Kafka datang ke kelas setengah jam sebelum bel masuk berdering. Bukan tanpa alasan ia masuk ke kelas sepagi itu, padahal biasanya ia datang ke sekolah lima menit sebelum bel masuk, atau persis saat bel berdering ia baru menginjakan kaki di kelas.
Kafka langsung mengeluarkan buku bersampul coklat dan sebatang pulpen. Keadaan kelas pun tidak seperti biasanya. Tidak ada para siswi yang bergosip ria di pagi hari, tidak ada Edgar yang fokus baca komik, ataupun Haikal yang nonton film anime. Mereka semua terlihat sibuk mengerjakan pr, lebih tepatnya menyalin jawaban dari sumber terpercaya. Ya, siapa lagi kalau bukan Jihan, siswi berprestasi yang notabennya selalu jadi juara umum. Cewek bertubuh imut dengan potongan rambut hitam sebahu itu tampak sangat menggemaskan.
Edgar tersenyum lebar saat mendaratkan bokongnya di kursi miliknya, "Akhirnya pr gue selesai." Ucapnya sambil mengelus dada.
Tanpa babibu Kafka langsung mengambil buku pr milik Edgar, "Gue liat." Tidak perlu mendapat persetujuan dari Edgar, Kafka sudah menyalin isi pr-nya.
"Itu nyontek namanya, bukan liat. Kambing!"
Kafka terlihat sangat fokus menyalin isi jawaban dengan teliti, sampai kehadiran seseorang disebelahnya berhasil membuatnya berhenti menulis.
"Minggir gue mau duduk." Ucap Zeta sambil memiringkan tubuh Kafka agar dirinya dapat lewat. Iya, Zeta memang duduk di pojok dekat dinding.
"Kemarin lo kemana? Bolos, gak ada kabar." Bukannya di jawab, Zeta kembali mengacuhkan teman sebangkunya itu.
"Lo udah ngerjain pr?" Tanya Kafka, padahal Zeta baru saja mendaratkan bokongnya di bangku.
"Bukan urusan lo!" Jawab Zeta sarkas sambil menyumpal kedua telinganya dengan earphone.
°°○°°Mie ayam menjadi pilihan Zeta di jam istirahat, tidak ketinggalan susu strawbery. Perutnya belum terisi dari tadi malam.
Lima sendok sambal dan guyuran saus menjadi pelengkap semangkuk mie ayam yang akan ia santap. Zeta menyantap mie ayam dengan sangat menikmatinya, mungkin karena efek lapar dan ini pertama kalinya ia makan di kantin. Meja disudut kantin menjadi pilihannya, duduk seorang diri sambil menikmati semangkuk mie ayam. Darah introvert mengalir kental di dalam tubuhnya.
"Napas woy!" Zeta menatap Kafka yang duduk disebelahnya tanpa meminta persetujuan terlebih dulu. Matanya menatap Kafka dengan mulut yang masih melahap mie.
"Kok bengong? Terpesona yaa sama kegantengan gue?" Ucap Kafka sambil terkekeh. Seketika Zeta buru-buru menelan mie yang telah ia kunyah dengan sangat cepat.
"Berisik!" Cacinya.
Sekarang giliran Kafka menyantap makan siangnya, ia memesan bakso dan sedang menuang saus juga sambal. Kafka terlihat sangat pandai meracik bumbu tambahan.
"Gue duluan!" Pamit Zeta sambil menyenggol tangan Kafka, otomatis lada bubuk ditangan Kafka langsung jatuh ke dalam mangkuk bakso.
"Woii tanggung jawab lo Zebra!!" Teriak Kafka heboh, hingga membuat sebagian siswa yang sedang makan menjadi tersedak.
"Mimpi apa gue punya temen sebangku kelakuaknnya bar bar kaya gitu, untung cantiknya masyaallah." Kafka bermonolog sambil heran setelah melihat kelakuan teman sebangkunya itu.
Setelah dari kantin Zeta memutuskan untuk pergi ke toilet. Untuk merapihkan kuncir kuda dan buang air kecil. Namun, belum sampai ke toilet ia mendengar ada suara cukup berisik yang berasal dari bawah tangga.
"Rasain tuh, mampus!" Zeta dapat melihat cewek berpenampilan menor itu mengguyurkan air bekas pel pada seseorang. Ketiga perempuan itu tertawa dengan puas melihat kelakuan yang baru saja mereka buat.
"Udah sinting lo?" Maki Zeta kepada tiga siswi yang terlihat terkejut kehadirannya.
"Jangan sok ikut campur lo. Murid baru mau jadi jagoan?" Salah seorang dari mereka maju dan mendorong bahu Zeta. Namun apa yang dia lakukan jelas adalah kesalahan fatal. Dengan menyentuh Zeta, sama saja telah membangunkan singa betina.
Wait, dia bilang gue murid baru? Baru liat kalii!!
"Berani lo sama gue?" Ucap Zeta menusuk. Tangannya sudah dengan cekatan memelintir tangan siswi yang baru saja mendorongnya.
Disaat yang bersamaan matanya menangkap siapa siswi korban perundungan barusan, Jihan. Cewek itu sudah basah kuyup terduduk dilantai.
"Lo, bangun. Cepet!" Ia melepaskan cengkrakaman kuatnya. Lalu mendorong tubuh cewek itu hingga membentur dinding.
"Persetan lo kakak kelas dan dia adik kelas. Tapi coba deh lo ngaca, lo gak jijik sama kelakuan lo?" Tanya Zeta sambil menampilkan smirk yang ia punya.
"Bangs---" Salah seorang cewek berambut coklat sudah bersiap menampar Zeta, namun kalah cepat dengan tangan Zeta yang menepisnya.
"Kalo berani jangan keroyokan dong." Kontan saja hal tersebut memancing emosi ketiganya.
"Oh ya satu lagi, kalo bisa jangan main jambak sama cakar. Cewek tuh kalo berantem udah kebaca ya." Zeta tersenyum meremehkan. Ketiganya sudah terlihat seperti kepiting rebus.
"Berani lo yaa!" Benar saja, rambut Zeta dijambak oleh cewek berambut coklat tadi. Zeta refleks meninju wajah cewek itu dengan siku-nya hingga membuat hidung cewek itu berdarah lumayan banyak.
Tubuhnya tumbang hingga membuat ketiga cewek itu panik lalu memanggil bantuan. Zeta sudah dapat menebak apa yang terjadi setelah ini.
°°○°°
Coba absen dulu disini yang pernah ribut sama sesama cewek?
Hayo ngakuu, gara-gara apatuhh😂
Aku pribadi emang suka bingung si sama cara berantemnya cewek. Pasti gak jauh dari cakar atau jambak. Atau yang lebih malesnya lagi kalo ribut sama cewek yang jago banget ngoceh, duhh kenapa jadi curhat sii hahaa..
Boleh banget kalian tulis pengalaman ribut terkonyol yang pernah kalian lakuin di kolom komentar, sekalian berbagi cerita.
Tapi aku ingatin sekali lagi, jika bisa lebih baik diselesaikan baik-baik yaa. Jangan sampai adu fisik begitu, hehee.
Aku harap kalian menikmati tulisan aku, jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknyaa yaa 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Zetana
Teen Fiction"Lo percaya pertemanan? Gue si enggak. Menurut gue pertemanan itu cuma status di lingkungan sosial aja. Semacam simbiosis mutualisme. Tujuannya hanya dua, saling menguntungkan, atau paling menguntungkan." Tutur Zeta pada teman barunya. Persepsinya t...