15th

70 10 1
                                    

Biarkan aku berfantasi dengan imajinasiku sendiri.

Memantapkan hati bahwa kau lah yang benar ku nanti,

Hingga aku lupa bahwa perpisahan bisa saja terjadi.

__________________________________________________________________________

Kak Sham

Itu ucapan maaf dari aku karena gak bisa nganter Kamu sampek rumah waktu itu

Sebuah notif dari kakak kelas yang mengganggu konsentrasinya selama pensi tadi masuk melalui whatsapp. Ya, wajar aja belum di bales, Sheren lagi di dalam angkot dan si ponselnya di silent dan berada di dalam tas. Udah kebaca kan siapa yang ngasih tuh coklat? Ya jelaslah, gebetan Sheren juga Cuma satu doang, pasti kebaca siapa yang ngasih. Lagian nih ya, Cuma Sham yang mau sama Sheren, yang lainnya pada ngacir Cuma gara-gara nih anak kalau balas chat tuh suka nyebelin.

Sesampainya di rumah, Sheren langsung merogoh isi tas nya dan mencari coklat itu. Memandangi segala sudut bungkus coklat yang sedang ia genggam, berharap akan ada petunjuk tentang pengirimnya. Namun semuanya nihil. Mustahil banget tuhh curut jadi romantis pakek ngirim-ngirim surat segala aelahhh wkwk. Ia menyerah dan memutuskan untuk membenah diri, dan langsung shalat ashar. Konyol tapi beneran ada nih manusia kayak gini. Tau gak Sheren doa apa?

"Ya Allah, berilah hamba petunjuk untuk menemukan pengirim coklat rahasia itu ya Allah." Fix, author gak nyangka nih tokoh beneran bego atau gimana. Selesai shalat, Sheren memutuskan untuk membersihkan rumah, tanpa mengingat sedikitpun tentang ponselnya yang barangkali ia ingin mengecek sosial media nya, atau apalah. Namun sore itu, ia sama sekali tak berniat untuk menyentuh benda pipih itu. Dasar Sheren. Shalat maghrib pun tiba, ia melaksanakan shalat itu dan melontarkan doa yang sama. Setelah menyelesaikan ibadahnya, lagi-lagi ia tak berniat mencari benda pipih itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama kakak gembulnya.

" Daritadi abang WA kok gak di bales?" tanya Regi saat mereka bertemu di ruang makan.

"Ha?emang abang ada WA Sheren?" tanyanya bingung.

"Ada. Tadi mau nanya lu pulang sekolah jam berapa, biar gue jemput sekalian."

" Ohh iya, lupa. Gue belum ada ngecek hp selepas pensi tadi. Malu soalnya. Pasti bakal banyak yang ngechat ngetawain gue gara-gara tadi pas nyanyi gue salah lirik." Jawab Sheren sambil mengambil piring yang ada di rak.

" Lagian, lu udah tau nihh mau tanding, tapi masih aja bodoamat. Ingat ya, dirumah lu boleh jadi adek gue, kalau di luar jangan pernah manggil gue abang. Malu gue, punya adek kok bego-bego amat." Ucap Regi panjang lebar sambil menoyor kepala Sheren.

"Aelah bagusan juga gue salah lirik, daripada elu di tolak cewek pas birthday party yang sweet seventeen pula." Ucap Sheren sambil nyengir tak berdosa.

"Selain bego, lu juga bangsat ternyata"

" Ehhh, ngomong sama adeknya gak boleh gitu ahhh." Ucap Sheren yang semakin memancing kemarahan Regi.

"Lu ngomong sekali lagi, nihh sambel gak segan-segan gue taburi di bibir lu"

"Santuy abang gembul, adikmu yang cute ini akan berhenti berbicara," sambil ngakak.

"Ihhh emang dasar ya, amit-amit."

Setelah melesaikan ritual makan malam, Sheren bergegas ke kamar dan berniat untuk mengecek benda pipih yang sudah beberapa jam menghilang dari ingatannya,

"Wawww, gak nyangka beut, biar kata gue jomblo masih banyak aja nih notif pada masuk." Ucap Sheren saat melihat beberapa notif yang tertera di layar ponelnya. Ia menelusuri satu persatu nama kontak dan berhenti di sebuah nama "Kak Sham" pesan dari Sham adalah pesan pertama yang ia buka.

190 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang