Part 17 - The Best Wedding Gift

1.1K 97 10
                                    

Cerita asli milik Cyrena0819

Hai reader..
Selamat membaca ya...

°
°

Copter menolak untuk bertemu atau berbicara pada Tee, sejak Tee mengambil keputusan mengumumkan pernikahannya dengan Tae pada konferensi pers. Tee mengunjungi Pub setiap hari, namun Copter selalu menghindar darinya bahkan teman-teman Copter juga melarang Tee mendekatinya, jadi Tee hanya bisa duduk di meja bar dan melihat Copter dari jauh seperti yang Tee lakukan dulu, bedanya kali ini Tee hanya seorang diri. 
Hingga suatu hari, Tee datang untuk mengantarkan undangan untuk Copter. Emma merebut undangan itu dengan semangat dan menyerahkannya pada Copter.

“Wow, undangannya bagus sekali!” puji Emma. “Kami pasti akan datang ke pesta pernikahanmu, Dokter! Aku dan Copter akan mengenakan pakaian termahal yang kami punya…”

“Cop!?” panggil Tee menatap Copter lurus. “Setelah hari ini, aku tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi.” tutur Tee lirih. “Aku ingin bicara denganmu…”

“Kau ingin bicara? Katakan saja disini!” pinta Emma. “Tetapi aku tidak mengijinkanmu mengajak Copter ke tempat yang sepi, siapa tau apa yang akan kau lakukan padanya?”

“Apa maksudmu?” tukas Tee. “Kamu pikir aku maniak?”

“Aku hanya berjaga-jaga.” ujar Emma. “Lagipula tidak ada yang perlu dibicarakan, bukankah besok kau sudah akan menikah? Seharusnya kau pulang dan bersiap-siap, agar besok kau akan menjadi pengantin yang memukau!”

“Aku tidak ingin bicara denganmu!” protes Tee pada Emma.

“Aku sungguh kasian dengan pasanganmu, besok akan menikah calon pengantinnya malah datang hendak merayu pria lain.”

Mata Tee terbelalak lebar mendengar sindiran demi sindiran dari Emma.

“Emma benar P’Tee!” ujar Copter akhirnya bersuara. “Phi seharusnya kembali ke sisi P’Tae, mulai besok Phi akan menjadi pendampingnya yang sah, Phi tidak pantas berada disini.”

“Untuk terakhir kali, apakah kamu tidak bersedia bicara denganku?”

“Phi mau mengadakan bachelor party?” Tanya Copter. “Phi ingin kita bercinta sampai pagi sebelum Phi melepas masa lajang?” Copter tesenyum sinis.

Tee tidak mampu membalas ucapan Copter yang tepat menusuk di jantungnya.

“Sayangnya, aku sudah tidak tertarik pada laki-laki lagi, Phi! Sebaiknya Phi pulang!” lanjut Copter. “Oh ya, terima kasih atas undangannya, suatu hari nanti jika aku menikah, aku juga akan mengundangmu dan P’Tae. Sampaikan ucapan selamatku padanya…”

“Ayo, Emma! Aku lapar, sebaiknya kita cari makan sebelum pulang!” ajak Copter sambil menarik lengan Emma dan meninggalkan Tee yang mematung seorang diri.

°

Tae dan Tee berjalan berdampingan menuju altar yang telah disiapkan dengan mewah di sebuah hotel dimana telah menunggu pendeta yang akan memberkati pernikahan mereka, juga hadir keluarga dan teman dari pihak mempelai, beserta media pers yang akan menjadi saksi pernikahan. Tae dan Tee sama-sama mengenakan setelan jas berwarna putih dipadukan dengan dasi berwarna emas. Wajah Tae tersenyum lebar menggandeng tangan kekasihnya menuju altar tempat dimana Tae dan Tee akan memulai tahap baru kehidupan mereka, sementara Tee sama sekali tidak menunjukkan ekspresi, bahkan matanya tampak sembab dan ditutupi oleh make up tebal.

“Apakah kamu akan menerima pria di hadapanmu ini sebagai pasanganmu, hidup bersama dalam pernikahan yang suci? Apakah kamu akan mencintainya, menghormatinya, menghiburnya, menjaganya disaat sakit dan sehat, meninggalkan yang lainnya, dan setia padanya sampai akhir hayat kalian?” sebuah pertanyaan yang panjang di ajukan pada keduanya.

Struggle Between Love & Lust (TaeTee ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang