[3]Bumi

74 26 9
                                    

Happy reading...

Satu mata pelajaran lagi untuk hari ini, Bintang terus saja merapalkan beberapa kata dari mulutnya sambil memejamkan matanya dengan buku catatan di tangannya.

Lima menit yang lalu Bumi sudah kembali ke ruangannya, mungkin. Namun semua kejadian hari ini sungguh sangat mengejutkan bagi Bintang. Di dalam hidupnya selama ini hanya tahu bagiamana caranya belajar dengan giat, pulang tepat waktu dan membantu ibunya untuk mencuci pakaian dari beberapa pelanggan. Ya, ibunya hanyalah buruh cuci dan pedangang sarapan ketika pagi hari.

Ayahnya telah meninggalkan mereka
bedua dan satu adik laki-laki yang sekarang duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas sembilan pada lima tahun yang lalu dan meninggalkan semua tanggung jawab di dunia. Hidup di segala kesederhanaan membuatnya sadar diri akan pentingnya pendidikan untuk mengangkat derajat keluarganya. Mengesampingkan semua keinginan remaja seusianya untuk bermain dan memikirkan tentang apa itu Cinta masa muda.

Namun satu tahun sudah ia mengagumi seorang Bumi Abimana Pranadipa dalam keterdiaman bahkan teman terdekatnya seperti Mentari pun tak pernah ia ceritakan tentang hal itu. Namun hari ini akan ia catat sebagai hari bersejarah dimana hari seorang Bumi Abimana Pranadipa menghampirinya untuk pertama kali dan bahkan berinteraksi secara langsung untuk pertama kali.

Namun yang menjadi pertanyaan besar di otak cerdas gadis itu adalah dari bagaimana Bumi tiba-tiba mengenalnya? Pasalnya dirinya bukanlah murid populer walaupun otaknya cerdas, ia tak semenarik itu untuk dibicarakan oleh semua murid.

Terus memikirkan segala hal tentang Bumi membuat Bintang tak sadar bahwa bel untuk memasuki ruangan baru saja berbunyi. Bintang mengemasi catatannya ke dalam tas lalu memasuki ruangan.

Membaca soal-soal yang tertera dalam kertas lalu mulai mencoret-coret jawaban di kertas jawaban sambil terus memutar otak untuk mengingat pelajaran yang ia pelajari. Baginya, tak ada yang namanya pintar dari lahir, karena sepintar apapun seseorang kalau tidak belajar ya tidak mungkin pintar.

Bintang tersenyum lebar melihat semua jawaban yang ia kerjakan. Mulai mengoreksi satu persatu kata yang ada, lalu ia berdiri untuk mengumpulkan hasil kerjanya membuat beberapa mata memandang pada Bintang memohon, namun Bintang tak menghiraukannya. Kalau mau mudah ya belajar dan usaha! Jangan santai-santai. Itulah prinsip hidupnya.

Bintang hanya butuh waktu 20 menit untuk menyelesaikan semua soalnya, lalu ia keluar dari ruangan lebih dulu seorang diri. Hari ini berakhir, namun masih ada besok.

Bintang mulai berjalan untuk pulang, melihat area sekolah yang masih sepi karena rata-rata belum pada selesai mengerjakan membuat Bintang dengan santai berjalan keluar.

"Dorr!"

"Astagfirullah!" Bintang terkejut oleh suara cowok yang tiba-tiba keluar dari balik tembok gerbang, Bumi.

Melihat Bumi yanh tertawa terbahak-bahak membuat Bintang semakin geram lalu ia memukuli Bumi secara bertubi-tubi membuat cowok itu mengaduh.

"Aduh, woy woy udah, Bi. Anjir sakit, iyaiya gue minta maaf!"

Bintang menghentikan aksinya lalu menatap tajam pada Bumi yang malah terkekeh kembali. "Dasar orang gila!"

Ternyata cowok yang lo suka juga gila, Bintang! Batin Bintang sambil mengelus dadanya yang masih berdetak kencang karena terkejut.

"Gila tapi suka kan?" goda Bumi dengan senyum miringnya.

Bintang melotot. "Enggak!"

Bumi masih saja terkekeh melihat ekspresi Bintang yang kesal. Sepertinya hobi Bumi memang tertawa ya pemirsa.

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang