Curiga

4.1K 260 9
                                    

Senin ceria...
Viola kembali bekerja seperti biasa. Ia sibuk dengan laporan paginya.

"Vio, sumpah ya. Telfon di meja lu angkat. Berisik." Gerutu pak Agus bawahan langsung bos Hakim.

Mata Viola melirik kesal pada orang yang membentaknya sepagi ini. Tapi ia tetap melaksanakan apa yang diperintah pak Agus.
"Halooo. Selamat pagi. Dengan saya Viola, Ada yang bisa saya bantu?"

"Ngga usah banyak basa basi. Barang gue udah lu kirim belum?" Jawaban ketus didapat Viola di ujung telfon.

"Dengan siapa saya bicara? Barang apa yang bapak tanyakan? Biar saya lihat didelivery."

"Gue Dion."

"GL-000239A sudah dikirim dari shif malem pak. Tolong dicheck dulu di area tunggu disana. Nunggu bongkar disana itu lama. Ngantri, kalau top Urgent kasih duluan donk, mobil saya biar ngga mendem disana semua." Viola tak kalah galak.

"Gue liat dulu."

"Sana deh, jangan marah mulu tar cepet keriputan." Jutek Viola dengan menutup telfon.

"Dodol." Candra menyambar bak petir dipagi hari.

"Kenapa?" Tanya Viola

Candra protes dengan sikap Viola. "Sama custommer itu yang baik,lembut,ini mah juteknya tujuh turunan coba."

"Dia bukan nanya tapi ngamuk. Kan kesel aku tuuuuh." Viola merengut.

Pak Arista, yang bekerja kontrol delivery kebetulan melintas dari HRD.
"Bos, barang pak Dion udah berangkat belum? Dia ngamuk tuh." Viola menyampaikan keluhan dari pak Dion karena harusnya delivery yang menerima.

"Buset, Dion udah laporan aja ke lu, barang yang dia minta partial. Jadi di mobil depan ada, di mobil ini ada. Barang masih anget keluar dari mesin. Kan masih melewati beberapa tahap. Giliran ada yang rusak ikut terkirim kesana mereka nyalahin QC kita." Jawab Arista sembari mengelus perut buncitnya.

"Gimana kalau kita samperin aja pak?" Telfon kembali berdering ketika Viola belum selesai berbicara.

"Halo pagi." Sapa Viola tak selengkap biasanya.

"Kok udah gitu doang?" Tanya seseorang di ujung telfon sana.

Dengan menahan kesal Viola menjawab. "Kenapa pak Danar? Barang belum dateng? Yang mana biar saya liat."

"Ngga kok, cuma pengen disapa kayak biasanya aja sama kamu."

"Pak Danar sehat?" Viola meletakkan telfon di bahu, kepalanya miring memastikan masih mendengar jawaban orang di ujung sambungan telfon. Sedang kedua tangan ia gunakan untuk mengetik angka-angka di exel nya.

"Viola, daily report ditunggu ya?" Seru bos Hakim mata Viola hanya melirik.

"Viola, punya saya sekalian ya." Tangan Antony berada di pundak Viola. Membuat Viola berjingkat kaget.

"Siap pak. Okta, print out report ya!" Viola memberi instruksi pada Okta, karena mesin print kebetulan di meja Viola.
"Pak Danar, barang bapak sudah dikirim. Kalau tidak ada kepentingan lain saya tutup dulu. Selamat pagi pak Danar yang baik hati. Semoga hari ini menyenangkan."

Viola masuk ke ruang meeting setelah print out semua report penjualan hari kemarin.

"Vio, kok keluar, sini ikut meeting." Pinta salah seorang bos Produksi 2.

"Ngga bos, kerjaan saya masih bertumpuk." Jawab Viola sembari menutup kembali ruang meeting menuju kubikelnya.

"Kenapa lu?" Tanya Candra beranjak dari kubikelnya.

"Kerjaan gue kelar satu. Crosscheck harga delivery sekarang sudah ada si anak baru. Bantu RnD udah ada Angga. Enak kan jadi gue." Sombongnya.

"Viola, lu kenapa sama gue?" Tanya Ana si anak baru cantik mirip model iklan obat masuk angin.

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang