Mencintai bukan hanya soal melihat dan mendengar tapi bagaimana kita merasakan dan mengerti
Duduk berduaan bersama Nata membuat Ike merasa tidak nyaman. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Ia tidak tahu harus bereskpresi seperti apa. Haruskah dia bahagia? Haruskah dia memberikan senyuman terbaiknya? Sementara hatinya tidak pernah bisa berbohong kalau dia tidak begitu mengharapkan hadirnya Nata saat ini.
Ike terlihat begitu gusar, tentu ia belum bisa tenang sebelum mengetahui kondisi Vando saat ini. Nata pun menyadari ketidaknyamanan yang Nampak jelas pada diri Ike. Nata hanya mencoba untuk memberikan sedikit ruang bagi Ike, namun ia tidak pernah menyangka bahwa akan sesakit ini melihat cewek yang dia sayangi mengkhawatirkan cowok lain.
"Kamu dari mana Ke?" Nata membuka suara untuk menanyakan kemana sebenarnya Ike akan pergi.
"Aku mau njenguk kak Vando, tapi sudah tidak ada." Nada sendu sangat jelas terdengar dari suara Ike.
Ike tidak bisa berpura-pura baik-baik saja. Mungkin ia bisa memberikan senyuman terbaiknya untuk menutupi segala kegalauannya, namun tetap tatapan matanya yang kosong tidak bisa membohongi kondisi dia yang sebenarnya.
"Kak Nata tahu Kak Vando dimana gak?" Ike menanyakan keberadaan Vando pada Nata.
Ike menyadari sepertinya ada hubungan tertentu antara Vando dan Nata, kalau tidak bagaimana mungkin mereka memiliki mama yang sama. Ike menyadarinya saat mengingat Risa yang begitu kaget melihat Nata dan memanggil dirinya dengan sebutan mama saat melihat Nata. Tentu hal itu tidak lain karena Nata dan Vando adalah anak Risa, namun Ike menjadi heran kalau mereka memang bersaudara kenapa justru terlihat tidak akur.
"Kamu harus tahu suatu hal Ke." Jawab Nata yang membuat Ike kesal karena tidak ingin mendengar jawaban lain selain keberadaan Vando dimana.
"Jawab saja dimana Kak Vando, kak." Ike tidak mau mendengar penjelasan Nata.
Mungkin saja Ike akan menyesal suatu hari nanti jika tidak mendengar penjelasan dari Nata. Namun egonya yang tinggi tetap lebih memilih untuk tahu dimana keberadaan Vando terlebih dahulu.
"Kamu harus dengerin ini dulu Ke." Nata kembali bersuara masih dengan suara yang begitu tenang.
"Tidak kak. Cukup beritahu dimana kak Vando sebenarnya." Suara Ike mulai meninggi tidak mau bersabar sedikit.
Ike tahu kalau Nata pasti mengetahui keberadaan Vando. Ike tidak mau menunda lagi untuk mengetahu kondisi Vando. Ia berpikir Nata mencoba menghalangi dirinya untuk menemui Vando dengan melakukan berbagai cara untuk menghalanginya, salah satunya dengan mencoba menjelaskan sesuatu yang tidak Ike ketahui.
"Kalau Lo mau tahu dimana Vando ya harus dengerin penjelasan gue dulu!" Nata terpancing emosi.
Ia tidak terima dengan apa yang dikatakan Ike. Jujur, Nata merasakan sakit hati yang amat dalam melihat Ike begitu bersikukuh untuk tahu dimana Vando. Padahal orang yang ada dihadapan Ike adalah kekasihnya saat ini. Tidak bisakah Ike sedikit mengharagai perasaan Nata. Tidakah Ike tahu betapa sakit yang Nata rasakan saat ini, namun Nata tetap mencoba sabar dan menerima. Ia ingin mementingkan Vando terlebih dahulu. Ia tidak mau mementingkan kebahagiaannya diatas penderitaan Vando yang sedang berjuang melawan maut.
"Vando kritis." Dua kata yang di ucapkan Nata.
Dua kata tersebut tentu tidak terlepas dari pendengaran Ike. Ike mendengar dengan sangat jelas apa yang dikatakan oleh Nata. Ike tidak tahu apakah Nata sedang bergurau atau tidak, yang pasti Ike tidak bisa percaya begitu saja.
"Kakak jangan bercanda. Aku tahu kakak gak mau aku bertemu kak Vando kan. Ga bisa gini caranya kak."
Ike langsung menyerbu Nata dengan asumsinya yang sudah berada di ujung ubun-ubunnya. Ike tidak terima dipermainkan seperti ini. Ike semakin merasa tidak nyaman akan keberadaan Nata didepannya saat ini.
Nata yang mendengar apa yang Ike ucapkan benar-benar pias. Ia tidak pernah menduga Ike bisa berpikiran seperti itu. Ia tidak sepicik itu untuk menghalangi ceweknya berjumpa dengan cowok lain. Nata benar-benar sakit hati, namun ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Vando tetap menjadi prioritas Nata saat ini. Ia tahu mungkin Ike orang yang bisa bikin Vando melalui fase kritisnya.
"Lo dengerin gue dulu baik-baik." Nata bersuara dengan berusaha mengontrol suaranya agar tidak terdengar dipenuhi oleh emosi.
"Vando sakit Ke. Vando sakit keras. Enam hari yang lalu dia di operasi. Lo harus tahu di sakit parah. Selama ini dia menyembunyikan penyakitnya dari teman-temannya. Vando sedang berjuang melawan maut Ke. Lo harus paham."
Dengan suara yang cukup tenang Nata menjelaskan kondisi Vando, meski tidak disampaikan sakit apa yang diderita Vando. Nata berharap Ike bisa sedikit mengontrol emosinya agar bisa mencerna informasi yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Jangan bikin sandiwara kak. Gak lucu. Semakin sering kaka bikin sandiwara semakin ketahuan jati kakak yang sebenarnya." Ike emosi mendengar apa yang di ucapkan oleh Nata. Ia tidak bisa menerima cerita yang dilontarkan oleh Nata. Ike tidak bisa percaya dengan apa yang baru keluar dari mulut kekasihnya itu.
"Ke, lo harus percaya sama fakta ini. Vando sakit kanker paru-paru. Dia kritis. Dia butuh doa kita. Tolong tenang Ke." Nata yang tidak tega melihat Ike meraung-raung mendengar apa yang baru ia sampaikan.
Nata mendekat kemudian mendekap tubuh Ike yang mungil. Nata merasakan sakit yang luar biasa, bukan lagi perasaan cemburu. Nata sadar bahwa perasaan Ike tidak lagi tertuju untuk dirinya. Nata sadar setelah melihat betapa terpukulnya Ike mendengar kabar tentang Vando. Ike terlihat begitu berantakan.
Ike hanya bisa menerima pelukan yang diberikan Nata tanpa membalasnya sedikitpun. Ike benar-benar terpukul mendengar kabar mengejutkan tentang kondisi Vando yang sedang berjuang melawan ajal. Ike tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ike hanya bisa menangis sekencang-kencangnya untuk meluapkan semua emosi yang memenuhi hatinya. Ike sudah tidak lagi peduli akan tatapan aneh dari orang yang melintas. Ike hanya tidak bisa membayangkan berbagai kemungkinan tentang kondisi Vando yang ternyata mengidap penyakit mematikan. Ike tidak pernah berpikir orang seusil dan sejahil Vando ternyata menghadapi beban hidup yang sedemikian berat.
Ike merasa menyesal telah memandang rendah Vando. Ia pernah mencaci Vando dengan kata-kata yang tidak pantas. Ike tidak bisa melupakan semua itu. Ia merasa bersalah. Vando sudah melukiskan sedemikian banyak warna dalam kisah hidupnya, namun ia tidak pernah bisa melihat sisi sebenarnya yang ada dalam diri Vando. Dari Vando, Ike jadi belajar bahwa mencintai bukan hanya soal melihat dan mendengar tapi bagaimana kita merasakan dan mengerti. Demikianlah cinta, selalu banyak misteri disetiap kisahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Feeling (Completed)
Teen FictionCOMPLETED Aku tidak bisa memilih mana yang terbaik dari dua pilihan yang sama baiknya. Aku memang egois, dengan menginginkan kalian berdua untuk terus bersamaku. Tapi kini aku sadar bahwa aku tidak bisa selamanya menggenggam dua hati yang terlalu ba...