9

1.1K 202 26
                                    

Jika cintamu tak kau utarakan,
lalu untuk apa mencinta?

^













"

Makasih ya, kak." Yeri berkata manis, setelah Daniel membawanya ke UKS.

"Hm," angguk Daniel.

"Kamu gak pa-pa?"

"Gak pa-pa, kak. Cuman sakit sedikit aja sih kaki aku"

"Yang mana yang sakit?" Daniel duduk di tepi pembaringan Yeri.

"Di sini, kak," Yeri menekan-nekan pergelangan kakinya sendiri.

"Bentar, aku panggilin dokter Ariel dulu," Daniel sudah ingin beranjak tapi lebih dulu ditahan oleh Yeri.

"Kak Daniel di sini aja. Nanti juga dokternya dateng kok. Ya, temenin aku di sini? Aku takut sendirian, kak," Yeri berucap manja sambil memainkan jemari besar Daniel.

"Oke," putus Daniel tanpa beban.

Daniel memang selalu semanis dan sebaik itu, terlebih pada deretan para degemnya. Termasuk Yeri tentunya. Ia cukup hapal dengan Yeri karna Yeri adalah satu cewek yang selama ini paling gigih mengejarnya. Daniel tau itu. Karna itu dia tidak ingin mematahkan hati gadis itu.

Yeri tersenyum dengan bahagianya saat kini jemari Daniel mulai bergerak pelan memijat kakinya. Padahal kan tidak ada rasa sakit sama sekali di sana. Ia harap dokter Ariel tidak akan datang agar ia bisa terus berduaan dengan Daniel seperti sekarang, dan tentunya agar kebohongannya tidak terbongkar.

"Aku suka sama kak Daniel," ucap Yeri tiba-tiba.

Daniel tersenyum, "Aku tau."

Manik Yeri nampak berbinar, "Kak Daniel juga suka sama aku?"

"Emangnya tadi aku ngomong gitu?" tanya Daniel balik masih dengan senyum kecil yang terukir di wajah tampannya.

Yeri cengengesan sesaat.

"Kak Daniel gak ada perasaan sama sekali sama aku gitu?" tanya Yeri tanpa malu-malu.

"Sedikit"

Begitu saja sudah membuat Yeri ingin berteriak rasanya.

"Nanti lama-lama juga jadi bukit"

"Jangan terlalu berharap. Nanti sakit hati. Kasian kamunya," Daniel mengelus pucuk kepala Yeri.

"Biarin aku berharap, kak. Walaupun kecil tapi aku yakin bisa bikin kak Daniel suka sama aku nantinya"

Daniel hanya tersenyum dan tersenyum lagi mendengarnya.

"Aku jadi penasaran deh waktu sama mantan-mantan kakak, kak Daniel itu beneran sayang gak sih sama mereka?"

"Keliatannya gimana?"

"Gak. Buktinya kakak selalu mutusin mereka kurang dari sebulan"

"Nah itu tau," sahut Daniel dengan santainya.

"Beneran, kak?"

Daniel mengangguki saja.

"Seneng deh kak Daniel mau jujur sama aku," Yeri benar-benar tidak bisa menutupi rasa senangnya. Ia bahkan memeluki lengan Daniel dengan manjanya.

"Kalau gitu giliran kamu dong yang jujur sama aku"

"Ya udah, kak Daniel mau nanya apa? Aku pasti jawab jujur kok"

"Tadi kenapa kamu sampai jatoh?"

"Itu- uhm Sejeong dorong aku, kak"

"Oh ya?"

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang