10th

116 19 0
                                    

Oh tidak jam pulang sekolah sudah tiba. Hal yang mungkin ditunggu-tunggu oleh Sham namun sangat menebarkan bagi Sheren.

"Gue harus bener-bener nyiapin jantung sumpah. Kemarin gue habis nolak tuh bocah dan sekarang gue harus duduk di satu motor sama dia. Duhh menggelinding nih jantung gue." Pikir-pikirnya selama membereskan alat perangnya (Alat tulis ujian). Saat ingin memasukkan ponselnya kedalam saku rok nya,tiba-tiba ponsel itu bergetar.

Sebuah notifikasi dari orang yang membuat jantung Sheren sedikit terganggu.

Kak Sham

Gue tunggu di atas

Lo keatas aja

Oke kak

Sekolah Sheren memiliki tanah yang tidak datar. Hmm bisa dibilang miring. Parkiran ada dibawah dan Sham memerintahkan Sheren untuk menunggu di atas saja. Sangat baik hati.

Diatas motor metic milik Sham mereka sekarang. Keheningan yang terasa sampai sejauh ini. Bingung,ya bingung yang sebenarnya Sheren rasa. Dia tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Hingga suara yang sangat Sheren kenal itu memecah keheningan.

"Gimana ujian lo?" tanya Sham pada Sheren.

"Ya,gitu deh." Jawabnya.

Hening kembali.

'Duhh gue tanya balik gak ya?canggung banget sumpah.' Batinnya,dan akhirnya Sheren tidak mengeluarkan satupun pertanyaan dari mulutnya. Hanya klakson mobil yang terdengar riuh ditelinga dua orang ini. Bukan Sham kalau tidak bisa mencairkan suasana. Lelaki itu mulai membuka ceritanya dari apa yang ia lakukan,apa yang ia senangi,menanyakan Sheren mengapa suka sekali menulis,menanyakan Sheren tentang guru pengawas yang hari ini masuk,menirukan gaya guru killer ngawas,hingga klakson mobil tak lagi terdengar di gantikan gelak tawa sepanjang perjalanan. Ahh ya,bahagia yang Sheren rasa saat itu.

"Kok ada yang aneh ya ?" tanya Sham pada Sheren,merasa ada yang aneh dengan motor yang mereka kendarai.

"Aneh gimana kak?" Tanya Sheren was-was.

Mewanti-wanti respon Sheren,"Aduhh ban motornya bocor deh kayaknya."

Speechless. Huhh Sheren menarik nafasnya. Hadohhh panik guys,Sheren panik sebenarnya cuma pura-pura tenang aja. Sham membawa motornya menepi. Oh ya,jalan menuju rumah Sheren sudah dijelaskan jauh-jauh hari itu dapat menghabiskan waktu 30 menit dan yang di lalui adalah pepohonan. Jelas sekarang mereka ada di bawah pohon. Jangan liar pikirannya tolong,mereka gak lagi di hutan,rumah Sheren memang tidak berada di pusat kota. Jadi ya gitu,sepanjang perjalanan hanya pepohonan.

"Telpon abang lo suruh jemput,biar gue nyari bengkel." Ucap lelaki itu. Tunggu,nyari bengkel ditengah pepohonan,ohh Sham lo harus mundur beberapa kilometer supaya dapat bengkel. Mana mungkin Sheren sanggup meninggalkan Sham sendirian.

"Hmm,kita sama-sama aja nyari bengkelnya kak,gak mungkin juga gue biarin lo sendirian kayak orang bego nyari bengkel. Lagian semua gara-gara gue,kalau elo gak ngantar gue,gak akan lo ngerasain bocor ban begini." Tawar Sheren.

"Udah,lo telpon abang lo sekarang,masalah gue gak usah dipikirin,gue mah gampang entar. Sekarang yang penting itu elo. " Jawabnya.

"Dan lo,jangan pernah bilang ini salah lo,karena semuanya pure salah gue. Kalau gue gak ngajak lo pulang bareng,sekarang pasti lo udah santai di rumah." Tambah Sham lagi.

Diam. ' benar juga ya,kalau seandainya gue gak balik bareng nih cowok bisa di pastikan gue udah santai dikamar nonton drama korea atau enggak nontonin emak gue ceramah.' Batinnya berbicara.

190 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang