[7]Bumi

26 8 1
                                    

Happy reading...

Sepanjang perjalanan dibocengan Arya tak ada yang membuka obrolan karena merasa canggung sebab memang mereka tak kenal akrab. Bintang tak punya pilihan lain selain nebeng dengan Arya.

"Ini lurus apa belok?" tanya Arya ketika berada di pertigaan.

Bintang tersentak dari keterdiamannya. "Eh, itu lurus aja."

Ketika Arya akan kembali melajukan motornya, suara klakson motor dari depan mengagetkannya.

Arya menepikan motornya. "Kenapa, Ar?"

Ketika Arya akan menjawab namun suara seseorang terlebih dulu terdengar.

"Bi, ya ampun kenapa nggak telpon gue sih kalau lo belum pulang. Adek lo telpon gue tadi katanya lo belum pulang," cerocos Bumi panjang membuat Arya yang mendengar pun memutar bola matanya malas.

"Bacot lo dasar," cibir Arya.

Bumi melirik Arya lalu menyengir.
"Eh, ada abang Arya. Adek Bumi nggak liat hehe."

Arya bergidik ngeri mendengar ucapan Arya.

"Bi, pulang kuy!" ajak Bumi.

Bintang yang masih bingung pun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia melirik Arya tak enak.

"Udah sono kalau mau pulang sama Bumi," ucap Arya membuat Bintang tak enak hati.

"Em, makasih ya udah anterin gue. Jadi ngrepotin." Bintang menunduk tal enak hati pada Arya.

"Selo aja kali."

***

Bintang kembali melanjutkan perjalan menuju rumahnya namun dengan orang yang berbeda yaitu Bumi. Suasana sekarang berbeda ketika ia bersama Arya. Bumi terus berceloteh tanpa lelah.

"Bi, lo beneran suka sama yang ketos ketos gitu? Berarti lo suka sama gue dong, ya? Soalnya gue bakal jadi kandidat ketos yang akan datang. Kaget nggak lo?" cerocos Bumi sementara Bintang hanya diam menikmati suara lelaki itu.

"Bi, kok diem aja sih? Laper ya? Atau lo kebelet kah?" tanya Bumi dengan entengnya membuat Bintang sontak melotot tak terima dan memukul punggung Bumi dengan kencang.

"Sakit, Bi," aduh Bumi.

"Lagian sih ngomongnya gitu," ucap Bintang kesal.

Bumi malah tertawa kecil mendengar Bintang yang kesal.

Tak lama kemudian Bumi memberhentikan motornya di pinggir jalan membuat Bintang menatap sekitar dengan bingung. Pasalnya sekarang mereka berada di area pasar yang sudah mulai lengang karena hari telah sore namun masih ada beberapa kedai makanan masih buka.

Bumi melepaskan helm lalu berjalan menuju gerobak dorong yang menjajakan siomay.

"Tunggu bentar ya, Bi. Jagain cebol takutnya ngambek kalo ditinggalin."

Bintang pun hanya mengangguk dan tetap berdiri di samping si cebol.

Tak lama pun Bumi datang dengan plastik kresek berwarna putih di tangannya. "Nih," ucapnya sambil memberikan plastik kresek pada Bintang.

"Apaan?" tanya Bintang bingung. Bukan ia tak tahu apa isinya, ia sangat tahu bahwa isinya siomay. Tapi kenapa diberikan ke padanya bukannya dimakan saja.

"Pembalut," jawab Bumi enteng dan membuat Bintang kembali melotot. "Ya siomay lah, masa gitu aja nanya."

Bintang mendengus. "Iya maksudnya kenapa dikasih ke gue?"

Bumi mulai menyalakan mesin motornya dan menyuruh Bintang untuk naik.

"Makannya nanti di rumah lo aja lah. Sama Arkan juga. Sekalian ngapel," tuturnya sambil mengendarai.

Bintang mengerutkan dahinya. Apa mungkin Bumi punya pacar yang rumahnya dekat dengan Bintang.

"Ngapel ke siapa?"

"Ke elo lah."

Keduanya telah sampai di rumah Bintang. Bintang memberikan helmnya pada Bumi dan keduanya berjalan menuju pintu rumah.

"Assalamualaikum."

Tak lama wanita paruh baya dengan wajah kalemnya keluar dari dalam rumah. Sekarang Bumi tahu dari mana wajah cantik nan kalem Bintang berasal yaitu dari ibunya.

"Waalaikumsalam. Oh, kakak udah pulang?"

"Iya, Bu." Bintang mencium tangan ibunya diikuti oleh Bumi.

Tatapan ibu Bintang beralih pada Bumi yang sedang tersenyum manis tanpa rasa canggung di sana.

"Saya Bumi, temennya Bintang, Bu." Bumi memberitahu ibu Bintang sambil tersenyum ramah membuat ibu Bintang ikut tersenyum.

"Oh Bumi. Ayo mau masuk apa duduk di luar aja, Bumi?"

"Bu, Bintang masuk dulu ya," pamit Bintang lalu memasuki rumahnya untuk acara bersih-bersih tubuh.

"Di luar aja, Bu. Oh iya, Arkan di rumah apa nggak ya, Bu?"

"Di dalam ada lagi sama temennya lagi ngerjain tugas katanya. Bumi teman dekat sama Bintang?" tanya ibu Bintang mulai mengintrogasi.

Bumi yang sudah dipersilahkan dudukpun mulai menyengir tak jelas lalu murung seketika, sunggung tak jelas. "Jauh, Bu. Saya di sini, Bintangnya di dalam."

Ibu Bintang hanya terkekeh mendengar jawaban dari Bumi. Ia dapat tahu bahwa Bumi sepertinya memiliki sikap humoris.

Bintang keluar dengan sudah memakai pakaian rumahan dan membawa minuman di nampan.

"Diminum, Bum. Ini juga siomay lo yang tadi." Bintang menyodorkan segelas minuman dan juga siomay yang sempat Bumi beli namun sudah dihidangkan dalam piring.

Bumi meminum minuman yang baru saja Bintang tawarkan namun cowok dengan gingsul di sebelah kanan itu malah mendorong piring siomay menjauh darinya.

"Loh kok nggak dimakan?" tanya Bintang kala melihat Bumi menjauhkan piringnya.

"Nggak mau, itu siomaynya dikacangin. Takut ketularan," jawab Bumi yang membuat Bintang mengernyit tak mengerti.

"Kasih Arka aja sana, Bi. Biar dia yang dikacangin. Gue jangan."

☆☆☆☆


Siang telah berganti malam dan matahari telah tergantikan oleh rembulan. Seperti malam-malam biasanya, keluarga kecil yang rumpang satu itu sedang melakukan makan malam.

"Kakak, Adik. Ibu mau kasih tahu kalian," ujar sang Ibu setelah menyelesaikan suapan terakhir ke mulutnya.

Bintang dan Arka mendongak seketika dan menyelesaikan acara makannya dengan cepat.

"Ada apa, Bu?" tanya Arka.

Terlihat sang ibu yang menghela napas sejenak lalu tersenyum teduh.

"Mulai besok, ibu bakal kerja di perusahaan swasta. Mengingat penghasilan dari cuci baju sama jual sarapan kan nggak seberapa. Juga pendidikan kalian yang semakin membutuhkan biaya lebih. Jadi, ijini ibu kerja lagi, ya?"

☆☆☆

Di lain tempat, kini seorang remaja laki-laki sedang duduk bersantai di atas ranjang dengan jari-jarinya yang menari lincah di atas layar datar ponsel.

"Ayo, ayo! Mampus mati lo mati!" racaunya dengan semangat yang menggebi-gebu. Apa lagi kalau bukan memainkan game online.

Drttt

"Ah, untung udah selesai gue ngegamenya."

Bumi menyelesaikan permainannya lalu beralih pada aplikasi chat berwarna hijau dan melihat sebuah pesan dengan nama seseorang yang berada paling atas di layarnya. Seketika senyumnya mengembang.

Queen👑 : Good night My Earth. I love you more and more♡

Bersambung...

10 Maret 2020.

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang