Gagal Menghindar

5K 317 12
                                    

Semenjak sesi curhat kemarin, membuat Viola jadi menjaga jarak dengan Antony, ia tak mau, tapi harus menjauh, ia tak ingin di cap sebagai perusak rumah tangga orang.
Dan sesi aman Viola sudah berakhir, bos Hakim sudah kembali.

"Vio, di panggil mr bos buset, kuping lu di tinggal di kontrakan ya?" Candra membuat Viola berjingkat kaget.

"Gue sumpahin kaga laku seumur hidup lu." Viola tak kalah nyolot.

Viola mengetuk pintu setelah mendengar sahutan dari dalam ia masuk ruang mr Bos, ternyata di dalam ada bos Hakim dan pak Antony.

"Mr bos panggil saya?" Tanya Viola setelah membungkukan badan tanda penghormatan.

"Ya, mau bertanya kebutuhan orang di marketing." Jawab mr bos.

"Iya, sesuai kemarin yang saya bilang. RnD butuh satu dan satu lagi buat bantu saya." Terang Viola

"Kamu kenapa? Keberatan? Kayaknya bener kamu harus tuker tempat sama bi Cici. Emang kamu lebih cocok disana. Kerjanya bikin kopi doank. Ngga pake mikir."
Viola hanya menunduk, suara bos Hakim bahkan mungkin terdengar sampai luar ruangan.

"Menurut saya sih ngga, kemarin waktu bapak ngga masuk, presentasi penjualan dia bagus. Pembahasan plan daily, weekly, monthly, bahkan forecast semua sangat jelas. Kemarin juga keluar meeting dia mempertahankan harga yang telah kita sepakati itu dengan teguhnya. Tidak ada yang salah sama Viola." Bela Antony.

Bos Hakim menegakan duduknya.
"Lalu bapak fikir selama ini saya ada yang salah? Saya sudah 3 tahun jadi bosnya. Saya hafal apa kekurangan dia." Bos Hakim tersulut emosi

"Vio bisa jawab?" Pinta mr bos.

"Sa-saya masih mampu mengerjakan sendiri bos." Jawaban ini lemah dengan menunduk.

Kali ini Bos Hakim membusungkan dada. Ia merasa menang.

"Vio..-," adu Anthony yang kesal karena kepasrahan Viola.

"Viola permisi. Masih banyak pekerjaan." Viola meninggalkan ruangan.
Ia kembali ke kubikel kecil miliknya.

Kali ini kepala Candra melongo kearah Viola. "Di omelin lagi lu?"

Viola hanya mengangkat pundak tak peduli. Rasa kesal yang ada di dalam dada seakan mau meledak. Entahlah, biasanya Viola tak pernah ambil pusing, tapi kali ini ia benar-benar kesal. Tekanan dari kampus, tugas yang menumpuk, pekerjaan yang dilimpahkan padanya semua. Dan lagi-lagi ia di anggap tak melakukan apapun oleh bos Hakim.

"Jangan di ambil hati." Tangan Antony berada di pucuk kepala Viola.

"Ia sih bos, dia kenapa, udah jelek, manyun gitu. Dilihatnya kebayang pantat ayam gue." Cletuk Candra.

Dengan menahan senyum Antony menjawab. "Request tambah orang ngga di Acc sama bos Hakim."

"Kan mr Bos udah kasih kemarin, bos Hakim bawahan ngapa jadi ngatur atasan?" Candra tak mengerti.

"Lu tanya sana sama bos lu." Jutek Viola.

"Vio, lu harus sekali-sekali deh ngga masuk kerja. Lu coba, gue yakin berantakan, ngga cuma marketing tapi delivery juga, ngga bakal ada yang berani pecat lu Vio. Jam terbang lu dah tinggi disini. Selain lu sama bos Hakim, mana ada yang ngerti sistem? Palingan nanti dia yang kelabakan." Kali ini Candra memberi ide.

"Gue.."

"Ada benarnya yang di bilang Candra." Antony pun setuju

Viola menarik nafas dalam. "Tapi pak, masa gara-gara kayak gini saya ngga masuk."

"Vio, lu itu over, bahkan dokumen 10 tahun lalu lu tau hafal tempatnya di gudang file." Candra masih tak terima dengan sikap bodoh Viola.

Antony menarik tangannya dan memasukkan kedalam kantong. "Loyalitas buat perusahaan itu perlu, tapi ada batasnya Vio."

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang