[8]Bumi

34 9 7
                                    

Happy Reading...

Jam kosong, definisi surga dunia ala pelajar katanya. Entah dengan alasan izin, sakit ataupun rapat, murid tak memperdulikan apapun itu alasan guru yang terpenting adalah terbebas dari jeratan pelajaran. Ah, rasanya sangat aneh. Bukankah seorang anak diharapkan oleh semua orang tua untuk menata hidupnya dimulai dari belajar? Mengapa harus malas-malasan? Iya, ini untuk kamu. Iya kamu yang berbahagia ketika guru tak menampakkan eksistensinya di ruang kelas.

Menjadikan ruang kelas seakan seperti sebuah lapangan besar dengan panggung megah di tengah-tengahnya untuk dijadikan tempat konser, ruang kelas seakan kamar tidur sendiri, seakan pantai dengan ombak berdebur menyejukkan jiwa adalah hal paling membahagiakan bagi pelajar.

Ah, rasanya definisi jam kosong bagi kalian sangat berbeda dengan definisi seorang Bintang Cahya Batari. Gadis cerdas dengan wajah menawan itu memanfaatkan kekosongan jam denga pergi ke perpustakaan untuk meninjam beberapa buku. Apakah orang cerdas harus begitu? Rasanya tak perlu, namun itulah yang Bintang lakukan

Berjalan bersungut-sungut sambil sesekali memberikan umpatan yang jelas saja tak didengar oleh Bintang. Dia Mentari.

"Woy, Bi!" Menarik earphone yang bertengger manis di telinga Bintang.

Bintang menoleh sambil menaikan sebelah alisnya dengan susah payah.

"Naik nggak alis gue?" tanya Bintang dengan polosnya.

Mentari melotot tajam lalu memutarkannya malas. "Nggak naik sedikitpun!" balasnya sambil bersedekap dada.

"Kenapa sih? Dari tadi marah-marah terus perasaan." Bintang berkata dengan matanya yang masih terfokus pada buku pinjaman yang sedang ia tulis.

"Nggak tau ah. Cepetan udah belum? Gue pengen nontonin oppa gue lagi nih." Ah, akhirnya kita tahu alasan seorang Mentari terus bersungut-sungut. Mentari adalah tim yang menjadikan ruang kelas seperti kamar sendiri untuk menonton drama. Kalian tim mana?

"Yaudah sana lo balik kelas dulu. Gue masih betah," ucap Bintang yang malah menarik kursi untuk ia duduki.

Mentari menhembuskan napasnya kasar." Dari tadi kek, elah. Babay Bintangcu, muah!" ucap mentari lalu lari terbirit-birit menuju kelasnya.

☆☆☆

Masih di latar yang sama, yaitu SMK Nusa Bangsa. Kali ini kita berpindah ke ruang para pengurus osis berkumpul. Apa lagi kalau bukan Ruang Osis?

Mendengarkan arahan dari sang ketua yang ada di depan, menentukan beberapa pasang kandidat ketua dan wakil ketua untuk periode mendatang yang dinilai berdasarkan beberapa hal penilaian yang telah dilakukan.

"Kandidat Ketua dan wakil ketua nomor urut satu adalah Bumi Abimana Pranadipa dan Kirana Candra Pramesti." Arjuna sang ketua osis yang sebentar lagi akan menyelesaikan masa jabatannya itu terdiam sejenak sambil menatap Bumi juga Kirana yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Kandidat nomor urut dua yaitu Langit Aryaseto dan Melisa Candrasa."

"Dan kadidat nomor urut tiga yaitu Topan Sanjaya dan Arina Melviana."

Beberapa menit setelah pembagian nomor urut dan beberapa pesan akhirnya rapat itu ditutup. Para anggota osis dipersilakan untuk kembali ke kelas masing-masing.

Bumi berjalan menyusuri koridor dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku dan memasang wajah cool yang jelas-jelas bukanlah karakternya.

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang