Akhir

3.5K 219 0
                                    

Hari yang Viola tunggu sedang berlangsung. Saat ini ada Nadia yang menemani menggantikan undangan yang biasa di tujukan pada orang tua wisudawan/ti. Dave sedang ada jadwal, jadi Nadia di temani Angga. Pancaran cahaya kebahagiaan Viola begitu nyata tercetak di wajah. Senyum puas atas apa yang ia capai saat ini merupakan kebanggaan bagi dirinya sendiri.

Acara demi acara telah di lewati, saatnya sesi foto. Dave di temani dokter Galih tepat waktu. Mereka bisa berfoto bersama, setidaknya ini bisa jadi obat bagi Viola, andai tak ada mereka, pasti hidupnya tidak akan seindah ini. Senyuman Viola benar-benar terus mengembang. Tak pernah ia bayangkan, bahwa dia akan berhasil melewati masa pendidikannya walaupun dengan berdarah-darah.

"Selamat ya sayang, akhirnya kamu wisuda. Jadi, PR kamu tinggal melamar ku." Canda Angga dengan memberikan buket bunga mawar merah yang begitu besar dan indah.

"Katanya kamu ada jadwal ke luar negeri hari ini." Tanya Viola

"Mana bisa, ibu negara sedang merayakan kebahagiaan, wajib untuk aku berada di sisi nya."

Tanpa segan Angga memeluk Viola. Di depan Kalayak ramai membuat Viola risih. "Ange, malu."

"Kamu malu punya pacar aku?"

Viola memutar bola mata jengah. "Bukan tempatnya."

Kali ini Angga membisikan pada Viola. "Di tempat sepi kamu selalu menolak. Justru di tempat ramai kamu lebih sering diam menerima perlakuan manis seperti ini."

Rentetan ucapan selamat Viola terima dari yang lain, dan dari teman-temannya.
Bagi Viola, ini bukan tujuan awal. Justru pertempuran baru akan di mulai. Di tempat kerja, ia mulai mengajukan kenaikan gaji. Selain itu, ia mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih baik.

*************

"Vio, di undang Antony ngga?" Tanya Candra di seberang meja.

Viola mengerutkan kening. "Di undang apa?"

"Dia mau tunangan."

Kepala Viola menoleh ke arah Antony yang terlihat serius memperhatikan layar PC.

"Vi...Vio. Jangan lupa nafas. Ya lord, denger Antony tunangan aja bikin lu tercekat gitu. Santai aja, baru tunangan." Candra dengan segala pemikiran dan pendapat pribadinya.

"Sama siapa?"

"Gladis."

"Serius?" Viola terlihat sangat kaget.

"Seribu juta rius, lagian kenapa emang?"

"Kenapa harus sama Gladis sih?"

"Lalu menurut lu, cocokan sama lu gitu?Ange bahkan jutaan kali lipat lebih segalanya kan?"

"Pak Tony orang baik, gue tau."

"Yaaaah....mungkin menurut dia Gladis ada sisi baiknya. Walaupun, bekas gue juga sih. Tapi gue mau ngomong sama Tony ngga enak Vi."

"Udahlah, biar dia tau sendiri seperti apa wanitanya. Jangan tau dari kita." Pungkas Viola.

"Gladis, si wanita kurang bahan baju berhasil memikat Antony, keren ngga sih. Ternyata Antony doyan model begitu. Enak di lihat tapi sulit di nikmati sendiri, karena sudah terlalu banyak sedekah kenikmatan ke orang lain. Jangan di tanya, gue udah pernah menghabiskan, bukan mencicipi lagi."

"Mulut lu kalau ngomong Can, ya ampun melebihi emak-emak lagi ngumpul ngomongin tetangga."

"Sebusuk-busuknya gue, gue bakal cari ibu yang baik buat anak gue kelak Vi. Gue udah pernah nyoba model apapun, rasanya beda dipegang doang, setelahnya sama. Kalau udah keluar mah puas-puas juga."

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang