14. Sakit Tapi Tak Berdarah

7 2 0
                                    

Hay para reader aku balik lagi, maaf menunggu lama aku sedang dilanda kesibukan yang membuat imajinasiku ilang jadi aku mohon maaf
terimakasih sudah mau menunggu
😙
***

"Kak Aldo kita dimana?" Pertanyaan yang pertama terlontar dari bibir manis Anita.
"Kita dipantai yang sering kakak kunjungi sama ayah kamu" Kata Aldo. Anita hanya berOh ria dan beranjak turun dari mobil dan turun menuju pantai. Tak lupa dia melepaskan sepatu dan menarik tangan Aldo untuk ikut bermain bersama.

Menghilangkan rasa penat di hati Anita yang terluka, menghilangkan pemikiran tentang Andika dan mengejar mimpi-mimpi yang ingin di raihnya.

Namun pemikirannya hanya terbuai kata-kata manis yang di ucap Andika, tanpa jeda tanpa ada aba-aba, kenangan manis itu pun selalu terputar di otak Anita. Dan tanpa disadari air mata jatuh membasahi pipi Anita dan spontan Aldo melepaskan genggaman dan mengusap halus pipi Anita yang basah dan berkata.
"Hey... Udah, jangan nangis cantik. Kamu jelek kalau menangis" Ujarnya.

Hiksss... Hikss...

"Kak Aldo.. " Menatap wajah Aldo rapuh.
"Iya kenapa Adik kecilku ini?
Apa yang kakak perlu lakukan? Kakak gak sanggup liat kamu kek gini" Bergegas melepas tangannya dari pipi Anita dan memeluk Anita erat sembari mengelus-elus kepalanya.

Tangisnya pun serasa pecah tak dapat di bendung lagi. Dan dia mulai bercerita tentang hubungannya berakhir dengan Andika karena kakaknya.

"Kak, aku jahat ya? Aku dah nyakitin orang yang udah sayang ma aku. Udah baik udah berkorban banyak sama aku, tapi aku kecewain dia, gara-gara aku gak dikasi pacaran sama Kak Bras" Kata Anita menggumam didalam pelukan Aldo.
"Gak boleh kamu ngomong kek gitu, orang yang terkesan baik dan tulus dimata kamu belum tentu  beneran tulus dan baik. Kakakmu pasti pengen adiknya dapet yang terbaik, gak mau adiknya celaka karena laki-laki'' Ucap Aldo sembari mengelus halus rambut Anita.

Sejenak Anita mulai berpikir akan perkataan Aldo, namun pemikirannya itu tak mau berubah tentang baiknya Andika kepadanya.
"Tapi kak—"
Stttttssss...
Tangan Aldo sudah mendarat di bibir Anita.
"Udah jangan kamu bangga-banggakan orang yang sudah meninggalkan kamu dan udah campakin kamu kek gini, gak ada gunanya Ta, kamu fokus ke sekolah kamu, fokus kejar impian kamu. Buat keluarga kamu bangga, Oke??" Sahut Aldo menyakinkan Anita.

Anita hanya mengangguk mendengar apa yang dikatakan Aldo, perkataan Aldo memang ada benarnya dan itu hanya hubungan yang tak jelas, hanya buang-buang energi untuk menangisi hal tersebut.
Anitapun mulai tersenyum memeluk Aldo lagi dan mengatakan "Makasi Kak Aldo, Ita udah tenang udah gak ada beban lagi, toh aku pacaran sama dia gak kuat, dia terlalu posesif" Ucapnya menenangkan diri sendiri.
"Syukurlah, kakak gak mau bahas dia lagi, mending kita pulang nantik ibumu khawatir" Ujar Aldo.
Anita hanya mengangguk dan bergegas untuk kembali ke mobil.
.
.
.

"Uh... Seger" Ujar Anita selesai mandi dan membersihkan rambutnya.
"Kok tumben Aldo yang nganter kamu?" Tanya Brasta.
"Kakakni, Kak Aldo yang nganter salah trus Andika nganter salah. Serba salah akunya dimata kakak" Sahut Anita.
"Gak gitu Adikku yang cantik" Sembari mengacak-ngacak rambut Anita.
"Aduhh diem je, gak bisa diem ya, tak potong tangantu baru tahu rasa" Gertak Anita.
"Ihh... Galak dia, kakak seneng aja liatnya, kamu dianter sama Aldo, ya dia kan udah kakak kenal sejak dia kecil dan tahu riwayat hidupnya dia kek gimana, sedangkan si cecunguk itu asal usulnya gak jelas main cium-cium segala lagi. Kalau dia cowok baik-baik gak segampang itu dia dateng ke kamu dan bilang suka. Kalau emang dia beneran suka, seharusnya dia ngomong ke Kakak, ngomong ke ayah emang segampang itu dapetin adik Aku yang cantik ini" Kata Brasta sembari mencubit manja pipi Anita.

"Ahh... Kakakku" Anita segera mendekati Brasta dan memeluknya.
"Makasi kak, maaf aku keras kepala, padahal hal yang kakak bilang tu buat kebaikan aku, maaf ya kak" Kata Anita.
"Aduh, adik kakak dah besar ternyata, cantik baik hati pula, tapi gampang di bohongin, di bujuk dengan kata-kata manis, tapi gapapa, kakak selalu bakal nuntun kamu ke hal yang lebih baik, jadi gak boleh keras kepala lagi ya?" Kata Brasta.
Anita hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Brasta.
Anita berpikir segitu sayangnya Brasta kepadanya sehingga dalam percintaan dirinya harus dipantau oleh Kakaknya sendiri.

Melihat kedekatan kedua anaknya Ani merasa terharu, ia hanya bisa meliat kemesrahaan anaknya itu dari balik pintu kamar tidurnya, karena kondisi Ani semakin hari semakin memburuk, sampai ia tak bisa bangkit dari tempat tidur.
Namun dari segala yang ia alami terlintas di benaknya tentang kedua anaknya yang semakin dewasa.
"Ya tuhan, jika aku tidak bisa melihat kedua anak-anakku bahagia dan tak dapat membahagiakan mereka, berikan jalan yang terbaik untuknya. Jika umurku sudah tak panjang lagi berikan aku kuasa agar aku bisa memberikan jalan yang terbaik untuk anak-anakku" Sembari menutup matanya mengucapkan doa seperti itu, tak terasa air mata Ani sudah membasahi pipinya dan tak sengaja Anita melintas di depan kamar dan melihat ibunya menangis.
Dari sana Anita terketuk hatinya untuk menenangkan Ani yang sedang sedih.

"Hy.. Ibu, ibu sudah makan?" Tanya Anita menghibur.
"Sudah Nak, tolong kemarilah sebentar" Ujar Ani.
"Gak disuruh pun Ita bakal kesana, tapi tunggu bu, Ita mau naruh handuk dulu, just a minute'' kata Anita terburu-buru.
Tak lama kemudian Anita sudah ada di hadapan Ani.
Anita yang sedang menggenggam tangan Ani seketika mendongak ke arahnya, karena mendengar perkataan yang di lontarkan ke padanya.
"Nak... Seandainya ibu tak bisa menemanimu lebih lama lagi, ibu berharap kamu bisa jaga ayahmu dan kakakmu. Jangan biarkan hal buruk terjadi kepada mereka, ibu percaya sepenuhnya kepadamu. Kamu anak yang paling nurut paling bisa dihandalkan jadi ibu tidak mau berpesan banyak. Nanti kamu jangan risau ibu bakal bantu jalanmu ibu akan tuntun kamu ke hal yang terbaik" Ucap Ani.
"Ibu... Jangan ngomong kek gitu, Anita belum bisa bahagiain ibu, Anita masih punya hutang. Cuman ibu yang bisa ngertiin kita berdua. Pliss ibu jangan berpikir buat ninggalin Anita sama kakak, kalau gak ada ibu siapa yang bakal ngurusin Anita. Ibu juga belum punya cucu, dan ibu juga harus dampingin Anita menikah dan sukses" Ucap Anita sambil menangis.
"Sudah-sudah kamu gak boleh cengeng gini, kamu wanita yang kuat teguh dan berani. Ibu yakin, ibu bakal temenin kamu selamanya. Disini tempatnya (Menetuk dada Anita) Jiwa dan raga ibu selalu bersama kamu Nak, kemanapun dalam bahayapun ibu tahu. Ibu akan selalu berada disisimu...." Ucap Ani
Seketika perkataan Ani membuat tangis Anita pecah tak sanggup mendengar sepasrah itu ibunya meninggalkan Anak-anaknya pergi jauh.

Aku masih ingin disini, ingin rasanya mendampingi mereka kedua insanku menempuh hidup barunya, menggenggam erat jikala mereka tergoyah dengan keadaan menerangi segala jalan yang mereka tempuh agar tak kekelapan
Ya tuhan Aku sangat ingin mendampingi mereka lebih lama lagi....

Maaf ya kita bakal mulai menuju komplik kehidupan Anita, sebenernya aku gak sanggup ngetik ini karena begitu sedih ...
tapi semoga kalian tahu dan termotivasi, di kehidupan yang kalian alami walaupun rasanya tidak adil tapi lihatlah kebawah masih ada banyak orang yang sangat membutuhkan. Jadi syukuri semua yang kalian punya segalanya...

happy weekend...
03 Mei 2019

Broken DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang