[15]Bumi

33 3 6
                                    

Happy Reading...

"Bi?"

"Iya?"

"Pacaran yuk."

☆☆☆

Bintang menuruti perkataan Bumi untuk mengencangkan pegangannya pada pinggang cowok itu. Sesekali memejamkan mata karena baru kali ini ia dibonceng dengan kecepatan kencang.

Beberapa menit lalu ketika Bumi melemparkan ajakan untuk 'pacaran' tak berselang lama sebuah panggilan masuk dan membuat Bumi terlihat panik. Entah apa penyebabnya Bintang pun tak tahu.

"Bumi jangan ngebut!" Bintang mengencangkan pegangannya sambil berteriak supaya suaranya dapat terdengar oleh Bumi.

Bumi tak mengindahkan ucapan Bintang dan terus melajukan motornya dengan kecepatan kencang membuat beberapa pengguna jalan sedikit dibuat geram.

Beberapa menit kemudian Bintang membuka matanya karena merasakan kendaraan yang ditumpanginya melambat dan berhenti. Bintang dengan cepat menuruni motor dengan kaki yang sedikit gemetar.

"Jangan anter pulang lagi kalau ngebut kayak tadi, Bum," ucap Bintang dengan lirih sambil memberikan helm merah muda milik Bumi.

"Maaf, Bi. Gue buru-buru." Bumi mengusap rambut Bintang beberapa kali membuat Bintang terkesiap. "Gue pergi dulu."

Ketika Bumi sudah hendak menjalankan motornya, tiba-tiba Bintang menahan tangan Bumi membuat cowok itu mengurungkan niatnya untuk melaju.

"Mau kemana, Bum?" tanya Bintang yang entah bagaimana ia bisa mendapatkan kepercayaan diri untuk menanyakan hal yang sebenarnya bukan urusan gadis itu.

"Ada urusan sebentar, jangan khawatir gitu mukanya. Kan jadi enak guenya." Bumi terkekeh kecil lalu menurunkan tangan mungil Bintang yang sempat menahan lengannya. Perlahan tangannya naik menuju pipi mulus gadis itu. Sementara Bintang seolah tubuhnya membeku saat ia merasakam tangan besar dengan tekstur agak kasar itu menyentuh permukaan kulit wajahnya. Ia sama sekali tak bergerak dan sempat menahan napas sampai ia tak sadar bahwa Bumi sudah berlalu dengan motornya.

"Kya!" Bintang menjerit sambil melompat-lompat dengan tangannya menyentuh pipi yang sempat dielus Bumi tadi. Perutnya seperti ingin meledak sekarang karena merasa ada sesuatu yang beterbangan menggelitikinya.

"Huh hah!" Sama sekali tak bisa melarang bibirnya untuk tak melengkung ke atas Bintang mengibaskan tangan ke wajahnya karena udara panas serasa menyambarnya. Pipinya merona.

Namun acara baper baper manjanya selesai sudah ketika sebuah suara menyebalkan masuk ke gendang telinganya.

"Ngapain loncat-loncat? Minta pesawat jatuhin duit?"

Bintang membalikkan badannya dan di sana ia melihat Arka sedang berbiri sambil bersandar di tembok teras rumah sambil melipat tangannya di depan dada.
Ia menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya kuat-kuat. Sangat malu. Pasti Arka melihatnya!

"Apaan sih? Kepo banget!" Dengan berusaha sekuat mungkin memasang muka tebalnya lalu berjalan memasuki rumah dengan melewati Arka yang sedang menatapnya dengan tatapan meledek.

☆☆☆

Dengan tergesa-gesa Bumi memarkirkan motornya di depan rumah besar yang didominasi warna putih dengan aksen warna gold.

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang