Binasa

4.1K 226 11
                                    

Keadaan semakin kacau, Viola tercekik, Angga meronta melihat hal tersebut, disisi lain tangannya mulai terasa patah karena hancur di aniaya. Tetapi pelaku tidak membiarkan Angga mati dengan mudah. Tujuan mereka hanya ingin membuat Angga kapok dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tapi memang niatan mereka menghilangkan nyawa Viola, agar Angga semakin tak bisa lupa kejadian hari ini dan tak lagi ikut campur bisnis mereka. Di mata Viola, Angga tak akan bertahan dengan luka separah itu di kepala, tangan, dada. Sesuka hati mereka menghabisi Angga.

Dengan mata kepalanya sendiri Angga melihat Viola sekarat.
Kepala Viola kini sudah jatuh tersungkur di lantai penuh kotoran. Di susul Angga yang sudah menyerah bertahan dalam hidupnya. Mungkin bukan waktu yang tepat, tetapi Dave datang bersama dengan bala pasukan yang berjumlah banyak. Tak ada perlawanan yang berarti, karena jumlah pasukan penjahat kalah banyak dengan pasukan Dave.

Dengan segera Dave menolong Viola. Mencoba menekan bagian dada untuk pertolongan pertamanya. Angga langsung di bawa ke rumah sakit. Viola berada di mobil berikutnya menyusul.

Team UGD langsung berusaha memberi Angga pertolongan, tetapi Viola masih belum di ketahui nasibnya. Angga masuk ruang operasi hari itu juga. Viola masih berusaha Dave kembalikan detak jantungnya. Keringat bercucuran dari tubuh Dave menetes ke wajah Viola. Dengan pandangan penuh permohonan Dave berusaha semampunya.

Hingga akhirnya....

Alat yang terpasang membunyikan alarm tut...Tut...Tut..tanda Viola kembali.

Dave senang, ia tersenyum di balik wajah lelahnya. Setelah sekian tahun baru kali ini dia merasakan ini lagi. Kenapa dia ambil specialis karena ia tak bisa lama-lama di UGD. Ia tak sanggup melihat orang bertaruh nyawa disini. Ketika ia menjalani operasi, ia pastikan keadaan pasien dalam kondisi stabil. Bukan berpacu seperti ini.

Dave keluar UGD, meminta suster disana untuk memasang semua alat bantu Viola dan memindahkan ke ICU.
Matanya menangkap sosok Anggara di depan pintu. Tanpa ingin berbicara, ia hanya menatap dan ingin segera pergi.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Anggara yang sudah mulai di punggungi Dave.

Berbalik badan, memasukan tangan ke kantong saku, mengangkat saputangan untuk menyeka keringat yang bercucuran. "Tidak sebaik yang anda fikirkan."

"Kesempatan hidupnya?" Tanya Anggara lagi.

"Seperti apa yang anda harapkan. Anda hampir berhasil menghilangkan nyawa Gavin dan anak perempuan yatim piatu itu. Apa anda puas?"

"Maksud kamu?"

"Berhentilah bertopeng Anggara, saya heran, kenapa ibu saya bisa memiliki saudara seperti Anda. Ketika saya tau semua, apakah anda ingin mematikan saya juga?"

"Dave, berhenti berfikir seburuk itu tentang saya."

"Masih terngiang di mata dan telinga saya, bagaimana sikap anda terhadap istri anda dan Gavin ketika masih kecil. Bukan kah peri baik hati yang sekarang berada di sebelah anda ini sebenernya bidadari sehingga mampu menutupi kebusukan anda tuan Anggara? Jika dia mampu berkata kasar, mungkin Anjing lebih mulia dari pada omongan terkasar sekalipun."

"Stop Dave."

"Stop tuan Anggara, pernahkah anda meminta maaf dengan tulus kepada bidadari di sebelah anda? Pernahkan anda meminta maaf kepada Gavin yang sekarang bertaruh nyawa karena ulah anda? Akan kah anda temui mereka di kehidupan yang akan datang? Ngga tuan Anggara, bahkan Tuhan tidak akan rela melihat mereka bersama anda di kehidupan yang kan datang. Bersyukur dan bertaubatlah anda, selagi Tuhan belum mengambil mereka dari Anda. Tidak peduli sebesar apapun pengorbanan yang anda berikan untuk mempertahankan mereka, bukan anda yang hebat, tetapi mereka yang hebat terus bertahan dengan orang seperti anda."

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang