Pukul delapan malam. Suara musik menggema di ruang latihan lantai atas kediaman keluarga Min. Anak sulung dari Min Yoongi itu tengah berlatih keras untuk misi kedua program tahunan sekolahnya. Menari dengan membawa satu kipas kertas yang ia buat sendiri sebagai property.
"Pam ... tak ... pam ... pam ... pam ...," Suara yang dibuat oleh mulutnya itu mengikuti hentakan kakinya.
"Pam ... pam ... ah ...." Tubuhnya limbung bersamaan dengan musik yang berhenti. Peluhnya bercucuran, napasnya memburu —mendominasi ruang latihan.
Jongwon, anak laki-laki itu terbangun tatkala suara ketukan pintu ruangan tertangkap oleh indra pendengarannya. Ia berjalan gontai menuju pintu, sesekali meregangkan otot-ototnya yang mulai kaku.
"Happy birthday!!"
Mata Jongwon membulat saat ia membuka pintu, mendapati Ibunya dan Yoora membawa satu dus penuh cupcake yang sudah dihias dengan sedemikian rupa.
"Waah!! terimakasih, Bu. Terimakasih, bawel." Jongwon mencubit pipi tembam adiknya dengan gemas. Tapi tak lama dahinya berkerut, karena tak ada sosok Yoongi di tengah-tengah mereka.
"Ayah ...."
"Ayahmu belum pulang ... uh, kenapa ruangannya bau begini? Apa kau tidak pernah menyalakan pewanginya?" Nara masuk, menghampiri ujung ruangan yang ia yakin menyimpan pewanginya di sana.
"Ya! Ini sudah habis," ucapnya tatkala membuka tutup penyimpan pewangi ruangan yang sudah kosong.
"Hehe, Jongwon lupa bilang, Bu." Jongwon menggaruk rambutnya yang basah karena keringat, mengalihkan atensinya kepada Yoora yang kini sedang menarik-narik boxer-nya.
"Ish, jangan ditarik! Merosot tahu!"
"Oppa~, cupcake ...," Yoora mengangkat tangannya, berusaha meraih dus cupcake yang dipegang oleh Jongwon.
"Jangan! Ini, kan, punya Oppa ...," ucap Jongwon sembari menaikan dusnya tinggi-tinggi.
"Ish, Ibu! Jongwon Oppa pelit!" Yoora merajuk.
"Nanti dong, tunggu ayah."
"Tidak perlu menunggu ayah. Yoora harus tidur. Sudah, makan sekarang saja dan sisakan sebagian untuk ayah."
*
*
*Jongwon keluar dari rumah, menenteng satu keresek penuh sampah untuk ia buang ke tong besar yang tersimpan di depan rumahnya. Ia berjalan, sesekali menggerakan tubuhnya untuk menghafal gerakan dance yang ia pelajari.
Ia bersenandung menyanyikan setiap part-nya dengan baik, hingga berdiri di depan tong sampah—masih menari-nari tak karuan.
"Ya! Min Jongwon!"
"Astaga!" Ia pun berhenti, tak sengaja menjatuhkan kantung kereseknya.
"Kau ini sudah gila yah? Menari-nari sendiri, padahal cuman mau buang sampah," ucap gadis bermarga Park itu di sisi tong sampah.
"Kau sendiri sedang apa? Duduk di pinggir tong sampah. Sedang mencari tulang ikan?" Jongwon kembali mengambil kereseknya lalu ia masukan ke tong sampah.
Gadis itu pun berdiri, menepuk-nepuk bokongnya yang tepos.
"Sedang cari angin segar," jawabnya menengadah, melihat langit malam yang sepi akan bintang.
"Angin kok dicari. Kau itu duduk di pinggir tong sampah, apanya yang kau sebut dengan segar, hah?"
Gadis itu menatap Jongwon bingung. Ia pikir Jongwon ini memang orang bodoh. Apa Jongwon tidak mengerti frasa bahasa? Bahkan tiga hari yang lalu, saat Lee Yechan menyuruhnya angkat kaki, ia bukannya pergi malah mengangkat kakinya ke meja cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ A Little Min Family S.2 | Yoongi x Nara | BTS Fanfiction
أدب الهواةKelanjutan dari serunya cerita keluarga Min Yoongi dan Min Nara dengan anak-anaknya. ~ Min Yoongi ~ Min Nara ~ Min Jongwon ~ Min Yoora © - J_Ra21