Penjelasan

3.2K 221 6
                                    

Di sisi lain. Angga merasa ada yang tidak beres dengan Viola sehingga dia harus segera pergi ke apartemen sekarang juga. Tanpa peduli absensi. Tanpa peduli banyak kerjaan. Ia kabur begitu saja.

Benar adanya. Ketika ia sampai di apartemen. Masuk dengan menekan kode penguncian pintu terlebih dulu. Ia berlari menuju pintu kamar. Mendengar di dalam kamar mandi ada suara gemercik air membuat nafasnya terlihat sangat lega.

Dia sudah terlalu jauh berfikir. Takut kehilangan orang yang saat ini disayang dan sepertinya mulai berbalas manis. Ia duduk di pinggiran tempat tidur. Menunggu dengan senyuman di bibir. fikiran nakalnya berkeliaran jauh membayangkan Viola hanya mengenakan bathrobe seperti kemarin sudah membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Pintu kamar mandi terbuka. Seorang gadis keluar dari sana. Benar hanya mengenakan bathrobe. Tapi jelas itu bukan Viola. Angga terkejut, kenapa wanita ini bisa ada di kamarnya. Ia bergegas mencari Viola di setiap sudut apartemen. Tanpa berbicara atau bertanya pada orang yang sedari tadi santai disana.

"Kalau lu nyari perempuan sebelum gue. Dia udah pergi, kayaknya sih kaget denger penjelasan siapa gue. Wanita Indonesia emang kadang selemah itu."
Penjelasan gadis itu tanpa rasa bersalah.

"Lu ngomong apa sama dia?" Kali ini Angga mati-matian menahan marah.

"Ya apa yang terjadi sama kita di Swiss. Bukan kah itu hal biasa?"

"Ketika itu hal biasa buat lu. Dan tiada lagi yang perlu lu jaga. Dia terlihat istimewa karena dia masih terjaga." Angga segera pergi dari apartemennya.
Kemana lagi kalau bukan mencari Viola.

Sembari berjalan panik. Angga mencoba terus menghubungi Viola melalui telfon dan sepertinya masih nihil.

Tujuan utama Angga adalah kontrakan. Masih terkunci rapat, bahkan karena suara gedoran pintu dari Angga membuat tetangga kontrakan Viola keluar dan memberi info bahwa Viola tidak pulang sudah beberapa hari. Bahkan dalam hati Angga ia menjawab. Memang tak pulang karena Angga mengurungnya di apartemen.

Tak tau arah Angga terus mengendarai motornya keliling kota. Bahkan sudah ribuan kali menghubungi Viola tapi tak ada jawaban.
Saat ini bahkan Angga berada di depan kost Vano. Menunggu bocah tengik itu keluar atau masuk. Karena Angga tak tau yang mana kamar Vano. Beruntung, tak sampai 30 menit Vano keluar mengendarai mobil dan lekas di hentikan oleh Angga.

"Cari mati lu?" Vano keluar mobil dengan marah.

"Kemana Viola?" Tanya Angga dengan rahang yang mengeras.

"Viola? Kenapa dia? Kemana dia?" Vano kaget dan tak kalah emosi.

Tangan Angga sudah mengepal. "Lu sembunyiin di mana dia?"

"Bahkan gue sudah diblokir dari sosmednya. Dan lu tolol ngga bisa jaga dia? Gue dua tahun menjaga dia dengan baik. Kalau gue lebih dulu yang Nemu dia. Ngga akan gue biarin lepas ke tangan laki-laki bego kayak lu."

Vano masuk kedalam mobil dan berlalu setelah menghindari motor Angga di depannya.

Bukan mendapat apa yang dia ingin. Justru malah semakin emosi di buatnya. Suara telfonnya berdering. Melihat Dave berada di panggilan masuk. Dengan malas Angga mengangkat. "Viola disini." Hanya itu yang ia dapat dengar. Dengan segera Angga menuju rumah Dave.

Hari sudah pagi ia sampai dirumah Dave, Angga semalaman tak tidur sama sekali. Nadia membukakan pintu ketika suara bel pintu rumahnya berbunyi. Dugaannya benar. Angga sudah berdiri dengan kucel dan kumalnya di depan pintu.

"Kemana Viola?" Angga segera bergegas tapi di cegah Nadia.

"Kenapa lu masih cari dia? Ngga puas lu nyakiti dia?"

KubikelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang