Kamu hidup ditengah luka, namun aku pergi dan mencipta luka baru untukmu
Hari ini Vando akan menjalani operasi untuk menghilangkan bagian paru-paru yang sudah terkena virus kanker, yakni paru-paru sebelah kanannya. Vando sendiri sudah ikhlas dengan apapun yang akan terjadi setelah operasi ini berlangsung.
Vando rela jika nantinya ia tidak bisa melanjutkan kisah hidupnya. Vando sudah siap untuk merenggang nyawa karena ia sendiri tidak mau selalu menjadi beban buat orang tuanya. Vando sudah lelah untuk menjalani hidupnya yang kepastian masa depannya saja tidak jelas.
Jujur, Vando merasa ada yang kurang sebelum ia memasuki ruangan operasi yang sudah di siapkan oleh dokter dan perawat di rumah sakit ini. Ia merasa ada sosok yang ia butuhkan tapi tidak ada disini sekarang padahal orang tuanya sudah ada di sini memberinya semangat meskipun mereka juga tidak dalam kondisi yang baik. Bahkan Nata juga sudah berada ditempat yang sama untuk memberinya semangat.
Vando sempat berbincang dengan Nata beberapa saat yang lalu. Ia lega karena sudah tidak punya beban lagi untuk menjalani operasi ini. Vando telah meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat begitu juga dengan Nata karena mereka sekarang ada ikatan saudara meski hanya sekadar saudara tiri.
Flashback On
Vando masih berdiam diri diatas kasurnya yang lumayan besar untuk ukuran kasur rumah sakit. Tentu saja karena ia adalah pasien pada kelas VIP. Orang tuanya tentu tidak mau membuat anaknya merasakan rasa tidak nyaman lainnya saat sedang dalam kondisi yang tidak baik meski nyatanya Vando tetap tidak bisa merasakan apa itu nyaman selama di rumah sakit ini.
Vando hanya diam menikmati waktu yang mungkin tidak akan bisa ia nikmati lagi di waktu yang akan datang. Vando benar-benar sudah menyerahkan takdir dirinya pada Yang Maha Pencipta. Vando rela jika nyawanya nanti tidak bisa diselamatkan namun tentu ia akan sangat bahagia jika ternyata ia bisa melalui operasi ini dengan selamat. Satu yang tidak ia harapakan adalah selamat dari operasi ini namun ia menjadi beban hidup bagi orang-orang disekitarny karena kondisinya yang tidak sama lagi. Vando sama sekali tidak mengharapkan hal itu terjadi, ia lebih memilih untuk pergi daripada menjadi beban dan menanam luka bagi orang lain.
Masih dalam angannya yang penuh ketidakpastian sebelum akhirnya Vando menolehkan kepalanya karena terdengar suara pintu yang terbuka. Terlihat sosok lelaki yang mungkin pernah Vando benci karena alasan yang tidak penting. Sosok teman masa kecilnya yang kini berstatus sebagai saudara tirinya tengah berjalan menuju kursi yang ada di samping bangkar tidurnya.
"Gimana keadaan lo?" Nata bersuara setelah mendudukkan tubuhnya di kursi yang persis berada di samping ranjang Vando.
Nata sebenarnya masih agak malu untuk menunjukkan batang hidungnya di depan Vando. Ia hanya mencoba untuk tidak kembali kalah dengan rasa gengsi yang selama ini telah memutus pertemanan mereka.
"Gue baik. Gimana kabar lo?" Vando menjawab pertanyaan Nata dengan suara yang terdengar yang begitu antusias.
Tentu tidak bisa dipungkiri kalau Vando merindukan sosok teman masa kecilnya yang telah menghabiskan masa pertumbuhan bersama. Betul, Vando dan Nata memang berteman sejak kecil sebelum kesalahpahaman memisahkan mereka. Pernikahan Risa dengan Fernand lah yang membuat Nata memutuskan untuk tidak lagi berteman dengan Vando, bahkan menjadikan Vando sebagai orang yang harus ia hindari.
"Gue baik, selalu baik." Jawab Nata dengan nada yang sangat mantap.
Nata memang merasa dirinya selalu baik-baik saja meski batinnya tak jarang merasakan luka yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan untaian kata-kata. Namun melihat Vando mengalami kisah yang sedemikian berat tentu membuat Nata sadar bahwa apa yang ia rasakan tidak seberat yang Vando hadapi.
Kondisi kembali hening. Keduanya hanya diam terpaku dengan pemikiran masing-masing. Baik Nata maupun Vando hanya saling menatap seperti dua sejoli yang tengah merasakan jatuh cinta, tentu mereka sedang tidak saling merasakan cinta. Mereka hanya tengah sibuk dengan memori yang berkelabat memenuhi otak mereka.
"Ndo, gue mau minta maaf." Nata memecah keheningan. Ia membuka suara dengan ucapan maaf yang Vando sendiri tidak tahu untuk apa.
Vando berpikir mungkin Nata minta maaf karena beberapa hari yang lalu telah memukulinya tanpa ampun. Hingga Nata menyesal karena melihat kondisinya yang memprihatinkan. Vando merasa tidak nyaman jika membicarakan kondisi tubuhnya.
"Gue minta maaf atas semua kesalahpahaman yang kita alami selama ini. Lo jadi menanggung beban ini sendirian. Lo selalu jadi orang yang gue salahkan atas perginya mama gue ke keluarga lo. Padahal nyatanya otak gue yang salah, gue yang salah karena tidak pernah mau menerima penjelasan. Maafin gue Ndo."
Nata mengeluarkan semua rasa yang mengganggu ketentraman batinnya selama ini. Rasa benci yang ia ciptakan untuk alasan yang tidak benar, amarah yang ia tujukan pada orang yang tidak bersalah, hingga sesal akan dirinya sendiri. Semuanya Nata sampaikan dalam satu momen yang mungkin tidak akan Nata jumpai lagi. Nata benar-benar tidak mau kehilangan momen yang sangat krusial ini.
Vando tidak pernah menyangka akan menghadapi momen seperti ini. Kembalinya teman kecilnya yang pernah pergi adalah sebuah momen yang susah untuk ditebak. Vando benar-benar merasa trenyuh atas apa yang Nata sampaikan. Ia seperti kembali menemukan sinar yang selama ini hilang meninggalkannya ditengah kegelapan.
"Lo tidak punya hak untuk minta maaf karena lo sama sekali tidak bersalah. Semua ini terjadi karena gue yang tidak mencoba memahami kondisi lo. Gue terlalu fokus sama duka gue. Gue benar-benar minta maaf karena tidak ada di samping lo saat lo menghadapi masalah berat kala itu."
Kali ini justru Vando yang mengutarakan permohonan maafnya. Ia menyesal karena dulu tidak bisa menjadi sandaran buat Nata yang sedang butuh teman kala keluarganya tengah dirundung masalah. Vando kecil terlalu fokus sama dukanya sendiri hingga lupa akan temannya yang selama ini selalu menjadi penyemangatnya juga tengah dirundung masalah. Vando benar-benar menyesal dan merasa tidak pantas disebut lagi sebagai teman hingga akhirnya ia memutuskan mundur dari sekitaran Nata untuk memberi Nata ruang tersendiri.
Pada dasarnya semua terjadi untuk sebuah momen yang pernah tidak diduga.Vando dan Nata yang saling memendam benci karena alasan yang tidak benar kinisudah menyadari kesalahan masing-masing. Keduanya tidak pernah menduga akan adamomen mengharukan ditengah situasi tidak pasti yang dihadapi Vando. Kita haruspercaya things happened for a reason
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Feeling (Completed)
Teen FictionCOMPLETED Aku tidak bisa memilih mana yang terbaik dari dua pilihan yang sama baiknya. Aku memang egois, dengan menginginkan kalian berdua untuk terus bersamaku. Tapi kini aku sadar bahwa aku tidak bisa selamanya menggenggam dua hati yang terlalu ba...