Bonus

5.6K 314 46
                                    

"Vio, ngga enaknya nikah apa?" Tanya Candra di kubikel.

"Mudah, ketika lu nikah setahun, belum hamil, lu akan di teror nitijen yang Budiman, apa lagi bonyok mertua gue udah ngidam cucu." Ekspresi sedih Viola buat-buat.

"Segitunya?"

"Yes." Jawab Viola dengan yakin.

"Kalau gitu mending gue nyicil, nikah belum sebulan udah hamil 7 bulan. Lolos kan dari tuntutan nitizen?" Jawaban Candra membuat Viola stuck beberapa detik.

"Banyak yang bully kali, gila lu nanya gitu ke gue, lu tau sendiri gue kawin dah kapan tau, baru maren dapet kabar baek."

"Terus gue baeknya gimana Vio, kawin dulu apa nikah dulu?"

"Tau ah." Jawab Viola malas.

Suara dering telfon di meja Viola memutus obrolan unfaedah mereka.

"Halo, dengan saya Viola ada yang bisa saya bantu bantu."

"Supir lu udah jemput makan siang." Suara di ujung telfon adalah resepsionis yang hanya memberitahu itu saja dan menutup telfon.

"Candra, gue makan di luar. Ikut ngga lu?"

"Vio, please, berdua aja kali ini ya, ada yang mau gue tanyain. Ngga usah ajak Okta sama bos Tony"

"Ya wes."

Viola bergegas menuju mobil yang memang bertugas untuk antar jemput Viola. Candra duduk di depan samping supir, nyonyah Viola di belakang.

"Yank dimana?" Tanya Viola di sambungan telfon bersama Angga.

"Masih ada meeting di galery Park sayang, kamu makan duluan aja ya, nanti aku susul."

"Oke, aku nyari sekitar sana deh."

"Jangan junk food, jangan yang pedes, jangan.."

"Iya, aku sama Candra kok, dia bakal bawel kan karena pasti laporan ke kamu."

Suara kekehan di ujung telfon. "Kamu hati-hati ya."

Viola mencari tempat makan yang berjarak dekat dengan keberadaan Angga saat ini yang kebetulan sedang bertugas tidak jauh dari sana.

Sampai di tempat tujuan, Viola dengan Candra sedang menunggu pesanan. Seperti biasa pertanyaan konyol Candra tak akan pernah habis. Yang kadang membuat Viola terpingkal sampai harus memegangi perut.

"Viola?" Suara orang asing memanggilnya.

Reflek Viola mengiya.
Seseorang tetiba duduk di sebelah Viola dengan percaya dirinya.

"Kalian makin akrab aja."

Tanpa ada jawaban, Viola dan Candra hanya saling pandang.

"Kalian apa kabar?"

Lagi, tak ada yang menjawab. Karena masih bingung dengan semua ini. Sampai akhirnya Viola di tepuk pundaknya oleh seseorang dari belakang. Reflek Viola menoleh dan pipinya memanas. Ada tangan mendarat dengan sempurna di sana.

Dengan bingung Viola berdiri sembari memegangi pipi.

"Dari sekian banyak perempuan di dunia ini, kenapa harus lu Vio?" Ucap si wanita yang menamparnya.

Lelaki yang duduk disebelah Viola adalah Vano, dan wanita penampar adalah Sarah.

Vano kaget, "maksud lu apa?" Vano mendorong Sarah dengan sangat kuat.

"Van, ngga usah kasar." Ucap Viola membela wanita yang telah menyakitinya.

"Psikopat anak ini Vio. Kenapa cewek harus sekasar itu coba."

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang