperti adik kakak sejak mereka menginjakkan kaki di kampus itu.

Suasana hening sejenak.

"Malam ini kita Barbeque'an, yuk?" tanya Liwa.

Mereka terlihat menimbang-nimbang ide yang tidak biasa itu. Karena malam adalah hal yang mengerikan untuk mereka berada di luar rumah.

"Boleh di coba"

"Gak!"

"Kayaknya boleh di coba"

"Pliss, deh, gak!"

"Ram, lu, gimana?" Mereka semua memandangi Qaram selaku keponakan dari rumah ini mengambil keputusan.

Qaram menarik nafas pelan, "Oke."

Sera dan Jerry terlihat tidak bersemangat dan mulai berpikiran yang iya-iya.

"Tapi gue harus izin dulu sama Paman Key." ucapnya.

"Oke." jawab mereka yang mendukung serentak.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Paman Key sudah mengizinkan. Tetapi hanya satu yang belum mereka siapkan, tempat pemanggangan.

"Kayaknya Paman Key bilang ada di gudang, sih."

Jimy yang tengah menusuk beberapa makanan itu segera meninggalkan mereka dan pergi bersama Qaram dan Jerry.

Di sepanjang menuju gudang, Jerry terlihat gelisah. "Sebenarnya gue males banget, harus nya kita udah tidur-tidur santai ntar malem. Udah tau serem gini."

Qaram dan Jimy hanya diam dan terus berjalan menuju gudang. "Ram, kuncinya mana?" tanya Jimy.

"Nih."

Pintu terbuka, seketika mereka menutup hidung mereka dengan kerah kaos menyerupai masker.

Mereka mencari dan terus menyusuri isi ruangan itu. Penghuni gudang pun seakan terganggu kehadiran mereka, tetapi Qaram sudah mengetahui hal itu dari awal. Sehingga benda-benda yang ada di sana tidak terlalu nampak rusuh.

Saat Jimy berpencar dengan kedua teman nya itu, ia mendapati sebuah benda berwarna cokelat di balik sofa berwarna sama.

Itu apaan? Buku, kali, ya? Ia segera mengambilnya dan keluar lebih dulu dari sana. Ia menyembunyikan buku itu di balik lemari di luar ruangan itu.

Lalu, ia masuk kembali ke dalam gudang. Mendapati kedua temannya tengah tergopoh-gopoh membawa alat pemanggang itu, Jimy langsung mengulurkan tangan.

Qaram mengunci kembali ruangan itu, dan mengantongi nya. Jimy yang melihat hal itu terlihat lega. Andai dia tidak membawa keluar buku itu.

Sera menepuk tangannya sekali, "Yang ditunggui akhirnya datang juga."

Sebelum digunakan, mereka mencuci alat itu dan mulai menyiapkan bara api. "Ram, lu usir dulu kek dia. Risih gue liatnya!"

Sontak semua teman nya memandangi Liwa terkecuali Qaram. "Lu aja kali."

Kini mereka semua memandangi Liwa dan Qaram bergantian dengan muka paniknya. "Apasih??! Kalian ngomongin apa?? Siapaa yang bikin risih? Ha?"

"Iya, nih, Liwa. Apa sih?" tanya Sera yang mulai melingkari tangan Liwa.

Sebuah makhluk kerdil yang memiliki kuku rusak dan menghitam itu tengah duduk di antara tempat pemanggang itu tengah memainkan besi-besi di atasnya.

Qaram yang menyadari itu saat menemukan di gudang, tidak bisa mengusir nya karena takut di cakar olehnya. Siapapun tidak boleh menyentuh kepala nya.

Tiba-tiba Paman Key datang bersama Robi. Jerry yang membantu membawa alat itu mulai gemeteran, "Om, Paman, tolongin" suara nya terdengar lirih.

"Iya-iya tenang. Paman sudah tahu."

Sekali kibasan, makhluk itu langsung hilang dan tidak ada tanda-tanda terbakar.

Woah, hebat, pikir Liwa.

Mereka bisa barbeque'an dengan santai dengan adanya Paman Key disini, tetapi tidak sesantai dengan para penghuni pohon di dekat mereka.

tbc

21 Mei 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scary Terrorist of The Book [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang