5. Waktu Berjalan Sangat Cepat

11 2 6
                                    

Aku balik lagi readerku, maaf membuat kalian menunggu, dan maafkan alur cerita yang tak jelas ini.
Aku berusaha yang terbaik, semoga kalian mau memberikan saran dan masukan ke ceritaku ini
Semoga kalian suka dengan alur yang aku buat dichapter ini.
Maaf aku tak bisa publish dua chapter sekaligus dikarenakan aku masih ujian, mohon bersabar ya 😘
Happy reading

***

Hari demi hari telah berlalu, dimana ketika Andika memeluk Anita didepan rumahnya. Sungguh tindakan yang membuat jantung Anita bergejolak.
Tiga hari dua malam dia tak mampun tidur dengan tenang, memikirkan hal yang koyol itu, sampai-sampai dia tidak fokus dalam mengambil pekerjaan rumah.

Saat ini liburan pertengahan semester, Anita menghabiskan waktu liburannya dirumah, tak pergi kemana dan tak mau pergi kemana. Dikarenakan Ani sakit, ia diharuskan mengurus Ani seorang diri, kakaknya yang sibuk bekerja dan Suba juga sibuk dengan pekerjaannya. Karena biaya pengobatan Ani sangat mahal dan ia harus melawan penyakitnya itu dengan gigih. Ani menderita kanker serviks yang dideritanya sudah ampir 3 tahun. Segala macam pengobatan sudah dijalaninya, macam-macam dokter dan segala macam terapi sudah dijalaninya. Tapi bukannya membuahkan hasil, hanya sedikit harapan yang muncul dari segala pengobatan itu.

Saat Anita duduk di bangku Smp dan ia sedang mengikuti UN, di hari pertamanya Ani mengalami pendarahan hebat, ingatan itu terekam jelas diingatan Anita. Melihat Ani lemas tak berdaya jatuh pingsan di tangannya dan tak terasa seketika gumpalan darah segar jatuh dari vagina Ani dengan bau yang kas. Sontak membuat suasana menjadi panik, tak biasanya Ani mengalami pendarahan.
kakak Anita saat itu panik dan langsung merangkulnya dan hendak membersihkan darah yang mengalir di tubuh Ani.
Perasaan Anita saat itu sangatlah buyar, disaat berapa jam lagi ia mengikuti UN, tepat pukul 3 pagi Ani mengalami pendarahan sontak membuatnya kaget, dikarena Anita hendak belajar dijam-jam itu dan Ani hendak pergi ke kamar mandi karena perutnya terasa sakit. Tapi perut yang sakit itu berkata lain.

Setelah Kakak Anita selesai membersihkan Ani di bawalah ia ketempat tidur, tak ada pemikiran untuk membawa Ani ke rumah sakit karena Suba tahu, Ani sangat ketakutan bila diajak kerumah sakit. Anita hanya bisa menangis dipelukan Suba, menangis sekuat tenaga, karena dipikirannya hanya satu. Tak mau Ani meninggalkannya saat ini. Ia masih kecil, masih butuh kasih sayang seorang Ibu, ia ingin Ani cepat sembuh dan hanya itu.
Mendengar perkataan anaknya yang seakan meminta ayahnya untuk mengkabulkan keinginannya itu, sontak Suba yang masih gemetar karena ia takut darah dan melihat peristiwa itu, tangan dan badannya sontak bergetar dan tak mau melihat darah berceceran di pintu kamar, sebab itu kakak Anita seorang diri merangkul Ani untuk membersihkan badan yang berlumuran darah itu.
Suba hanya melihat mata putri kecilnya itu dengan tatapan sedih dan merangkul, memeluk erat putri kecilnya itu.

Anita tak mau berlarut-larut dalam kesedihan, karena Ani yang menjalani saja semangat dan tetap berjuang, sedangkan Anita, ia hanya merawat Ani, masak tak mau menjalani dengan senang hati. Dia tak mau membuat Ani sedih dan kepikiran dengan anak gadisnya itu, Ani sangat menyanyangi Anita lebih dari kakaknya, rasa sayangnya itu tak mampu iya ucap dengan kata-kata hanya Anita dan Ani saja yang tahu akan rasa sayang itu.
.


.
.
Jampun sudah menunjukan pukul 19.00 Anita melihat Ani sedang melipat baju dikamar. Tanpa dikomando Anita memasuki kamar Ani.
"Ibu ... Ada yang ingin ku bicarakan" Peluknya sembari menciun pipi Ani.
''Ada apa kok kamu tumben serius gini" Sontak membuat Ani curiga.
"Ibu, aku ditembak cowok, namanya Andika dari kelas sebelah, ni kutunjukan fotonya" Sahut Anita sedih.
"Aduh... Tak kira apa, kamu membuat ibu kaget saja, tak kira beasiswamu di cabut" Jawab Ani menjahili Anita.
"Ibuni ada-ada saja" Sembari menunjukan foto Andika kepada Ani.
"Namanya, Andika Putra, aku belum kenal betul dengan anaknya sih, menurut ibu gimana baik tidak?" Sahut Anita.
"Menurut Ibu sih, Anaknya manja, belum dewasa, tapi baik kok, toh kamu yang jalanin bukan Ibu, jadi Ibu sih dukung kamu asalkan kamu bahagia, kamu tahu kan Kakakmu kayak gimana kalau tahu adik kecilnya ini udah mengenal cowok gimana?" Kata Ani sembari menggoda Anita.
"Oo... Ibu'' Wajah Anita terlihat merah seperti udang yang sedang dimasak.
"Gadis kecil Ibu sudah dewasa rupanya, tapi ibu titip pesen sama kamu, cari cowok yang mau nerima keadaan kamu dan keluarga, kamu sekarang hidup dilingkungan yang individual, tidak seperti dirumah, cari teman yang mengerti dengan apa yang kamu alami ya sayang" Kata Ani sembari mengelus rambut Anita.
Sontak perkataan Ani membuat Anita sedih dan meneteskan air mata, sontak Anita memeluk Ani dan mengatakan" Ibu wanita terhebat yang pernah aku punya" Bisik Anita ditelinga Ani. Untung Ani tak melihat anaknya sedang menangis. Dan langsung menjawab perkataan Anita sembari mengelus pundaknya "Sudah tugas seorang Ibu anakku sayang"
.
.
.
.

Chapter yang menyediakan yaa...
Karena tokoh yang aku ceritain ini lagi kangen sama ibunya...
Jadi aku terinspirasi buat nyeritain bagian ini sekarang.
Semoga kalian menikmati cerita dichapter ini.
Maaf cuman segini mampu aku ketik, hanya sedih yang aku rasakan mendengar tokoh utamaku bercerita.
Kritik dan saran masih aku tunggu ya 😙😍

Broken DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang