17

1.1K 190 14
                                    

Ada yang selalu menunggumu,
Ada yang selalu menyukaimu,
Jangan lepaskan!

^






Pria itu, Daniel Damaja, sempat mematung ketika kini menatapi Sejeong yang sudah berdiri di hadapannya, hingga tanpa sadar pandangannya mengabsen penampilan gadis itu dari atas sampai bawah.

"Astagfirullah, mama, mau bikin aku khilaf atau apa," celetuknya dalam hati, lalu segera menempatkan jas yang sengaja tak dipakainya, untuk menutupi bagian lengan Sejeong yang terbuka.

Padahal pakaian yang dikenakan Sejeong itu sudah terbilang cukup sopan, tapi emang Danielnya suamiable sekali, gak rela banget bagian tubuh calon istrinya dinikmati semua orang. Mana Sejeong jadi terlihat berkali lipat lebih cantik malam ini.

Daniel berdehem sebentar, sebelum menyodorkan tangan besarnya ke hadapan Sejeong, "Ayok!" ajaknya.

Sejeong tentu saja dengan senang hati menyambut uluran tangan itu, menempatkan tangannya berada dalam genggaman hangat pria itu.









Sejeong tak bertanya lagi Daniel mau mengajaknya ke mana. Kemana pun itu ia yakin sesuatu yang baik akan terjadi malam ini.

Dan dada gadis itu kembali berdebar tak karuan ketika Daniel menggandengnya memasuki sebuah rumah besar milik keluarganya.

"Nah ini dia bintang kita hari ini," sambut Clara, membuat pandangan semua orang yang sebelumnya sudah berkumpul di sana langsung tertuju pada pasangan itu.

Clara mengambil alih Sejeong dari Daniel, membawanya ke tengah banyak orang. Memang hanya sekitar belasan orang saja yang ada di sana, terdiri dari keluarga besar Daniel. Dan ada Dara juga bersama suaminya yang kini tersenyum lebar pada Sejeong.

Gadis itu tak dapat menutupi kekikukannya ketika kini semua mata tertuju padanya, bahkan banyak yang terang-terangan menunjukkan wajah tak senangnya. Ia merasa seperti akan disidang. Huhu, mama tolong!

"Perkenalkan semuanya, dia adalah Sejeong Safitri. Calon istri Daniel," Clara berbicara nyaring.

Pupil Sejeong melebar. Reflek ia melihat pada Daniel. Dan dari tempatnya berdiri, Daniel masih bisa menunjukkan wajah tenangnya, berbeda sekali dengan Sejeong yang sudah ingin teriak rasanya.

"Tahun depan mereka akan menikah," lanjut Clara yang membuat jantung Sejeong seakan melorot ke perut rasanya.

Sejeong menatapi Clara sungguh-sungguh. Dan sebuah senyuman lembut menjawab keraguan gadis itu.

"Selamat datang di keluarga Damaja, Sejeong," ucap ibu Daniel.

Sejeong masih tidak berkata-kata. Ia melihat ke arah Daniel lagi. Kali ini pria itu dengan sigap menghampirinya dan kembali menggenggam jemari Sejeong yang sudah dingin sejak tadi.

"Nggak bisa gini dong, mbak," tiba-tiba terdengar suara protes dari seorang pria berusia sekitar 30 tahunan. Dia adalah salah satu adik ayah Daniel. "Mba jangan egois sampai maksa nikahin Daniel padahal dia masih sekolah."

"Asal kalian tau, ini juga adalah amanat ayah Daniel," sahut Clara tenang.

"Tapi tetep aja diusia segitu, apa yang bisa kita harapin dari Daniel. Dia gak akan bisa mengelola perusahaan, mbak," timpal yang lainnya yang juga tak terima.

"Perusahaan itu adalah murni milik suami saya, bukan milik ayah kalian. Jadi sudah seharusnya akan jatuh ke tangan Daniel cepat atau lambat. Seperti syarat yang kalian ajukan, Daniel harus sudah berkeluarga untuk mengelola perusahaan, sekarang saya akan kabulkan itu. Jadi berhenti memprotes karna kalian sama sekali tidak punya hak untuk itu," tegas Clara.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang