Happy Reading...
Sinar Mentari mulai memeluk semesta, cahayanya mengisi setiap celah gelap dan membuatnya terang dan menghangat.
Bersedia untuk memulai hari untuk menyerap kata demi kata yang disampaikan oleh pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, hari ini dan satu minggu kedepan akan berbeda, pasalnya hari ini adalah hari pertama berlangsungnya Penilaian Tengah Semester (PTS)Hari yang cerah, matahari memberikan kehangatan di pagi ini, sungguh luar biasa kuasa Tuhan.
Bintang Cahya Batari gadis usia 16 tahun yang biasa di sapa Bintang oleh teman-temannya dan Aya untuk keluarganya. Seorang siswi kelas XI di SMK negeri yang menurut survei para masyarakat adalah SMK favorit di kotanya dengan jurusan atau program keahlian yang ambilnya adalah Akuntansi.
Siap dengan seragam abu putih lengkap serta berbagai atribut yang ditentukan.
Sungguh ia merutuki sahabat dekatnya yang bernama Mentari, pasalnya Bintang sudah hampir setangah jam menunggu gadis itu muncul tapi setelah itu dia mendapatkan kabar kalau sahabatnya berangkat dengan sang kakak.Bintang menaiki salah satu bus angkutan umum yang melewati sekolahnya. Sudah siang tapi bus masih saja ngetem untuk menunggu penumpang lainnya padahal bus sudah penuh. Ongkos bus untuk pelajar biasanya hanya dua ribu rupiah, namun karena Bintang tak ada pecahan uang dua ribu maka ia memberikan uang sepuluh ribuan kepada kondektur bus, berharap ia menerima kembalian dari uangnya. Lama hingga dirinya sampai di halte dekat dengan gerbang sekolahnya, sang kondektur tidak memberikan uang kembalian, hendak minta kembalian kok malu dan posisinya juga saat ini sudah siang. Benar-benar pagi yang menyebalkan.
Beruntung jika hari ini adalah masa ujian jadi gerbang sekolah ditutup lebih lambat. Memasuki area sekolah yang sudah ramai oleh siswa siswi membuat Bintang agak risih, biasanya siswa yang baru berangkat akan banyak yang memperhatikan. Awas saja Mentari!
Berjalan menunduk sambil merutuki pembagian ruangan yang dilakukan oleh panitia ujian. Ruangannya berada di paling ujung dan itu melewati kawasan anak Otomotif membuatnya agak kikuk karena pasti banyak laki-laki. Dan di area belakang itu terdapat empat kantin yang pasti menambah keramaian di sana.
Ketika Bintang hampir melewati parkiran sepeda, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya.
"Bintang!"
Bintang menghentikan langkahnya, tubuhnya kaku seketika. Itukan suara?
"Hai, Bintang," sapa cowok yang sudah ada di hadapannya membuat pacu jantung Bintang tak beraturan di pagi hari. Bintang tak berani mengangkat pandangannya pada orang itu.
Cowok itu mendekat dan Bintang secara spontan mundur satu langkah membuat cowok yang ada di depannya terkekeh kecil.
"Enggak usah mundur, gue enggak gigit, kok," ucap cowok itu sedikit terkekeh.
Cowok itu menunduk ke samping telinga Bintang dan berbisik, "gue anterin kuy sampe belakang."
Tubuh Bintang menegang kaget namun cepat-cepat ia menetralkan ekspresinya.
"Permisi, udah siang nanti gue terlambat," ujar Bintang sambil menghindar dari cowok itu.
Bintang hendak berlalu meninggalkan cowok itu namun ia mencekal tangan Bintang dan menautkan jari-jarinya ke sela-sela jari Bintang. Astagfirullah jantung gue! Sabar Bintang, sabar.
"Ayo, gue anter!" ajak cowok itu semangat membuat siswa sekitar memandangi mereka yang bergandeng tangan.
Bintang memberanikan diri untuk menatap cowok yang ada di sampingnya dengan kesal. Bintang mengangkat tangan yang bertautan dengan cowok itu lalu menghempaskannya agar terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI (Slow Update)
Teen FictionCover by : @seulwoonbi [Open Feedback hari Sabtu] "Apa yang lo suka?" tanya remaja laki-laki sambil tetap fokus dengan mobile legend yang ada di ponselnya. "Bumi," jawab si gadis sambil membolak balikkan novel yang ada di tangannya. Laki-laki itu me...