Masih Adakah Harapan?

15 3 0
                                    


Jangan berharap terlalu banyak, itu bisa menyakitkan. Tapi jangan kehilangan harapan karena itu lebih menyakitkan.

Perasaan khawatir dan cemas menyelimuti hati Fernand dan Risa. Dua minggu sudah Vando dirawat di rumah sakit. Kondisi Vando memang perlahan terus membaik namun tidak dengan paru-parunya yang semakin lama akan berfungsi semakin tidak normal.

Alasan itu juga yang membuat Fernand dan Risa saat ini begitu cemas. Fernand dan Risa sedang menunggu Vando yang tengah menjalani operasi lobektomi. Operasi yang dilakukan untuk membuang lobus paru-paru yang sudah terkena kanker.

Fernand tidak bisa tenang sedikitpun. Ia begitu mencemaskan Vando. Ia hanya bisa berharap pada dokter-dokter yang sedang berjuang menyelamatkan nyawa anaknya. Ia terus merapal doa ditengah sunyinya lorong rumah sakit ini. Fernand belum siap untuk kembali kehilangan orang yang sangat ia sayangi. Ia tidak siap untuk berpisah dengan Vando.

Suara langkah kaki yang cepat terdengar nyaring menghiasi sunyinya lorong rumah sakit tempat Fernand dan Risa berada. Suara langkah kaki tersebut terdengar semakin mendekat.

"Ma, gimana hasilnya?" suara panggilan itu datang dari Nata yang baru saja kembali setelah pergi keluar sesaat setelah Vando masuk ruangan operasi.

Nata sudah tahu semuanya setelah diberitahu beberapa saat yang lalu. Hubungannya dengan Risa pun sudah membaik. Semua yang ia anggap kesalahan selama ini hanyalah sebuah kesalah pahaman.

Flashback on

Nata mengikuti Risa yang sudah lebih dulu meninggalkan ruangan Vando. Nata sebenarnya enggan untuk mengikuti kemauan Risa. Tapi ia sadar bahwa ia harus bicara dengan Risa.

"Nat, tolong kamu jangan bertindak kasar lagi pada Vando. Bagaimanapun juga dia sekarang adalah saudaramu."

Nata hanya diam tidak menjawab. Hatinya bergemuruh melihat mamanya yang bahkan sekarang lebih memilih untuk membela anak dari suaminya itu.

"Asal kamu tahu. Vando itu sakit. Sakit yang amat berat. Nyawanya dalam pertaruhan. Dia akan segera menjalani pemeriksaan lanjutan untuk menerima tindakan medis. Vando menderita kanker paru-paru stadium empat." Dan keluarlah semua penjelasan Risa atas kondisi anak tirinya yang sangat ia sayangi.

Nata kaget mendengar penjelasan dari Risa. Ia tertegun dan merasa bersalah atas perbuatannya pada Vando. Nata benar-benar menyesal telah memukul Vando dengan membabi-buta. Ternyata Vando yang terkenal jahil justru menyembunyikan penderitaan yang luar biasa.

"Nat, maaf atas semua kesalahan mama sama kamu. Mama bukan tidak pantas mendapatkan sebutan mama lagi. Mama benar-benar minta maaf." Tiba-tiba saja Risa mengucapkan permohonan maafnya disertai dengan lelehan air mata yang sudah memenuhi wajahnya.

"Mama minta maaf? Setelah semua mama meninggalkanku begitu saja demi lelaki lain? Apa pantas mama menyebutkan kata maaf itu?" Nata berapi-api tidak bisa menerima ungkapan penyesalan yang dilontarkan oleh mamanya.

Risa kaget dengan apa yang diungkapkan Nata. Ia tidak pernah selingkuh atau pergi ke pelukan lelaki lain. Ia memang sudah menikah lagi, tapi hubungannya dengan Fernand terbangun setahun setelah perceraiannya dengan papa Nata.

"Itu hak kamu Nat. Mama tahu mama tidak pantas di maafkan. Tapi tolong, jangan benci mama dan kamu pelru tahu mama tidak pernah selingkuh dengan siapapun. Mama dan papa bercerai atas dasar kesepakatan bersama karena mama dan papa merasa sudah tidak bisa lagi berjalan di jalan yang sama. Mama dan papa tidak mau mengorbankan perasaan masing-masing dengan terus bertahan dalam keterpaksaan. Mama tidak pernah bercerai karena mama punya lelaki lain."

Dan semua penjelasan itu mengalir begitu saja dari bibir Risa. Ia menjelaskan semuanya dengan gamblang dan jelas. Ia ingin Nata tahu. Ia ingin Nata paham dan bisa menerimanya lagi sebagai mamanya.

"Kalian mementingkan perasaan kalian masing-masing tetapi nmengorbakan aku yang masih kecil? Aku yang masih butuh perhatian lebih dari mama dan papa? Orang tua macam apa kalian?" Nata bisa menerima penjelasan Risa yang tidak pernah berselingkuh dengan lelaki lain. Tapi fakta baru akan alasan perpisahan orang tuanya membuat Nata merasa kecewa dan kesal dalam waktu yang sama.

"Maafin mama Nat. Mama menyesal. Tolong maafin mama."

Risa menangis dan sedikit meraung menghadapi kenyataan melihat anak lelakinya yang kini sudah beranjak dewasa tidak bisa menerimanya bahkan terlihat amat membenci dirinya.

Nata sangat emosi menerima kenyataan baru tersebut. Otaknya berkata bahwa ia tidak bisa memaafkan semua ini namun hatinya tidak bisa berbohong bahwa ia sudah sangat merindukan mamanya. Perlahan Nata ikut berjongkok, menatap mata mamanya yang sudah sembab oleh air mata kemudian ia mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk tubuh mamanya yang sudah begitu lama ia rindukan.

Flashback Off

"Sini Nat" Risa memanggil anaknya untuk mendekat.

"Operasinya masih belum selesai. Tolong bantu doa ya." Fernand yang berbicara meminta Nata untuk ikut membantu berdoa demi keselamatan Vando.

Diantara ketiga orang yang sedang menunggu operasi tentu saja Fernand yang terlihat paling berantakan. Beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dengan lelap lantaran otaknya tidak bisa diajak untuk beristirahat. Vando selalu menjadi objek yang hadir dalam setiap pikirannya.

Kreettt

Tiba-tiba saja beberapa dokter keluar dari pintu yang menghubungkan dengan ruang operasi tempat Vando berbaring saat ini. wajah doktet tersebut terlihat begitu lelah setelah menjalani operasi yang berat.

"Gimana dok? Anak saya selamat kan? Operasinya berhasil kan?" Fernand langsung beruntun menanyakan hasil operasi yang sudah sejak tadi membuatnya begitu gundah. Fernand sudah tidak sabar untuk mendapatkan kabar bahagia dari dokter yang menangani Vando.

Terlihat dokter itu menghela nafas sesaat. Ia berusaha terlihat tenang. Sang dokter menarik ujung bibirnya untuk memberikan sedikit senyuman yang terlihat amat kaku.

"Gimana dok, tolong beritahu saya bagaimana kondisi Vando." Fernand yang telrihat amat khawatir dengan kondisi anaknya kembali bersuara membuat dokter tersebut semakin salah tingkah meski berusaha ditutupi dengan ketenangannya.

"Bapak tenang dulu." Dokter tersebut membuka suara. Ia meminta Fernand agar bisa sedikit lebih tenang.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin yang kami bisa. Kami sudah melakukan operasi lubektomi dengan baik." dokter tersebut sedikit menjeda ucapannya.

Fernand merasa sedikit tenang mendengar kabar bahwa operasinya berjalan dengan baik. ia bisa menerbitkan senyumannya sebagai tanda bahwa ia amat bersyukur.

"Kami mohon maaf, saat ini Kondisi Vando masih kritis. Saya minta bapak dan ibu terus berdoa agar Vando bisa segera sadar dan bebas dari masa kritisnya"

Seperti suara petir yang menggelegar, ucapan dokter sukses membuat Fernand dan Risa semakin tidak tenang. Raut pasrah dan khawatir menyelimuti keduanya. Nata yang ada disisi mamanya hanya bisa merangkul tubuh mamanya untuk menyalurkan ketenangan meski ia pun juga khawatir dengan kondisi sahabat kecilnya.

Bagaimanapun kondisi Vando, tidak pantas untuk Fernand kehilangan harapan. Ia selalu berharap akan melihat kembali tawa lepas Vando kecil. Ia selalu yakin bahwa Vando akan sembuh dan kembali bertingkah seperti Vando yang ia kenal. Pada akhirnya, kita tidak bisa berharap terlalu banyak, itu bisa menyakitkan. Tapi jangan kehilangan harapan karena itu lebih menyakitkan.

_____

Selamat malam minggu bagi yang menjalankan :). semoga kalian semua bahagia dengan apapun keadaanya malam ini.

Unconditional Feeling (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang