"Kamu adalah patah hati yang gak pernah aku sesali"
^
Sepeninggal Daniel, masih sempat-sempatnya Sejeong mematung di depan pintu apartemen Daniel. Setelah tersadar ia langsung berlari masuk ke apartemennya dan melompat-lompat tidak jelas di dalam sana.
Sebelum sebuah ketukan pintu menghentikan aktivitas gilanya itu.
Sejeong membukanya dengan gugup. Pria berbahu lebar itu kini berdiri tepat di depan matanya. Bahkan ia tidak pernah berada dengan jarak sedekat ini dengan pria pujaan hatinya itu.
"Butuh ini gak?" tanya Daniel sambil menggidikkan dagunya ke sebuah vacum cleaner yang ada dibawanya.
Sejeong bengong sebentar lalu menggeleng pelan.
"Nih," Daniel menyerahkan vacum cleaner itu pada Sejeong.
"Ma- makasih," sambut Sejeong gugup.
"Ada barang yang perlu dipindahin?"
Sejeong menggeleng lagi.
"Oke"
Daniel sudah ingin kembali ke apartemennya, kemudian berbalik kembali menghadap Sejeong.
"Kalau ada perlu, gak usah ngetok-ngetok pintu apartemen gue"
"Kenapa, kak?" tanya Sejeong reflek.
"Tinggal chat atau telpon aja. Lo punya nomer gue kan?"
Oh iya. Sejeong menyengir kecil dan mengangguk kikuk. Ini lama-lama Sejeong jadi kelihatan banget begonya di depan Daniel.
Tunggu! Ini kok Daniel tau Sejeong punya nomernya?
"Dan satu lagi. Jangan panggil gue 'kak' karna lo bukan satu dari deretan degem-degem gue,
"Lo kan calon istri gue"
Tante Cla, tolong ini anaknya ngalus sekaleh!
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam." Calon imam.
Hiyaaa.
^
"Pagi, kak-"Sejeong langsung kicep pas Daniel liatin dia tajam. Ia hampir lupa Daniel gak bolehin dia manggil dia dengan embel-embel 'kak'. Terus apa dong? 'Calon imam' gitu?
Detik berikutnya Daniel sama Sejeong udah diem-dieman dalam lift. Mana cuma berdua doang. Sunyi senyap. Daniel lagi sibuk sama hapenya. Sejeong? Sibuk mgurusin dadanya yang berdebarnya kenceng banget. Kalau kedengeran gimana ini! Sejeong panik sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fanfiction"Janji ya kamu gak boleh nikah kalau bukan sama aku?" Daniel Damaja x Sejeong Safitri