"Tuhan, bisa gak cepet-cepet bikin dia jatuh cinta sama aku?"
^
Jatuh cinta dengan yang namanya Daniel Damaja itu bener-bener butuhin hati seluas samudera. Jika di detik ini kamu dibikin bahagia, siap-siap aja detik berikutnya hati kamu dibikin potek. Itu yang Sejeong selalu rasain.
Lantas, bagaimana kalau banyak detik dilalui dengan bahagia? Yang Sejeong takutkan, akan ada banyak detik berikutnya juga yang akan membuat hatinya sakit.
Tuhan, bisa gak cepet-cepet bikin dia jatuh cinta sama aku?
Pasti bisa!
Sejeong mengangkat panahnya, membidiknya ke arah papan sasaran.
Aku pasti bikin kamu jatuh cinta sama aku, Daniel Damaja!
Busur panah Sejeong melesat dengan apik dan menancap di angka delapan. Sejeong tersenyum cukup bangga.
"Minum dulu, Je," tawar Hana sembari menyodorkan satu botol air mineral pada Sejeong.
Sejeong mengambil duduk di samping Hana dan menyambut air itu.
"Pertahanan terus ya, Je, kalau kaya gini kamu pasti bisa menang lagi"
"Iya, kak. Doain ya?"
"Pastilah"
"Kak Hana beneran gak bisa ikut?"
"Gak bisa, Je, kan aku udah kelas tiga. Udah harus fokus sama belajar"
"Aku gugup nih kalau gak ada kak Hana," ringis Sejeong.
"Tetep kakak usahain sih buat bisa nemenin kamu"
Sejeong kembali tersenyum lagi, "Bener loh, kak?"
"Tapi kalau gak ada kakak, masih ada ketos panutan kita tuh yang kakak yakin mau dengan senang hati nemenin kamu," Hana menunjukkan kerlingan matanya.
Sejeong mengernyit. Gak Chungha, gak Hana, selalu ngegodain dia sama Jonghyun. Masa iya Jonghyun beneran suka sama dia?
^
Sepulang sekolah, Daniel tidak langsung pulang. Dia mendatangi mamanya di kantornya. Clara memang sekarang harus memimpin perusahaan menggantikan suaminya yang telah tiada.
"Mama ngomong sesuatu kan sama Momo?" tuding Daniel langsung begitu memasuki ruang kerja mamanya.
Clara tidak terlihat terkejut sama sekali dengan tudingan, karna itu memang benar adanya.
"Sudah aku bilang berhenti ganggu hubungan aku sama Momo"
"Lihat kan, kamu emang masih berhubungan sama cewek bar-bar itu. Sudah berapa kali juga mama bilang, mama gak suka, Niel. Bahkan almarhum papa kamu juga gak pernah suka aku sama dia!"
"Terus apa, mama bilang sama dia kalau aku udah punya tunangan gitu?"
"Iya," jawab Clara langsung, "Dan mama sama tante Dara juga sudah putusin kalau kamu sama Sejeong bakal tukar cincin minggu depan"
"Ma! Berhenti nyetir aku kaya gini," Daniel menatap mamanya anak kesal dan tidak percaya.
Clara menghela napasnya, mencoba bersikap lebih tenang menghadapi putranya itu. Dengan penuh ketegasan ia menatapi Daniel.
"Kamu tau kan kenapa mama ngelakuin ini?"
Benar. Ia harus secepatnya berkeluarga agar punya hak penuh atas perusahaan ayahnya ini. Jika tidak, paman-pamannya yang serakah akan merebut paksa perusahaan.
"Tapi, ma, Daniel masih sekolah, Sejeong juga"
"Hei, mama gak nyuruh kamu buat nikah besok"
"Daniel juga masih mau kuliah"
"Gak ada peraturannya kuliah harus tetap bujangan," sahut mamanya lagi yang membuat Daniel sedikit bedecak.
Clara berjalan ke hadapan Daniel lalu membelai wajah putranya itu. Daniel sendiri enggan menatap mata mamanya karna ia tau setelah ini mamanya pasti akan memohon padanya.
"Lihat mama dan bilang sendiri kalau kamu gak mau nikah sama Sejeong," tantang Clara.
Daniel terdiam. Dan Clara tersenyum puas melihat itu.
"Berhenti menghindar, sayang. Mama ini mama kamu. Orang yang sudah melahirkan kamu. Tidak ada yang paling mengerti kamu selain mama. Sebelumnya kamu bahkan menolak mati-matian saat mama mencoba menjodohkan kamu dengan Yeri. Tapi setelah diganti dengan Sejeong, kamu menurut saja"
Dengan berat hati Daniel menjawab, "Karna aku udah terlanjur janji sama dia."
"Bagus kalau kamu masih ingat janji yang kamu buat sendiri. Tapi apa kalian juga saling berjanji untuk menyimpan foto satu sama lain?"
Sepasang mata Daniel langsung melebar. Dan kerlingan nakal ditangkap Daniel dari manik mamanya, seolah ingin bilang, "Kamu tercyduk, Daniel Damaja!"
"Jangan sampai Sejeong sendiri yang akhirnya mundur dari perjanjian kalian itu, sayang"
^
Daniel melihat foto Sejeong dari ponselnya yang sempat diambilnya diam-diam. Sebenarnya Daniel memang sempat tidak mengenali Sejeong waktu mereka kembali bertemu. Namun setelah melihat gadis itu beberapa kali, karna Sejeong berteman dengan Chungha yang notabenenya adalah pacar Seongwoo, ia baru sadar kalau Sejeong adalah si 'calon pengantin' kecilnya.
Daniel bahkan sudah punya rencana sendiri untuk mendekati Sejeong, tapi takdir sempat mempermainkannya. Seorang temannya mengatakan menyukai Sejeong, ditambah ia sendiri coba dijodohkan ibunya dengan perempuan lain.
Sejeong juga tidak terlihat seperti gadis lain yang kebanyakan mengejar-ngejarnya. Bagaimana ia tau perasaan gadis itu? Bagaimana kalau ternyata hati gadis itu untuk pria lain, mengingat ada Jonghyun yang selama ini dekat dengannya?
Daniel menghela napas beberapa kali, sebelum beranjak dari kasur empuknya.
Ia melangkah ke apartemen Sejeong, memencet belnya beberapa kali tapi pintu tak kunjung terbuka juga. Sebelum perhatiannya beralih pada sesosok gadis yang baru keluar dari lift.
Mata Sejeong melebar mendapati Daniel berdiri di depan pintu apartemennya. Pemuda itu memasang wajah datar dengan kedua tangan di saku jaket.
"Dari mana?" tanyanya dingin
"Dari- rumah temen, mas," Sejeong sedikit tergugu.
"Oh." Hanya jawaban itu yang di dapat Sejeong. Setelah itu Daniel melangkah kembali ke apartemennya, namun tepat sebelum membuka pintu, Daniel berhenti dan berbalik ke hadapan Sejeong.
Sejeong mematung menunggu Daniel kembali buka suara.
"Apa ada cowok yang kamu suka?"
Sejeong sedikit terlonjak, lalu mengangguk kikuk.
"Siapapun orangnya, bisa kamu lupakan dia? Sama seperti aku yang udah mutusin pacarku buat kamu"
Sejeong benar-benar dibuat mematung sekarang. Gadis itu baru saja ingin membuka mulutnya, ketika Daniel kembali bicara.
"Di kepala kamu ini bener-bener gak boleh ada yang lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fanfiction"Janji ya kamu gak boleh nikah kalau bukan sama aku?" Daniel Damaja x Sejeong Safitri