Jam dinding berwarna hitam itu telah menunjukan pukul tujuh malam, namun gadis berambut coklat itu masih enggan untuk bangun dari tidurnya. Selimut berwana broken white itu nampak memeluknya dengan erat, seolah melarang Nonanya untuk beranjak pergi.
Suara ketukan pintu menjemputnya pulang untuk terbangun dari mimpi. Zeta sangat tahu siapa di jam segini yang selalu mengetuk pintu kamarnya. Ia menggeliat di ranjang king size miliknya, meregangkan semua otot yang terasa kaku karena posisi tidur yang salah. Zeta duduk disisi ranjang untuk mengumpulkan kesadarannya yang baru setengah terkumpul. Terdiam sejenak dengan keadaan kamar yang gelap gulita. Kepalanya terasa pening karena tertidur cukup lama.
Ketukan pintu itu masih terus berbunyi, kali ini disertai suara wanita paruh baya yang sangat ia kenali.
"Non Kyla, makan dulu yuk. Mbok udah siapin makanan di meja makan." Mbok Yen. Asisten rumah tangga sekaligus pengasuh Zeta sejak kecil. Hanya Mbok Yen yang memperhatikan perut Zeta, apakah sudah terisi atau belum.
"Iya Mbok, nanti Kyla makan." Teriak Zeta dari dalam kamar.
Kemudian ia melangkah mencoba mencari saklar lampu dinding. Saat ia berhasil menyalakan lampu dapat terliat jelas bagaimana penampakan kamarnya yang sangat amat berantakan. Bungkus bekas camilan bertebaran dimana mana, puntung rokok, serta tidak absen pakaian dalam yang tercecer di lantai kamar. Ya, kamar Zeta saat ini nyaris seperti kapal pecah.
°°○°°Tidak ada suara jangkrik maupun katak yang saling bersautan. Tidak ada udara sejuk yang dapat mengisi paru-paru dengan sempurna. Tidak ada kunang-kunang yang berterbangan menciptakan kelip indah. Yang ada hanya suara sorak sorai remaja metropolitan yang haus akan hiburan. Juga kepulan asap rokok dan knalpot mobil yang mengepul diudara menjadi perpaduan yang sangat senada.
Mata Zeta kini terfokus pada sirkuit yang berada di depan matanya. Oh bukan, lebih tepatnya jalanan sunyi yang mereka jadikan sebagai ajang kebut-kebutan. Selain menjadi hiburan, balapan mobil juga kerap kali dijadikan sebagai ajang taruhan. Itu yang menjadi point plus bagi Zeta. Bahkan nominalnya pun tidak dapat dibilang sedikit.
Zeta memainkan pedal rem dan gas hingga membuat mobilnya mengeluarkan asap yang sangat mengepul, begitu pun lawan disebelahnya yang tidak mau kalah. Teriakan wanita terdengar sangat riuh, meneriakan nama seseorang, yang entah siapa itu. Tidak jarang para penonton wanita terdengar heboh namun sepertinya malam ini terasa lebih bising daripada malam sebelumnya.
Mobil Bugatti Chiron Sport berwarna hitam matte yang notabennya adalah lawan Zeta malam ini membuka kaca mobilnya, menampilkan seorang cowok berambut gondrong yang duduk dikursi kemudi. Teriakan semakin menjadi jadi saat cowok itu keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Zeta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zetana
Teen Fiction"Lo percaya pertemanan? Gue si enggak. Menurut gue pertemanan itu cuma status di lingkungan sosial aja. Semacam simbiosis mutualisme. Tujuannya hanya dua, saling menguntungkan, atau paling menguntungkan." Tutur Zeta pada teman barunya. Persepsinya t...