20 (end)

1.8K 203 41
                                    

"Tidak ada yang salah ketika kau memegang erat sebuah janji.
Dan lihat, ketika Tuhan memberikanmu penghargaan
atas itu"

^












Maaf ceritanya loncat-loncat kayak hati yoyoy kalau liat anak produceX 😁









Daniel termenung di meja kerjanya. Jemarinya saling bertautan menandakan pikirannya yang tengah gusar.

Semenjak lulus Daniel memang sudah disibukkan dengan mengurus perusahaan, walaupun lebih banyak ibunya yang turun tangan. Disamping itu Daniel juga tetap melanjutkan kuliah, dan kadang tugas kuliahnya ia bebankan pada sekertarisnya. Cuma suami Sejeong emang!

Karna sudah tidak tahan lagi, Daniel akhirnya beranjak pergi meninggalkan kantornya menjemput Sejeong di sekolahnya.

Hari ini pengumuman kelulusan kelas dua belas, jadi wajar saja jika mereka pulang lebih awal.

Sekarang Daniel tengah menunggu Sejeong sambil bersandar di mobilnya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku, layaknya oppa-oppa dalam drama korea biasanya.

Barisan para mantan degem Daniel yang melihat Daniel di depan sekolah tak pelak langsung
jejeritan. Ini memang akan jadi pertama kalinya Daniel menampakkan diri menjemput istrinya.

Dan akhirnya orang yang ditunggu Daniel muncul juga. Gadis itu tadinya tengah tertawa-tawa ceria bersama Chungha dan temannya yang lain.

Netra Sejeong langsung membulat sempurna begitu Daniel kini berjalan ke arahnya.

"Ayok pulang," Tangan besar Daniel terjulur ke hadapan Sejeong.

"Tapi, mas-"

Sejeong tidak melanjutkan ucapannya begitu mendapat tatapan dingin dari Daniel.

Kedatangan Daniel tiba-tiba ke sana bukan tanpa alasan. Tadinya Sejeong mengiriminya pesan untuk meminta izin kalau ia pergi makan-makan dengan temannya.

Daniel bisa mengerti jika Sejeong masih sekolah dan ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya, tapi ada sesuatu yang mengganggu Daniel hingga ia benar-benar tidak bisa menunda membicarakan hal itu pada Sejeong.

"Lain kali aja ya?" tanya Daniel ramah pada teman-teman Sejeong yang berdiri di belakang gadis itu.

Chungha dan yang lainnya hanya mengangguki dengan kikuk.



Sepanjang perjalan pulang, Daniel sama sekali tak bicara. Sejeong jadi semakin takut Daniel marah padanya.

"Mas, ada apa?" tanya Sejeong lembut begitu sudah menginjakkan kaki di kamar mereka.

Daniel mengunci pintu. Entah kenapa jantung Sejeong berpacu cepat dibuatnya.

Pria itu mendekat pada Sejeong. Sejeong gelapan sendiri karna Daniel kini memandangi tak biasa.

"Kok diem?" Daniel memecah kebisuan.

Sejeong mengerti. Jemari gadis itu kemudian dengan telaten melepaskan dasi dan kemeja Daniel. Sementara jas pria itu sudah terlempar ke tempat sejak datang tadi.

"Je"

"Hm?"

"Kamu gak akan ninggalin mas kan?"

"Hah?"

"Aku udah denger kamu dapet beasiswa kuliah ke Jepang." Dan entah sadar atau tidak, Daniel mengatakan itu dengan cemberut.

Sejeong tersenyum kecil, lalu ditangkupnya wajah tampan suaminya itu, "Kamu kan ada di sini, jadi gak ada alasan aku pergi, mas."

"Bener? Jadi kamu gak ambil beasiswa itu?"

Sejeong menggeleng, "Aku mau kuliah di sini aja. Tapi kamu yang biayain semuanya ya?"

Daniel menyengir sambil meraih pinggang ramping Sejeong, "Iya, sejeongku."

Keduanya saling melempar senyum manis, hingga Daniel yang duluan mengakhirnya. Pria itu tiba-tiba menatapi istrinya serius.

"Jadi- sekarang boleh kan?"

Sejeong meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia sudah sering melihat tatapan Daniel yang seperti ini. Dan ia sudah tidak bodoh lagi untuk mengartikan maksudnya apa.

"Ya, sayang, aku udah gak tahan"

Sejeong pikir ia akan bisa lari seperti sebelum-sebelumnya, tapi kali ini benar-benar tidak alasan lagi.


Hingga rasanya Sejeong nyaris gila mengingat bagaimana bisa ia berada di bawah Daniel dengan keadaan mereka sekarang. Telanjang.































Oke. fin.

goodbye semuaaa 😊

makasih udah nyempatin waktunya baca cerita ini.

Mohon maaf lahir dan bathin yaaaaaaaa




PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang