[13]Bumi

25 4 9
                                    

Happu Reading...

Melangkahkan kakinya pelan sambil menunduk memperhatikan lantai marmer yang dipijaknya. Bintang memutuskan kembali ke kelasnya setelah jam istirahat yang selanjutnya telah tiba. Menapakkan kakinya memasuki kelas dan langsunv dihadiahi oleh suara melengking khas seorang Mentari Kanya Dewi.

"Oh my God! My Tangtang lo dari mana aja ya Robbun!" Bintang meringis kala Mentari menghampirinya yang baru beberapa langkah masuk ke dalam kelas lalu memutar-mutar tubuhnya berlebihan.
Dan seketika tatapan para anak-anak yang ada di kelas tertuju pada mereka namun beberapa saat kemudia kembali dengan kegiatan masing-masing.

"Nggak usah kayak gitu, Tari. Gue nggak papa kok." Berjalan dengan lesu menuju bangkunya dan menidurkan kepalanha di meja seakan semangat hidup tertinggal di rumah ketika ia berangkat sekolah.

"Lo bohong ya ke gue? Tadi Arya chat  gue katanya lo di UKS. Tapi pas gue ijin keluar tadi gue niat mau nyamperin lo malah nggak ada siapa-siapa tuh di UKS." Mentari mendengus dan memberikan tatapan menyelidik pada kawannya yang malah semakin menelungkupkan wajahna di lipatan lengan.

Melihat Bintang yang sedikitpun tak menghiraukannya, Mentari menjadi semakin gemas sendiri.

"Wey!" bentak Mentari sambil menggebrak meja dengan keras hingga Bintang terkesiap dan hampir saja terjungkal kalau saja ia tak berpegangan di sisi meja.

"Tari, jangan keras-keras dong. Malu tuh diliatin. Nanti gue cerita tapi nggak di sini," ucap Bingang dengan suara yang lirih sambil menarik lengan Mentaro agar duduk di tempatnya.

"Janji loh ya, nanti gue tagih." Mentari menunjuk Bintang dengan telunjuknya seakan ingin mengintimidasi.

"Iya sayang."

"Dih najis!"

☆☆☆

Beberapa jam kemudian akhirnya jam pelajaran telah berakhir dan bel pulang telah menggema di setiap penjuru koridor.

"Huh, akhirnya kuping gue lega rasanya. Otak udah mau keluar aja nih dari tadi meronta-ronta." Mentari mengeluh sambil memasukkan alat tulisnya ke dalam tas dengan asal.

"Serem ya, Tar," balas Bintang sambil menyampirkan tasna di bahu.

"Apanya?"

"Otaknya."

"Kok?" Menrari menukikkan alisnya tak mengerti.

"Kan tadi katanya meronta-ronta. Serem aja gitu kalo beneran bisa dobrak kepala," ucap Bintang dengan polosnya. Sementara Mentari hanya bisa mendengus dan memutar bola matanya.

"Lo mabok deh kayaknya," ketus Mentari sambil melenggang pergi meninggalkan Bintang yang masih memikirkan otak meronta-ronta.

"Loh, udah ditungguin malah ditinggal!"

Mentari yang masih ada di ambang pintu itu berbalik. "Bodo amat mau cari cogan!" Menjulurkan lidahnya pada Bintang lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Bintang menggerutu dalam hati, selalu saja begitu jika sudah berhadapan dengan teman sebangkunya yang otaknya dijadikan lauk di warung makan padang itu. Padahal tadi siapa yang ngotot untuk Bintang menceritakan masalahnya? Dan sekarang manusianya seolah amnesia lalu pergi begitu saja.

"Sabar-sabar. Cecan cogannya nggak usah dicari ngedeket sendiri," ucap Bintang sambil mengelus dadanya sekali.

"Nih cogannya udah ngedeket." Bintang terkejut ketika ia akan berbelok dari pintu kelas karena sosok tinggi dan tampan yang ada di hadapannya kini.

"Ewh!" Bintang memundurkan langkahnya sekali lalu mengalihkan pandangannya ketika cowok di depannya mengedipkan matanya sekali.

"Pangerannya Bidadari udah dateng, nih. Pulang yuk!" Bumi memposisikan tangan kanannya di pinggang seolah mengisyaratkan untuk Bintang menganggandengnya.

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang