Perpisahan

3.4K 215 4
                                    

Pelukan yang entah sejak kapan sampai saat ini belum juga bosan dilakukan Angga. Ia seakan mengumpulkan stock kekuatan diperpisahan berikutnya untuk waktu yang belum bisa dipastikan karena kesibukan satu dengan yang lain.

"Jangan berfikir buat pergi dari ku."

Sedari tadi Viola hanya pasrah menerima perlakuan Angga. Meski ia tau akan berbahaya jika ibu kontrakan mengetahui ada lelaki masuk kontrakannya.
"Aku memantaskan jadi pendamping kamu sebagai Angga yang biasa saja sulit, apa lagi sekarang? Aku ngga yakin bisa bertahan."

"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Bahkan sekarang kita pergi jauh sekalipun. Membuang nama besar Anggara supaya kamu masih tetap bertahan bersama ku. Aku akan lakukan jika itu yang kamu mau. Karena aku tau kamu mencintai ku bukan nama besar Anggara. Aku mencintaimu. Mengertilah. Aku.."

"Sudah, Jangan karena aku, kamu menghancurkan masa depanmu. Fikirkan ini ribuan kali lagi. Please!"

"Aku juga ngga ngerti kenapa aku mencintai kamu seperti ini. Aku lemah, tolong aku. Aku sudah mencoba bertanya pada Dave, Nadia, jawaban mereka sama. Aku harus memperjuangkan kamu. Selama ini aku memperkenalkan mereka ke beberapa wanita, tapi mereka tidak pernah mendukungku, tapi kali ini mereka bilang pilihanku tepat. Aku bisa menjadi Anjingnya Anggara karena kamu. Satu tahun, tolong tunggu aku."

"Angga, wanita lain yang lebih segalanya dari aku bisa kamu dapatkan."

"Mereka mencintai nama Anggara, bukan aku."

"Bahkan mereka akan memperlakukanmu dengan baik selama kamu memberi apa yang mereka minta." Viola masih mendebat.

"Aku butuh kamu." Suara Angga penuh harap.

"Aku ngga bisa." Lagi Viola tak kalah ngeyel.

"Aku mau kamu." Kali ini Angga mulai tersulut emosi.

"Aku ngga akan membiarkan kamu berkorban apapun demi aku, hidup kamu akan sulit." Jelas Viola.

"Bahkan aku pergi dari rumah sebelum mengenal kamu. Aku tersiksa disana. Aku akan tetap pergi dari sana. Kamu yang membawaku kembali pada keluarga besar Anggara. Harusnya mereka tau."

"Harus dengan cara apa aku meminta, masa depan kamu cerah disana. Akan ada banyak wanita yang bisa kamu dapatkan."

"Aku cuma mau kamu." Angga mengeraskan suara.

"Nge..."

"Vio, jika kamu pergi dari ku sekarang, maka aku akan segera pula pergi dari Gara grup. Jika kamu bertahan, maka aku akan bertahan selama satu tahun disana. Sesuai janji, aku akan memajukan lagi Gara grup. Bukan cuma di pertambangan minyak, tapi juga bidang lain. Aku mulai menjalani itu sekarang. Aku cuma butuh dukungan kamu. Aku butuh kamu di sampingku."

"Orang tua mu tidak menginginkan aku."

Dengan kasar Angga melepaskan pelukan dan memberi dorongan pada Viola, ia beranjak ke pintu. "Aku akan pergi, sekarang. Jangan pernah menyesal dengan ucapan kamu. Kamu ngga akan pernah bisa melihatku lagi."

"Angga. Bukan begitu, tolong mengerti posisi ku."

"Kamu cuma tinggal bilang iya Vio, apa salahnya."

"Itu ngga sesuai sama kenyataan."

"Kamu ngga sayang sama aku? Kamu ngga mencintaiku? Bahkan aku ngga peduli, aku cuma mau kamu." Angga pergi membanting pintu kontrakan.

Viola merasa dirinya harus melakukan ini untuk kebaikan Angga. Kisahnya tetap akan menjadi buruk jika Angga memilih bersamanya. Ia tidak mempunyai orang tua, dia hanya ingin suatu saat nanti mempunyai mertua yang menyayangi dirinya. Bukan seperti ini.

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang