Malam itu hujan. Andai saja saat itu tidak hujan, mungkin aku tidak akan berbagi payung denganmu.
Baejin menatap Er dalam-dalam, ia semakin mendekat, hembus napasnya terasa segar, perlahan Er menutup matanya. Mereka pun berciuman. Namun itu hanya ad...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perasaan Er masih belum pulih, dia masih sedikit merasa galau. Yah, melupakan memang tak semudah saat menjatuhkan hati.
Sudah dua hari, Er tidak haha hehe lagi. Biasanya dia akan selalu tertawa, tersenyum setiap saat. Kucing jantan lewat saja dia senyumin. Tapi tidak dengan hari ini, Er lebih banyak diam.
Seperti sekarang, dia hanya bermalas-malasan di dalam kelas. Menguap, kentut, terus saja begitu, sampai Yuta selesai membahas 2 bab materi kimia.
Er sangat mengantuk, dia kurang tidur, patah hati membuat tidurnya tidak nyenyak semalam.
Aku gak boleh galau dan ngantuk! Aku harus serius belajar! Katanya dalam hati.
Er membuka matanya lebar dan membuka buku kimia. Tangannya sibuk menggambari buku kimia, sejak kecil Er memang suka menggambar.
Entah berapa banyak buku, yang Er habiskan untuk menggambar awan hitam. Tiap mata pelajaran dia hanya menggambar awan hitam dan awan hitam. Catatan sekolah jadi awan hitam, Er jadi bodoh.
Daripada ketiduran, lebih baik menggambar! Katanya, melirik Sejeong.
"Gambar? Itu hanya coretan! Satu lembar lo itemin semua, gambar apaan kayak begitu!" kata Sejeong berkomentar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini awan hitam, lihat saja bintang jatuh!" kata Er, menunjuk bukunya.
Sejeong melihatnya lekat-lekat, "Apaan sih, mana bintangnya? Itumah lo mewarnai lembar buku pake tinta hitam! Bukan menggambar!" katanya lagi.
"Kan bintangnya jatuh! Jadi gak ada! Tinggal awan hitamnya aja! Kamu gak ngerti seni!" kata Er, melanjutkan kegiatannya.