Rahasia kita

4.5K 293 3
                                    

Angga datang kerumah Nadia dengan pakaian santai. Di hadiahi mata-mata minta kejelasan dari Nadia dan suaminya, Dave.

"Kalian kenapa sih?" Tanya Angga bingung dan berhenti memainkan kunci mobil.

Nadia hanya melirik kamar tamu, memainkan mata yakin sih Angga pasti mengerti.

"Ya Lord. Gue udah bilang, gue cuma mau nolongin dia."

"Dan gue harus percaya?" Sahut Nadia.

"Terserah lu berdua." Nada kesal dari Angga

"Put,"

"Call me Angga please Dokter Dave."

"Call me aunty okay." Nadia tak kalah emosi.

"Gue benci nama itu lu tau." Sahut dokter Dave.

"Masa lalu mak Nadia ya? Setidaknya jangan panggil gue Put."

"Baiklah Gavin anggara syaputra. Anak dari bapak Anggara utomo. Pemilik saham perminyakan dan anggota,-"

"Ssstttt....jangan di bahas." Potong Angga

"Eh, gimana mami liat lu pulang?" Tanya Nadia.

"Nangis aja gitu. Tadinya mobil gue ngga boleh di bawa, gue minta waktu setahun buat balikin ini mobil."

"Mau mandiri tapi nawar." Cletuk Nadia lagi.

Pintu kamar ruang tamu terbuka. Muncul sosok manis dengan wajah khas bangun tidur.

"Hai Vio. Sudah bangun? Di tunggu sama Gavin dari tadi." Ledek suami Nadia

Viola mengerutkan kening tak mengerti siapa yang di maksud.

"Put, eh maksud gue Vin, dia anak baik sih. Gue yakin dia bisa bantu lu ilang dari kebiasaan buruk lo. Gue ngrasa ngga ada gunanya jadi dokter kalau lu masih terus pake barang itu."

"Ini gue lagi coba sendiri. Ngga perlu bantuan siapapun, di tempat baru gue nanti ngga ada yang tau siapa gue."

"Lu yakin?"

*******

Viola dan Angga bersiap pulang. Viola bersalaman dan mencium pipi Nadia.

"Eh Vio, kamu demam." Kata Nadia
Angga dan Dave terlihat terkejut.
"Coba kamu periksa dulu yank! Ini gimana kalau kenapa-napa sama dia."

"Vio baik-baik aja kok mba. Vio cuma butuh istirahat." Terang Viola.

"Vio, ngga lucu kalau lu demam gara-gara di putusin?" Angga bertanya tanpa peduli.

Tak Viola jawab, ia hanya menunduk menahan sekuat hati dan jiwa. Mungkin Angga belum pernah merasakan apa yang ia rasakan saat ini.

"Vin, lu perlu belajar cinta ke Dave deh kayaknya. Ngaku lu udah berapa cewek yang lu sia-sia? Lu ngga tau kan kalau cewek tu serapuh ini." Nadia mengomel.

"Lu ngga mak?"

"Cinta pertama dan terakhir gue ya pak dokter bedah ini. Gue belum pernah patah hati. Makanya gue ngga bisa nasehatin orang patah hati."

Dave sudah membawa peralatan seadanya di rumah untuk memeriksa Viola.

"Gimana yank?" Tanya Nadia khawatir.

"Dari luar nampak baik saja. Tapi di dalam sana ada benda kecil yang tak terdeteksi oleh apapun, sedang terluka." Jelas pak dokter Dave.

"Hah?" Angga nampak kaget, begitupun Viola.

"Iya, hati. Dia berpengaruh sangat besar dalam keadaan kita. Saya bawain obat ya. Nanti diminum, kalau masih pusing atau demam berlanjut ke rumah sakit aja."

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang