Bagian 10 - Riadin

9 3 2
                                    

Qaram tengah berjalan-jalan santai hanya untuk melihat keasrian rumah paman nya. Ia teringat pada saat masih berusia sepuluh tahun, ia bertemu dengan seorang teman baru. Tepat di balik pohon besar itu.

Setiap tahun pasti ia dan Papa nya menyempatkan diri untuk mengunjungi Paman nya yang hidup sebatang kara itu.

Qaram berdiri di depan pohon itu, angin pagi hari yang membuatnya sangat mood. Lalu ia duduk di akar-akar yang kekar merambat di atas permukaan tanah lembab itu.

Masih dengan celana pendek nya, bulu kaki nya kini merasakan sesuatu, seperti tersentuh. "Hih apa ini?" tanya Qaram sembari menggosok-gosok betis nya yang ditumbuhi bulu itu.

Sudah tidak salah lagi, teman nya kini tepat berada di belakang nya. Dengan rok cream nya, kedua tangan disilangkan ke belakang. Tersenyum menyambut seseorang yang ia rindukan.

"Riadin." panggil nya. Sosok itu tersenyum lembut di tempatnya berdiri. Dengan kaki kiri yang menapaki tanah, kaki kanan yang disejajarkan dengan tanah, Qaram tertawa kecil. "Qaram datang lagi?" tanya nya.

Namun, sudah dua tahun ini Qaram tidak datang. Riadin sudah menunggu dua puluh empat bulan lamanya. Hingga tibalah hari ini, hari yang tidak di sangka-sangka.

Riadin tidak bisa pergi kemana pun dari wilayah ini. Ia hanya bisa menunggu 'di rumah.'

Qaram hanya mengangguk kecil. Kini ia siap untuk berdiri dan menghadap Riadin. "Qaram sudah dewasa, ya, sekarang? Hik hik hik" Riadin tertawa kecil, tangannya menutupi mulutnya.

Tapi seketika wajah Riadin berubah menjadi datar, menunjukkan ketidaksukaan nya pada seseorang. Tangan nya menunjuk ke arah sana, "Qaram menyukai dia??"

Qaram menoleh ke belakang dan sedikit heran. Ia melihat Sera tengah melihat-lihat bunga yang tumbuh subur di samping rumah. "Iya, cantik, kan?" jawab Qaram seraya menampilkan senyum khas nya.

Riadin terdiam cukup lama, membuat Qaram sedikit bingung, "Tapi aku tidak suka." Tiba-tiba Riadin menunjuk jari telunjuknya lagi ke arah Sera, dan sontak membuat Qaram panik dan kesal karena duri itu menggores lengan Sera yang halus.

"Kamu apa-apaan Adin! Jangan pernah lagi kau sentuh dia!" teriak Qaram pada nya. Wajah Riadin seketika murung kembali, menunduk lesu dan takut. Lalu ia menghilang di balik pohon besar itu.

Qaram meninggalkan pohon itu, ia pikir, toh nanti dia muncul lagi kalau pengen ketemu. Harus dikenalin ke Liwa aja nih anak biar ada temen nya.

"Sera, kamu gak apa-apa?? Ini kena duri, ya? Kita obatin aja di dalam. Yuk-yuk" ajak Qaram menarik lengan Sera. Sera yang hanya merintih dan melihat tingkah nya hanya bisa pasrah dan diam menurut saja.

Diambil nya kotak P3K di kamar Qaram, lalu mengoleskan cairan obat dan menahannya dengan kapas. Qaram melihat sedikit percikan aura magis berwarna ungu di bekas luka nya. Seketika Qaram mengelus tangan Sera dan membuang nya. "Sudah."

"Eem, makasih, ya, Qaram." balas Sera grogi dan heran kenapa dia begitu panik, ini hanya insiden terkena goresan duri bunga saja.

Tangan Qaram mengelus lembut rambut Sera yang tertupi wajah nya dan menyelipkannya ke belakang telinga. "Sera, kamu kalau ada apa-apa, bilang sama aku, ya? Bisa?"

Sera langsung mengangguk. Tubuhnya menegang kaku, jarak antara dirinya dan Qaram hanya tiga puluh centimeter saja. Tangan Qaram yang kekar dan kuat itu menggenggam tangan nya yang halus.

Kala itu Riadin yang menyaksikan mereka dari atas pohon, di balik jendela itu sedang bermesraan,  "Riadin gak sukaa" ucapnya kesal.

Qaram yang mengetahui hal itu hanya bisa tersenyum dan menoleh ke arah pohon yang ada di luar jendela.

"Ya sudah, Sera ke dapur dulu, ya. Ingin menemani Liwa." Qaram mengangguk dan mengizinkan Sera untuk bangkit.

Riadin langsung duduk di samping Qaram, memainkan jari-jari nya disana. "Riadin. Benang mu mana?" tanya Qaram heran saat ia menyadari tangan temannya dahulu suka memainkan benang di pergelangan tangannya.

"Hilang. Jatuh entah dimana." jawabnya singkat. Qaram hanya diam dan mengikuti gerakan jari-jari Adin. "Tolong carikan, ya?" pintanya.

"Ram!!" panggil Jerry dari dalam kamar. Kini Qaram yang meninggalkan Riadin sendiri bersama kucing yang sedang mengeong di sampingnya.

tbc

12 Mei 2020

Scary Terrorist of The Book [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang