33.Planet Abadi:Ketahuan

26 3 0
                                    

Malam pun tiba. Aku dengan Yoongi ada dikamar berdua. Seperti biasa, aku duduk dibalkon kamar dan menatap langit malam yang sangat ku rindukan. Malam indah Planet Abadi.

Aku terus menatapnya tanpa jenuh, bahkan bosan pun tidak ada. Hingga tak sengaja aku meneteskan air mata karna rindu ku pada dua orang yang sangat-sangat ku rindukan.

"Apa kamu tidak bosan, sayang?" tanya Yoongi sambil berbaring ditempat tidur ku.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum tanpa memperlihatkan senyum yang terukir di wajah ku ini.

"Tidak. Aku tidak bosan. Kenapa juga aku bosan? Hiks," ucap ku. Tidak sadar, aku mulai menangis.

Yoongi yang mendengar isakan tangisan ku langsung menghampiri ku lalu memutar tubuh ku menghadap ke wajah nya. Dengan posisi berlutut, Yoongi melihat jelas wajah ku yang sudah dibanjiri oleh kristal bening yang lolos keluar.

Tanpa pikir panjang, dia langsung memeluk ku dan aku membalas pelukannya dengan erat, erat sekali.

"Menangis lah, tidak usah ditahan. Aku tau kamu sedang merindukan orang tua mu kan?" ucap Yoongi disela-sela dia memeluk ku.

Aku menenggelamkan wajah ku kebahunya dan menggelengkan kepala sedikit. Memberikan isyarat 'iya' pada nya.

"Ya sudah, uljima-yo chagi-ya. Nanti orang tua mu bakal sedih melihat mu menangis seperti ini." Yoongi berusaha menenangkan perasaan rindu ku ini.

Aku melepas pelukannya dan menghapus air mata ku dengan telapak punggung tangan ku.

"Aku cuma mengingat kejadian pas pertama kali orang tua ku mengajak ku pertama kali melihat bintang," jelas ku sambil menundukkan kepala.

"Kamu banyak sekali yah kenangan disini," kata Yoongi tersenyum kepada ku. Padahal aku tak melihat senyuman nya.

Aku menganggukan kepala lagi. Yoongi menyentuh dagu ku, dia menghadapkan pandangan ku kepada nya. Kami saling bertatap mata sekarang.

"Setiap kenangan yang telah kita ciptakan pasti akan teringat dipikiran kita lagi. Tapi, jika kita larut akan kenangan yang tiba-tiba datang itu, tanpa sadar air mata jatuh," kata Yoongi sambil menatap ku lekat.

"Kemudian kita akan menangisi kenangan itu. Kita boleh saja menangis karna tangisan itu manusiawi. Tetapi, kalau kita menangis berlama-lama juga tidak baik kepada kesehatan mental. Jadi, jangan terlalu larut akan kenangan itu yah?" kata nya lagi dan dia mengembangkan senyuman nya lagi.

"Baiklah. Terimakasih sudah menenangkan ku, Yoongi-ah," ucap ku membalas senyuman nya itu.

Entah kenapa, Yoongi memajukan wajahnya dan aku mengerti akan sikapnya barusan.

Aku memejamkan mata dan mulai merasakan lumatan kenyal basah dibibir ku sekarang. Yoongi mencium bibir ku dalam dan aku mengikuti permainannya.

Tiba-tiba Yoongi melepasnya dan pipi nya langsung memerah seperti kepiting rebus.

"Mianhae, aku kebablasan," ucap Yoongi sambil menggaruk kepala. Aku yakin itu tidak gatal.

"T-tidak apa-apa," jawab ku gugup.

Pada saat Yoongi seperti itu, jantung ku berdetak cepat dan rasanya aku tidak ingin lepas. Aku terbawa suasana juga.

"Belum saat nya aku seperti tadi," kata Yoongi mulai merasa tak enak dengan ku padahal dia juga pernah seperti itu. Bahkan sudah beberapa kali.

Aku terkekeh geli melihat sikap Yoongi sekarang dan aku bangkit dari tempat ku kemudian berjalan menuju tempat tidur.

"Jangan berpikir yang aneh-aneh, em. Aku lelah, aku ingin tidur. Malam chagi-ya." Aku menghempaskan tubuh, menarik selimut dan tidur.

DNA [BTS×FANTASI ACTION ROMANTIS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang