Part 10 - One Foot on two Boats

1K 94 4
                                    

Cerita asli milik Cyrena0819

Selamat membaca..

°
°

Setelah beberapa hari akhirnya Tae siuman, namun tubuhnya terasa lumpuh oleh obat bius dan gips di area leher dan pinggang, Tae hanya bisa berbaring menatap atap di atasnya dan merenung, mengulang memory di kepalanya dan menyesal. Kini Tee benar-benar akan pergi meninggalkannya, pikirnya.

“Dokter Tae, kau ingin sesuatu?”  Tanya Kim.

Tae menggerakkan bola matanya pelan melirik Kim dan mencoba berbicara namun suaranya tercekat di tenggorokan, melihat itu Kim segera menghampirnya dan mendekatkan telinganya ke mulut Tae.

“T-tee…di-ma-na.…” Tanya Tae berbisik pelan.

“Kau mencari Dokter Tee?” ulang Kim. “Kurasa dia sedang di jalan..” Kim melirik jam tangannya.

“Aku langsung mengabarinya begitu kau siuman, dia selalu kemari setiap pagi sebelum praktek dan membawakanmu bunga…” Kim menunjuk pot bunga di atas meja depan Tae. Melihat itu Tae tersenyum kecil dan tampak lega.

“Dokter Tee bilang, dia akan menjagamu hingga kau bisa kembali berjalan dengan normal, seperti kau merawatnya tiga tahun yang lalu. Dia berhutang budi padamu.” tutur Kim. Raut wajah Tae berubah seketika dan Kim menyadarinya.

“Sambil menunggu Dokter Tee, aku akan menceritakan sebuah kisah untukmu…” tutur Kim lalu mengambil kursi dan duduk di samping Tae. “P'Tae pernah main layangan waktu kecil? Itu adalah mainan favoritku bersama ayahku, kami bermain layangan di belakang rumah setiap sore, dan kami juga membuat layangan sendiri.”

“Layangan pertama yang kubuat sangat berantakan tapi aku sangat menyayanginya, dan merawatnya seperti benda pusaka. Suatu hari aku melepaskan layangan kesayanganku ke angkasa, aku masih ingat betapa bahagianya waktu itu melihat layangangan kesayanganku terbang tinggi…” Kim berhenti sejenak.

”Namun, tiba-tiba saja talinya putus dan layanganku terbang menjauh dan hilang. Aku sangat sedih dan marah bahkan menangis berhari-hari. Lalu ayahku memberitahuku, layanganku itu mungkin sudah menemukan pemiliknya yang baru dia tidak hilang, tetapi dia tidak berjodoh denganku, lalu ayah mengajakku membuat layangan baru, dan akupun merelakan layangan kesayanganku.” Kim mengakhiri ceritanya.

Lalu beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan pintu dan Tee melangkah masuk dengan buket bunga di tangannya, Kim segera bangun dan menyambutnya.

“Bagaimana keadaannya?” Tanya Tee pada Kim. “Aku langsung kemari begitu membaca LINE mu tadi pagi.”

Kim membalikkan badannya dan menoleh ke arah Tae. “Dia sudah menunggumu.” ujar Kim.

Tee memandangi Tae yang menatap ke arahnya dengan mata berkaca-kaca. “Aku akan berjaga di luar…” lanjut Kim, Tee mengangguk dan memberikan jalan baginya.

“Jangan memperburuk kondisinya, jaga ucapanmu!” Kim memberikan Tee peringatan sambil berbisik sebelum berjalan keluar.

Tee bergidik seketika dan mengangguk pelan, setelah beberapa saat Tee pun menghampiri ranjang Tae dan duduk di kursi Kim, lalu perlahan menggenggam tangan Tae. Tae tidak sedetikpun melepaskan tatapannya pada Tee, Tae mengeratkan genggaman tangannya pada Tee, karena hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

“Kamu sungguh ingin bunuh diri dan membuatku menyesal seumur hidup?” Tanya Tee to the point. Tae ingin menjawab namun Tae hanya mampu menggerakkan bibirnya, tatapannya menunjukkan bahwa ia menyesal.

“Kuharap kamu bisa menyanyangi diri sendiri, sebelum mencintai orang lain.” tutur Tee lagi. “Jangan pernah mengulangi ini! Kamu mengerti?”

Tae mengangguk ringan dan airmatanya mengalir keluar dari sudut matanya, melihat itu Tee segera mengambil tissue di sampingya dengan tangannya yang lain dan menyeka wajah Tae dengan hati-hati.

Struggle Between Love & Lust (TaeTee ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang