Apa kalian mudah belok ke lain hati?
ᴷᵃˡᵃᵘ ᵃᵏᵘ, ᵐᵘᵈᵃʰ ᵒˡᵉⁿᵍ. ᴹᵃᵏᵃⁿʸᵃ, ᵃᵏᵘ ᵇᵘᵗᵘʰ ᵏᵃᵐᵘ ᵘⁿᵗᵘᵏ ᵐᵉⁿᵃʰᵃⁿ ᵏᵉ⁻ᵒˡᵉⁿᵍᵃⁿ ᶦⁿᶦ.Awalnya, setiap debar yang Er rasakan memang terasa sangat asing, namun karena seringnya mereka bertemu, Er mulai terbiasa. Terbiasa untuk menyukai semua yang ada di diri Baejin.
Ini adalah pertemuan kesekian. Namanya juga jodoh! Batin Er.
Er duduk berhadapan dengan Baejin. Lampu cafeteria mengerjap-ngerjap, membuat Baejin terusik, "Apa lampunya rusak?" katanya.
Lampu saja ikut mengerjap melihat Baejin, mungkin ikut degdegan, he he. Batin Er, tersenyum.
Diam-diam ku perhatikan detail wajahnya yang mungil. Hidung mancung, kedua manik cokelat yang berbinar memancarkan kebahagiaan. Kulitnya putih dan gak punya tahi lalat. Gumam Er dalam hati.
"Calon imam yang tampan!" tanpa sadar dia memuji Baejin.
"Apa?" Baejin menoleh mendengarnya.
Dengan cepat Er menutupi wajah dengan kedua tangannya, mungkin malu.
Perlahan, Baejin menurunkan tangan Er, "Kenapa bersembunyi? Aku sudah terlanjur dengar, ha ha" katanya tertawa kecil.
Pipi Er terasa panas, telinganya pun memerah. Serasa mau berubah wujud.
Baejin menatap Er dalam-dalam, ia semakin mendekat, hembus napasnya terasa segar, perlahan Er menutup matanya. Mereka pun berciuman. Namun itu hanya ada dalam pikiran Er. Dia melamun. He he~ Er jadi mudah tertawa.
Bagusnya kami pacaran saja kan? Tanya Er berbisik pada vas bunga yang ada di meja.
🍬
Er melihat ke sekitarnya, banyak sekali pasangan yang menikamati sore ini di cafeteria. Er berharap, di lain hari, mereka akan duduk bersama seperti ini lagi. Di mana dirinya dan Baejin, bisa di katakan sebagai pasangan juga. Amin! Katanya.
"Amin apa?" lagi-lagi Baejin mendengar. Er hanya tersenyum.
Er duduk diam mendengarkan ocehan Baejin yang tak henti membuatnya berbunga-bunga sejak tadi.
Seandainya bisa, Er ingin menghentikan waktu lebih lama. Menunda kepergian Baejin, yang baru saja mendapati telpon mendadak. Entah dari siapa, yang jelas Baejin sangat tergesa untuk pamit pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GET LOVE
FanficMalam itu hujan. Andai saja saat itu tidak hujan, mungkin aku tidak akan berbagi payung denganmu. Baejin menatap Er dalam-dalam, ia semakin mendekat, hembus napasnya terasa segar, perlahan Er menutup matanya. Mereka pun berciuman. Namun itu hanya ad...