26

53 4 0
                                    

Rachel sudah di pindahkan di ruang rawat inap namun ia tak kunjung sadar.

Ray masuk ke ruangan Rachel.Satu bulir bening jatuh di pipi Ray tanpa izin.

"Maafin bang Ray,chel. Bang Ray ngga bisa jagain Rachel" ucap Ray sambil menangis dan terus menciumi tangan Rachel yang bebas infus.

"Bangun Chel, lo ngga cape tidur terus?" ucap Ray lagi.

Rachel tetap setia menutup mata nya,entah mimpi indah apa sehingga ia tak mau bangun dari tidurnya.

Ray keluar dari ruangan Rachel untuk menghampiri teman teman Rachel.

"Ini udah malem kalian pulang aja,besok kesini lagi" ucap Ray pada Dhea,Yola,Edgar,Keenan dan Raka.

"Besok kalo Rachel sadar cepet hubungin kita ya bang" ucap Yola pada Ray.

"Iya,sekarang kalian pulang besok sekolah" ucap Ray lagi.

Dhea,Yola,Edgar dan Raka sudah berjalan keluar dari rumah sakit beda dengan Keenan yang masih anteng duduk di kursi.

"Lo ngga pulang Nan?" tanya Ray pada Keenan.

"Gue mau nungguin Rachel sadar bang" jawab Keenan.

"Ini udah malem Keenan,lo pulang aja,orang tua lo pasti khawatir sama lo,besok lo kesini lagi" ucap Ray.

"Pliss bang ijinin gue nunggu Rachel sadar" mohon Keenan pada Ray.

Ray mengangguk memberi izin pada Keenan.

"Lo boleh nungguin Rachel,tapi lo izin dulu sama orang tua lo" ucap Ray.

"Iya bang nanti gue telfon bunda" ucap Keenan.

"Yaudah masuk" ucap Ray mengajak Keenan masuk ke dalam ruangan Rachel.

Dilihatnya Rachel yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan infus dan alat bantu nafas di hidug nya.

"Lo tolong jaga Rachel dulu,gue mau beli makan sebentar" ucap Ray dan di balas anggukan oleh Keenan.

Keenan menghampiri brankar Rachel dan duduk di kursi yang di sediakan di samping brankar.

Keenan menggenggam tangan Rachel yang bebas infus.
Terasa sangat dingin tangan halus Rachel.

"Bangun cewek kepala batu" ucap Ray lirih.

Rachel masih setia memejamkan mata.

"Cih,ternyata lo lemah ya gitu doang sampe tidur lama banget" Keenan berdecih dan mengejek Rachel.

"Gue kira lo cewek kuat tapi sama aja lo sama yang lain,lemah!" ejek Keenan lagi.

Tak terasa satu bulir bening jatuh di pipi Keenan.
Keenan menangis? Kelangkaan yang sangat langka!

"Lo liat?gara gara lo gue nangis di depan lo!!" ucap Keenan lagi.

"Jangan bangun dulu gue lagi nangis,kalo lo liat pasti lo ngetawain gue" ucap Keenan dengan senyum nya yang kecut.

Keenan sedari tadi mengajak Rachel berbicara namun Rachel tetap setia dengan mimpi indah nya.
Hingga Keenan lelah dan terlelap di samping Rachel dengan tangan nya masih menggenggam tangan Rachel.

Ray kembali dari kantin rumah sakit dengan membawa kresek yang berisikan makanan untuk Keenan tapi sesampai nya di kamar Rachel dilihatnya Keenan yang sudah tertidur.

"Lo beruntung Chel,ketemu sama cowok baik kaya Keenan" gumam Ray dan berlalu menuju sofa yang ada di kamar.

*******************

Matahari sudah bersinar terang di luar sana,tapi Keenan belum juga terbangun dari tidurnya.

Ray yang sudah bangun sedari tadi memutuskan untuk pulang ke rumah mengambil beberapa keperluan Rachel seperti baju ganti.

Oh Ya! Kalian pasti bertanya dimana Rose dan Marvin bukan? Jawaban nya simpel,mereka berada di luar negri.Kalian pasti berfikir 'bagaimana bisa mereka keluar negri sedangkan Rachel putrinya sedang terbaring lemah di rumah sakit'. Sudah Rachel bilang bukan jika kedua orang tua nya lebih mementingkan pekerjaan dibanding putrinya sendiri.

Sudah lupakan saja masalah kedua orang tua Rachel.

Rachel perlahan tersadar dan membuka mata nya,ruangan serba putih yang pertama ia lihat dan bau khas obat menyeruak di hidung nya.

Kemudian ia merasakan berat di tangan kiri nya yang bebas infus,ia melirik tangan kiri nya dan melihat seseorang tertidur dengan memeluk tangan nya.

Rachel perlahan menggerakan jemari nya.
Keenan yang merasakan ada gerakan di jari Rachel terbangun dari tidurnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Rachel yang sudah membuka mata nya namun masih dengan wajah yang pucat pasi.

"Rachel? Lo udah sadar" ucap Keenan sambil menggenggam tangan Rachel.

Rachel seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia masih lemas.

"Ada yang sakit Chel?" tanya Keenan panik.

"Ha-haus" ucap Rachel lirih.

Keenan yang mendengar ucapan Rachel bahwa ia haus langsung mengambil minum dan membantu Rachel minum.

Setelah selesai minum Rachel kembali berbaring.
Keenan memencet tombol merah di samping brankar memanggil dokter untuk mengecek keadaan Rachel.

Tak lama kemudian dokter Farhan datang dan mengecek keadaan Rachel.

"Gimana dok?" tanya Keenan saat dokter Farhan sudah selesai mengecek keadaan Rachel.

"Sudah agak membaik,jangan ajak Rachel banyak berbicara biarlah dia istirahat agar cepat sembuh total" jelas dokter.

"Baik dok" ucap Keenan dan dibalas anggukan oleh dokter Farhan dan meninggalkan ruangan Rachel.

"Dhea dimana? Dhea ngga papa kan Nan?" tanya Rachel dengan suara parau khawatir dengan Dhea.

"Dasar kepala batu,saat keadaan lo kaya gini lo masih mikirin orang lain" jawab Keenan.

"Dhea baik baik aja" lanjut Keenan.

"Kenapa lo disini?" tanya Rachel lagi.

"Bang Ray lagi pulang jadi gue disuruh jaga lo" jawab Keenan tentu berbohong pasalnya yang benar adalah Keenan yang memaksa untuk menunggu Rachel.

"Baju lo ken--" ucapan Rachel di potong oleh Keenan.

"Gausah banyak ngomong lo baru sadar istirahat aja" ucap Keenan.

Rachel memilih diam meski ia sangat penasaran dengan baju,tepatnya seragam Keenan yang kusut dan berlumur darah yang sudah kering tetapi bau amis masih sangat kentara.

Keenan juga baru menyadari bahwa sedari kemaren ia masih memakai seragam sekolah nya yang sudah di penuhi darah Rachel yang sudah mengering.

Di saat keheningan melanda Rachel dan Keenan,tiba tiba pintu ruangan terbuka menampakan sosok yang sedari tadi Rachel tunggu,siapa lagi kalo bukan Ray.

"Rachel kamu udah sadar" ucap Ray menghampiri Rachel dan mencium pucuk kepala Rachel.

Rachel tersenyum melihat abang nya yang begitu bahagia melihat dirinya sudah sadar.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

tbc

Rachel's Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang