[16]Bumi

15 2 0
                                    

Happy Reading...

"Kita hanya butuh berbeda untuk memberikan kesan yang sukar dilupakan."
-Bumi-

Hari ini kembali dengan kegiatan belajar yang dilonggarkan. Entah mengapa pihak sekolah berbaik hati kepada muridnya. Biasanya, walau ada acara pemilihan ketua dan wakil ketua osis baru sekolah tetap mengadakan kegiatan belajar mengajar secara normal tanpa kelonggaran. Namun tahun ini berbeda, sejak kemarin dimana hari pemilihan dan hari ini adalah penghitungan suara, sekolah melonggarkan kegiatan belajar mengajar, istilahnya free.

Namun sepertinya kelonggaran jam pelajaran tak membuat otak gadis berambut pendek bernama Bintang itu berhenti berpikir. Nyatanya, dari semalam ia sama sekali tak bisa memejamkan matanya karena sebuah kalimat 'Pacaran yuk' hey itu bahkan sangat tak penting. Namun baginya itu adalah sebuah kalimat sakral. Mana ada orang yang akan biasa saat mendengarkan kata itu orang yang diam-diam ia sukai? Hmm, tapi tidak semua orang seperti Bintang.

Menenggelamkan wajah diantara lipatan tangan adalah yang Bintang lakukan saat ini. Matanya sangat lelah tapi otaknya tak dapat diistirahatkan.

"Wey, Tang. Asem lo diem-diem bae. Gue udah ngoceh ngalor-ngidul dari merkurius sampe uranus terus balik lagi sama sekali nggak lo dengerin? Lama-lama gue sumpahin juga lo buta dan tuli kaya lagu Al Gazali!" cerca Mentari yang merasa bosan.

Bintang melenguh. Merenggangkan otot-otot tangannya hingga mengenai wajah Mentari yang mengaduh kesal.

"Apaan sih, Tari. Gue ngantuk banget tau," ucap Bintang sambil kembali merebahkan kepalanya di meja.

"Heh! Yang lain tuh jamkos dimanfaatin buat tepe-tepe, bukan malah rebahan ke gini." Mentari mengibaskan rambutnya dengan wajah bak model shampo. "Lagian ya, di depan ada penghitungan suara ketos. Lo nggak mau liat? Eh, apa udah selesai ya?"

Bintang menghiraukan Mentari yang masih sibuk dengan segala ocehannya. Ia merebahkan kepalanya kembali sebelum ponselnya yang di berada di laci tiba-tiba bergetar mengagetkan. Bintang meneliti tak percaya nama yang tertera di layar ponselnya yang menampilkan sebuah panggilan. Dengan gerakan pelan dan tak percaya akhirnya ia menjawab panggilan tersebut.

Belum sempai Bintang mengucapkan sapa sekedar kata 'halo' tapi orang di seberang sana sudah mengucapkan kalimat perintah, lalu menutup panggilan.

"Ngapain telepon kalau nyuruh gitu doang? Kirim pesan kan bisa," gerutunya dengan pelan melupakan jika sedari tadi Mentari masih bersamanya memperhatikan gerak-gerik gadis itu.

"Kenapa lo?" Bintang memandang temannya menatapnya penuh selidik.

Belum sempat Bintang menjawab, suara seseorang mengalihkan perhatian mereka berdua.

"Bi, lama banget. Gue udah nunggu dua menit lima belas detik lo nggak keluar kelas."

***

"Sesui perkataan gue waktu itu kalau gue bakal jadi ketua osis. Sekarang gue udah jadi ketua osis, lo mau kan jadi pacar gue?" Beberapa siswa yang mendengar perkataan Bumi di koridor depan kelas Bintang sontak saja berhenti dan menatap tak percaya dengan apa yang mereka saksikan sekarang ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang