[10]Bumi

31 5 1
                                    

Happy Reading...
Jangan lupa Follow Vote & Comment ya.

Bintang masih berdiri dengan canggung setelah menjawabat tangan seorang wanita cantik dengan dress biru langit yang disebut dengan panggilan 'Yang Mulia Ratu'

Mencoba mengamati sekitar rumah dengan sesekali menampilkan senyum canggungnya. Sekarang kita hidup di abad ke-21, apakah masih ada yang namanya keluarga kerajaan di Indonesia? Atau jangan-jangan keluarga Bumi ini adalah salah satu diantara kerajaan-kerajaan gadungan yang sempat beradar di Indonesia beberapa waktu lalu? Lalu apakah namanya?

Bintang juga sempat berpikir bahwa keluarga Bumi datang dari masa kerajaan jaman dahulu namun sudah beradabtasi dengan masa sekarang. Ah, itu sebuah pemikiran yang tak masuk akal dari seorang Bintang.

"Hey, Pangeran. Sana ajak Bidadari duduk. Ratu mau ambilkan hidangan kerajaan," titah wanita yang menyebut dirinya sendiri sebagai Ratu.

Bumi menarik Bintang untuk menuju ke sofa ruang tamu, entah keluarga ini menyebutnya.

"Duduk, Bi. Gue mau lapor ke Baginda Raja dulu." Bintang membelalakan matanya ketika Bumi hendak pergi meninggalkannya sendiri.

"Eh eh, Bumi." Bintang menahan lengan Bumi. "Gue ikut," cicitnya.

"Lah? Sini aja, gue bentar doang kok." Bumi melepas pengangan tangan Bintang di lengannya lalu ia pergi dari hadapan Bintang.

Bintang duduk dengan bingung di ruangan yang di sebut Bumi adalah sebuah istana. Mata Bintang mencoba menelusuri ruangan yang bisa ia jangkau dengan penglihatannya. Jika kalian berpikir jika keadaan rumah Bumi ditata ala kerajaan, maka kalian salah. Nyatanya, setiap sudut yang bisa Bintang lihat bahkan tak ada unsur kuno yang terlihat. Justru sebuah rumah dengan latar warna putih dan abu serta tatanan barang-barang yang ada itu membuat ruangan itu begitu terlihat modern dan elegan. Ah, ayolah, bagian mana yang dapay disebut seperti sebuah istana?

Ketika Bintang sedang sibuk bergelut dengan pemikirannya sendir, suara nyaring dari pintu utama mengagetkannya.

"Assalamualaikum. Wahai penghuni istana, Princess datang!"

Seorang gadis dengan rambut lurus terurai hingga sebawah bahu dan wajah manis muncul dari arah luar.

"Loh, ada putri dari kerajaan mana nih cantik bener?" tanya gadis itu ketika bertemu dengan Bintang di ruang tamu. Sedangkan Bintang hanya mampu menampilkan senyumnya.

"Hai, Princessnya Ratu datang ternyata. Kenalin dia Bidadarinya Pangeran," ucap Sang Ratu yang muncul dari dalam sambil membawa  sebuah nampan yang berisi minuman dan disusul Bumi di belakangnya yang membawa beberapa camilan.

"Dih Si Pangeran Kodok sok-sokan bawa cewek lo ke rumah," cibir gadis yang di sebut Princess itu sambil memposisikan dirinya untuk duduk di samping Bintang yang terlihat pasif. "Hai Bidadari, nama lo siapa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum manis.

Bintang tersenyum canggung namun tak urung pun ia membalas uluran tangan gadis yang ada di depannya. "Hai, aku Bintang."

"Wah, namanya sama muka sinkron banget. Sama-sama cantik, nggak kayak Si Bumi," puji sekaligus juga hinaan untuk seseorang yang di sebut diakhir kalimat.

Melihat interaksi antara gadis yang Bintang tak tahu, ralat, belum tahu namanya itu dengan Bumi. Bintang dapat menyimpulkan bahwa mereka adalah orang yang dekat namun dalam konteks apa Bintang belum bisa menyimpulkan. Namun yang ia lihat, mereka berdua adalah...

"Iya lah, Yang. Masa gue cantik." Bumi meletakkan cemilan yang ia bawa di atas meja lalu mengusak rambut gadis yang ah Bintang belum juga mengetahui namanya.

Tapi...

Yang?

"Yang yeng yang yeng. Gue nggak suka lo panggil begitu! Cowok-cowok yang mau deketin gue kan jadi ngira lo pacar gue, Sialan! Lagian di sini kan ada pacar lo, nggak usah ngaco deh." Bumi hanya tertawa geli melihat gadis yang di panggilnya dengan sebutan Yang itu semakin mencak-mencak dengan suara melengkingnya itu.

"Kayak ada cowok yang mau aja sama lo, cih."

"Ah, aku bukan pacar Bumi kok, tenang aja." Bintang menyela ketika Si Yang itu sibuk mendorong Bumi untuk menjauh dari dekatnya.

Gadis itu berhenti dan menatap Bintang dengan wajah sumringah. "Eh btw nama gue Anggika Mayang Sari, sampe lupa nyebut nama sendiri hehe," ucapnya sambil menyengir lebar. "Gue sepupunya Bumi. Bagus deh kalo lo bukan pacar Bumi. Jangan mau sama dia, fuckboy, jelek, motornya Scoopy, gak punya duit, pokoknya jangan mau."

Bumi melotot tak terima kala kakak sepupu yang berbeda dua tahun lebih tua darinya itu menyebutkan, ups, mengarang semua kejelekan yang ada pada dirinya.

"Weh sembarangan lo kalo ngemeng Nenek Lampir, sejak kapan gue jadi fuckboy, Bodoh." Bumi menoyor kepala Mayang dengan jari telunjuknya.

Bintang yang melihat dua bersaudara sedang ribut pun semakin bingung harus berbuat apa. Pasalnya saat ini ia sedang tidak dalam mood yang baik dan sekarang malah disuguhkan dengan keributan. Ah, kepalanya sangat pening!

Baru saja ia ingin berteriak menunjukkan ketidaknyamanannya, ucapan Sang Ratu mampu membuat tiga manusia yang ada di ruang tamu menghening seketika.

Ah, Bintang bahkan baru menyadari bahwa Sang Tuan Rumah tak berada di ruang tamu bersama mereka sejak Mayang hadir.

"Hei kalian itu kebiasaan kalau ketemu pasti ribut terus." Wanita itu datang dari arah pintu utama dengan merangkul seorang gadis berambut panjang dan wajah kalemnya. "Lihat ini siapa yang datang?" Ah, kenapa banyak sekali gadis yang datang ke rumah, eh, istana Bumi dan keluarganya ini? Bukan banyak, hanya ada dirinya, Mayang dan siapapun itu yang ada di rangkulan wanita cantik yang disebut Ratu.

Bintang tak bergeming, ia bak orang dungu di sini. Tak tau apa-apa. Bahkan alasan kenapa ia diajak kemari pun tahu. Bintang melirik Bumi yang ternyata sudah bangkit dan menghampiri sang ibu dan gadis yang begitu anggun sambil tersenyum. Melirik, Mayang, gadis itu berbanding terbalik dengan Bumi yang begitu manis dengan senyumnya, ia justru mencebik membuat wajah cantiknya tak enak dipandang.

"Hai, Ara." Suara Bumi begitu manis menyapa gadis yang kini semakin melebarkan senyumnya.

Ah, Ara. Batinnya.

Ia menelisik wajah gadis itu. Wajah putih tanpa noda, pipi yang tirus dan mata sebening embun itu, rasanya...ia pernah melihatnya.

"Bunda Ratu tinggal dulu ya para anak-anak kerajaan. Raja udah nunggu di depan, Bye." Wanita itu melambaikan tangannya dan melenggang dan hilang di balik pintu. Entah sejak kapan wanita bersiap namun ia sudah begitu cantik dengan dandanannya.

Bintang kembali melirik dua manusia berbeda gender yang sedang menghampiri sofa ruang tamu sambil bergandeng  tangan.

Bergandeng tangan?

Persetan dengan itu, Bintang sungguh merasa tak dianggap keberadaannya di sana. Mayang sedang memainkan ponselnya entah sejak kapan. Sedangkan Bumi sedang sibuk dengan gadis yang menurut Bintang wajahnya tak terlalu asing baginya.

Menghembuskan napas jengah. "Bumi, gue pamit pulang."

Bumi mengalihkan pandangannya ke arah Bintang, bukan hanya Bumi namun juga Ara yang memandangnya dengan mengernyitkan alisnya.

"Ah, Bi. Sorry, sampe lupa kalau masih ada lo di sini," ucapnya dengan wajah tanpa rasa bersalahnya.

Ah, lupa ya?

TBC.

6 APRIL 2020
Elstar_

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang