Bagian 11 - Riadin (2)

5 2 0
                                    

"Bu! Adin mau main sekarang!!" teriak Riadin di pelataran rumah gaya arsitektur Belanda kuno itu.

"Sudah hampir malam, Nak. Besok pagi saja, ya, sayang ..." ucap ibunya dari ruang tengah menuju ke arahnya.

"Tapi teman Adin sudah menunggu disana! Adin sudah berjanji tadi siang, mereka akan membawakan sesuatu untuk Adin."

Riadin langsung pergi berlari meninggalkan rumah dan mencari teman-teman nya. Ibu yang sudah tidak sanggup untuk keluar lagi pun hanya bisa terduduk lemah karena jantung nya.

Brakk

Sebuah truk besar mengangkat bebatuan yang melaju kencang saat itu telah menabrak seorang gadis yang beranjak remaja. Tubuh nya terpental sejauh lima meter dari tempat nya berdiri.

Mereka, teman-teman Riadin tersenyum penuh kemenangan. Mereka berhasil membujuk Riadin dan serta merta mengajak nya masuk ke dimensi mereka.

"Riadin, kau sudah bersama kami. Ayo."

Ibu yang terkejut langsung berteriak histeris melihat anak semata wayang nya sudah tak bernyawa. Darah mengalir dari sisi kepala nya dan tulangnya kini tak menyatu di dalam.

Rusuk nya patah, darah mengalir dari lubang-lubang di hidungnya. Riadin merasa diri nya terbang meninggalkan raga yang tergolek di tanah. Warga lain semakin banyak yang berkumpul disana. "Aku kenapa?" tanya nya sembari terbang semakin menghindari raga nya.

Seseorang melihatnya disana, menatap Riadin. Pak Key yang sedang melintasi area kecelakaan dengan sepeda nya.

Lalu ia mengikuti Bapak tua itu. Namun, Pak Key melarang nya. Riadin tak berputus asa, ia terus saja memohon untuk ikut. Dia tidak ingin berada disini bersama teman-temannya yang ternyata bukanlah manusia. Mereka berubah menjadi wujud yang menakutkan.

Sampailah pada kediaman Pak Key yang hidup sendiri, tiada bertemankan siapapun. Tapi di rumah itu sebenarnya sangat ramai. Pak Key sudah capek melihat mereka semua disini.

Riadin akhirnya di izinkan untuk tinggal disini dan menempati pohon tua besar yang ada di samping rumah. Pohon itu banyak penghuni nya, sudah tiga. Dia yang ke empat.

"Tetapi ada satu syarat." Pak Key memarkirkan sepeda nya di bawah pohon rambutan yang di tanam di sisi lain.

Riadin tersenyum riang, "Apa itu, Pak?"

"Jika kau sudah disini, kau tidak akan bisa kemana pun keluar dari gerbang rumah ini. Kau hanya bisa berada di dalam area ini. Dan bila kau melanggar, kau akan terbakar."

Riadin sempat diam sejenak. Ia hanya bisa menikmati area di rumah ini. Walaupun memang terbilang cukup luas, pasti akan terasa sesak jika se ramai ini.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya terima."

Perjanjian itu sudah berjalan. Rumah besar dan kebun yang luas membantu Pak Key menjaga rumah nya dengan baik.

Setiap orang yang hendak melintas, tidak berani berlama-lama bahkan di depan gerbang.

Hingga pada saat itu, Qaram yang berusia sepuluh tahun datang bersama seorang pria dewasa. "Mungkin itu Papa nya. Mereka sangat mirip." ucap Riadin di atas pohon.

Qaram yang melihat sosok baru itu-pun langsung mendatangi pohon itu. "Hei, kau! Turun!" teriak Qaram.

Riadin tampak malu-malu. "Aku tidak mau!" katanya.

Tidak mau, ya?

Qaram mengangkat tangan kanan nya ke atas, mengarahkan telapak tangannya ke arah Riadin. Sontak membuat Riadin terasa panas dan seperti terbakar. "Hei! Kau apakan aku?!" tanya nya.

"Turun sekarang atau ku bakar!" ancam Qaram dari bawah.

"Baiklah! Baiklah!"

Akhirnya Riadin turun dan menatap takut Qaram. Ia melihat sebuah bayangan berada di belakang Qaram. Riadin semakin takut dan berjalan mundur menepi di sisi batang pohon.

"Tidak usah takut, ini penjaga ku." Qaram mengulurkan tangannya, "Aku Qaram. Kau siapa?"

Riadin membalas uluran tangan laki-laki itu, "Aku Riadin. Panggil saja Adin."

"Baiklah, sekarang kita berteman."

Riadin tersenyum, "Iya."

Riadin bercerita tentang masa lalu nya dan mengapa dia ada disini. Sedangkan Qaram hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

Setiap tahun Qaram berkunjung ke rumah Paman nya, dan selalu bertukar cerita dengan Qaram. Riadin sangat suka dengan Qaram.

"Tapi aku tidak bisa menyukai mu, kita hanya sebatas teman. Jangan pernah menyukai ku, lagi."

Riadin kecewa. Kali ini, Qaram tidak datang menemui nya. Dan, ternyata tahun berikutnya, ia tidak datang juga.

Riadin tetap menunggu dan menjadi korban bullying sosok lain yang berada di area itu, karena kekuatan Riadin menjadi sangat lemah.

"Qaram!!!" teriak Adin.

Qaram yang saat itu sedang duduk bersama Jimy, seketika bengong. Firasatnya mengatakan, ia harus kesana.

Gimana?? Masih kurang seru gak? Hahaha

Jangan lupa, tingkatkan jejak vote dan comment nya, ya!
Biar makin semangat up:D

tbc

14 Mei 2020

Scary Terrorist of The Book [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang