[2]Bumi

91 26 9
                                    

Happy reading...

Semenjak pagi tadi ketika seorang remaja laki-laki bernama Bumi Abimana Pranadipa atau yang biasa disapa Bumi itu terus menggerutu kepada teman sebangkunya yang bernama Abimanyu karena mulutnya kalo bicara tak memakai saringan.

"Lain kali jangan panggil gue kalo mau nyontek, Tarno! Kan jadi gue yang kena!" tegur Bumi untuk yang kesekian kalinya dimulai sejak kejadian itu terjadi.

"Ah, kuping gue sampe pengang banget tau nggak, Bum. Lo ngomong kayak gitu udah hampir dua puluh tujuh kali tau nggak," ujar Abi kesal.

"Ya lagian lo nya yang kalo ngomong nggak diinstal itu saringan digital di otak."

"Mana ada saringan digital, lo nya aja yang nggak seloan, orang beneran gue nggak bisa ngerjainnya ya gue nanya lo lah! Solid, bro," balas Abi sambil memainkan ponselnya.

"Yakali lo manggil gue pakai suara toa lo itu! Ya satu kelas denger lah, Jono!" kesal Bumi.

"Hih, capek lah gue ngomong sama lo, salah terus tau nggak, Bum, kayak ngomong sama cewek. Lagian lo kemana aja, sih, tadi? Lama bener, Gila!"

"Ketemu cewek dong!" ucap Bumi bangga.

"Lah, lo beneran nyari itu cewek?" tanya Abi heran.

"Iya, ternyata anak Akuntansi satu dia."

"Akuntansi satu? Wah, anak pinter dong?"

"Nggak tau gue," jawab Bumi enteng.

Abi diam, ia tampak sedang mengingat-ingat sesuatu yang ia ketahui.

"Eh, Bum. Akuntansi satu itu kelasnya temen osis lo yang namanya Ki, Ki siapa itu bukan sih?" tanya Abi sambil terus mengingat nama yang ia maksud.

"Kirana," koreksi Bumi.

"Nah iya. Cewek bar-bar yang suka nempelin lo itu kan?"

***

Abimanyu terus menggerutu pada Bumi saat ini, pasalnya ia sudah sangat lapar karena baru sempat istirahat setelah mengerjakan soal-soal dua mapel di pagi hari.

Tapi ketika ia hendak memakan pesanannya di kantin, Bumi menyuruhnya untuk menghampiri ruang ujian anak Akuntansi satu dan menghampiri Bintang.

"Kenapa nggak lo aja sendiri sih Bum yang nyamperin cewek itu?" tanya Abi kesal.

"Udah sana, bantu gue ngapa sih, Abi!"

"Iya iya gue ke sana, puas lo!" ucap Abi kesal lalu berlalu menuju ruang paling belakang di sekolahnya.

"Baperan, kayak cewek."

Abi berjalan dengan gaya angkuh untuk menarik para adik kelas yang ada di sana dan sesekali mengedipkan matanya membuat para adik-adik kelas tersipu malu.

Sampai di ruang 20, Abi kikuk sendiri pasalnya ia tak tahu seperti apa wajah yang bernama Bintang itu. Ah, benar-benar Bumi sialan.

Abi mengedarkan pandangannya untuk mencari siapa tahu ada yang ia kenal di sini dan gotcha! Ia melihat cewek bar-bar bernama Kirana di sana.

"Kirana?" panggil Abi membuat hampir seluruh umat yang ada di sana menoleh ke arahnya.

"Iya gue, ada apa? Lo temennya Bumi kan ya?" tanya Kirana berbinar.

Abi menggaruk tengkuknya. "Gue mau tanya yang namanya Bintang mana?"

Kirana memicingkan matanya pada Abi. "Ngapain lo nyari Bintang? Naksir lo?"

Bintang yang mendengar namanya di sebut-sebut pun menoleh pada asal suara. Ia melihat teman sekelasnya yang bernama Kirana sedang berkacak pinggang di depan cowok yang tak ia kenal. Tak lama, Kirana pun menatapnya.

BUMI (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang