Silent

3.8K 222 13
                                    

Pikiran Viola sedang tak bersama dengan raganya saat ini. Ia duduk sendiri di kolam sebelah rumah Nadia. Ketika ia minta Vano yang serius, dan ia ingin ke jenjang yang lebih baik, kenapa justru Tuhan mengirim Angga untuknya?
Apa benar Angga jodohnya. Selama ini ada Antony yang membuatnya selalu salah tingkah di buatnya. Yang pasti jelas lebih dewasa dan lebih ngemong Viola. Kenapa harus Angga. Yang justru ia tak tau seluk beluknya sama sekali. Ia baru mengenal Angga beberapa bulan terakhir, kenapa Tuhan hadiahkan Angga? Tapi tunggu dulu, jangan-jangan Angga bukan hadiah dari Tuhan, tapi ia justru krikil yang harus Viola lewati. Tante yang kemarin menamparnya sempat berkata, bahwa Angga hanya main-main saja dengan Viola, melihat mantan Angga yang sebelumnya tak ada yang bentuknya seperti Viola, katanya. Memang apa yang salah dengan dirinya? Batin Viola.

"Sayang, aku nyariin kamu dari tadi." Angga duduk di sebelah Viola. Karena kaget, Viola hanya tersenyum tipis saja pada Angga.
"Ada yang lagi kamu pikirin? Apa? Kamu bisa berbagi apapun sama aku."

"Ange, bisa ngga berhenti manggil aku sayang. Aku takut itu terbawa sampai ke kubikel nantinya."

"Ya sudah, aku panggil kamu calon istri aja."

"Ange, serius."

"Iya cinta." Jawab Angga masih dengan senyum lebar.

"Ange." Viola kesal.

"Panggil aku sayang dulu, nanti aku akan cari panggilan lain buat kamu di kubikel"

"Harus ya?" Tanya Viola ragu.

"Berat benget hati kamu buat nerima aku jadi calon suamimu." Angga merajuk.

"Jadi cowok kok baperan. Panggil sayangnya setelah kamu ada pembuktian."

"Oke. Aku akan buktikan padamu calon istriku." Angga meyakinkan.

Viola melirik dengan menahan senyum. Aku mungkin gila menerima dia sebagai calon suamiku. Batinnya.

"Kamu lagi mengagumi ku di dalam hati kamu kan? Kamu bilang, ganteng banget calon suamiku gitu kan. Iya kan." Tebak Angga.

"Iya sayang." Ucap Viola. Membuat Angga menahan nafas. Matanya memancarkan sebuah kebahagian yang teramat sangat. Padahal panggilan ini sering ia dengar dari mantan yang dulu-dulu. Bukan hanya sayang. Berbagai macam panggilan, sayang, Hunny, sweety, semua sudah ia rasakan sebagai Putra. Tapi yang keluar dari mulut Viola jauh lebih membuat hatinya mekar berbunga.
Entah mengapa...

"Jangan lupa nafas." Pesan Viola. Membuat Angga tersipu, pipinya memerah.

"Coba sekali lagi?" Angga masih tak percaya itu keluar dari mulut Viola.

"Emang beli chiki ada tulisan coba lagi." Jawab Viola mengalihkan.

"Gemes aku tuh sama kamu, nikah besok yuk." Cletuk Angga.

"Perkara nikah ngga semudah itu. Fikirkan lagi, ngga boleh pake emosi memutuskannya."

"Aku yakin." Jawab Angga cepat.

"Bahkan kita baru beberapa bulan kenal?" Tanya Viola.

"Ngga penting, aku maunya kita nikah." Bukan Angga kalau tidak ngeyel.

"Aku masih kuliah, bahkan ini lagi sibuk-sibuknya."

"Aku mau kita nikah segera. Tinggal bersama dan aku akan membantumu mengerjakan pekerjaan yang kamu ngga bisa. Apapun itu kita bersama. Jika kamu terus dekat dengan Antony seperti itu, aku bisa gila."

*******

Angga membawa pulang motor Scoopy milik si bibi yang biasanya di bawa ke pasar, dari rumah Nadia dan Dave. Sampai di kontrakan Viola.

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang