Anak Baru

4.9K 298 1
                                    

Karena kemarin Viola tak masuk, ia tak punya nyali untuk menyalakan HPnya sampai saat ini. Viola tak datang sepagi biasanya. Hatinya tak karuan membayangkan apa yang akan terjadi hari ini. Ketika semua sudah ada meja Viola menyapa dan mengucap selamat pagi pada semua dengan membungkukkan badan.

Pandangan para genkster marketing sungguh sadis padanya. Mata Viola melirik meja utama di ujung. Seseorang yang bergerak menyandarkan punggung ke kursi besar, tangan melipat di dada, mata memerah seperti singa lapar.

Vio buru-buru duduk di kursinya. Komputernya sudah dalam keadaan menyala entah siapa yang memakai.
Mata Viola melongo ke kubikel Candra. Alisnya mengkerut melihat sosok lain yang ada di sana.

"Candra kemana?" Tanya Viola dengan suara rendah.

Yang di beri pertanyaan hanya mengedikkan bahu. Baru Viola membuka password pada PC nya suara panggilan namanya sudah terdengar. Viola menarik nafas panjang, takut disana nanti ia tak diberi kesempatan menghirup oksigen. Ia mendatangi Bos Hakim, si singa lapar.

"Andai sekarang saya bilang kamu SP 3 gimana?" Awal kalimat yang Viola sudah bisa tebak sebelumnya.

Viola tersenyum. Entah kenapa tapi bos Hakim justru heran dan kesal dengan senyum Viola.

"Saya serius. Saya sudah menemukan orang yang lebih kompeten dari kamu, dan yang jelas lebih bertanggung jawab." Lanjut bos Hakim.

"Kalau memang itu yang terbaik, saya bisa apa bos." Kali ini Viola terlihat pasrah gitu aja tanpa pembelaan.

"Kenapa kamu ngga masuk? Tanpa kabar tanpa pamit tanpa apapun? Memangnya kamu siapa heem?" Suara bos Hakim bahkan terdengar satu ruang office. Memang begini adatnya. Senioritasnya begitu tinggi. Kepada siapapun dia akan melakukan hal ini. Apa lagi hanya Viola yang dia anggap hanya mampu mengerjakan tugas bi Cici.

Viola kembali menghirup udara dan mengeluarkan melalui mulut.
"Saya ada wawancara kerja kemarin. Sepertinya saya di terima di sana. Jadi kalau bos pecat saya sekarang juga kebetulan. Jadi saya tidak perlu mengajukan resign dan sebulan kemudian baru bisa keluar." Jelas Viola dengan tenang.

Mata bos Hakim melebar. Bukan seperti singa lapar lagi, tapi sudah siap menerkam kali ini.
"Kamu,-"

Viola kembali tersenyum. Ia mengingat apa yang di ajarkan pak Tony dan Mr Bos kemarin setelah ia sampai di kontrakan di antar pak Tony. Alasan ini menurut mereka paling tepat. Walaupun Viola ragu, tapi ia tetap memakainya.

"Kembali ke tempat. Segera kerjakan pekerjaan rutin kamu." Perintah bos Hakim frustasi.

Dengan menahan senyum Viola kembali ke kubikelnya. Ternyata Candra sudah berada di tempatnya. Ia bisa melihat itu.

"Ta*, anjir, bang*at, d*ncok. Tiba-tiba gue pengen bunuh lu sekarang juga Vio." Sarkas Candra dengan suara rendah tapi penuh penekanan.

"Smart people, please gue terlalu shooock. Jadi jangan ganggu gue dulu." Jawab Viola.

Kali ini Candra meremas kertas di depannya dan mengeluarkan ekspresi super kesal pada Viola.
"Pokoknya kita harus makan siang di luar hari ini, ngga ada penolakan. Gue pengen nguyel-nguyel punya lu."

"Si otak mesum." Cletuk Viola

"Maksud gue, pokonya kita makan di luar."

Viola menutup mulut dan kembali sibuk dengan angka-angka yang sudah menunggunya di PC.

***********

Viola di seret Candra makan di luar, bersama anak baru di RnD, dan Okta.

"Najis, berarti kemarin lu seneng-seneng sama bos Tony."

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang