Part 01

15K 522 10
                                    

Keesokannya, Kanaya benar-benar datang di kantor Steven dengan pakaian rapi, beserta beberapa map yang berisi data riwayatnya termasuk ijazanya. Bibir tipisnya tak henti-hentinya tersenyum, menunggu Steven datang dari arah gerbang kantor. Mata mungilnya berbinar dengan sesekali melirik semua orang yang datang berlalu lalang di hadapannya.

Di saat seperti ini, Kanaya justru berpikir aneh tentang dirinya bila saja ia melanjutkan pendidikannya sedikit lebih tinggi lagi, mungkin pekerjaan karyawan bisa ia sandang dengan sangat mudah, yang tentunya dengan posisi itu bisa membuatnya lebih dekat dengan sosok Steven yang dikaguminya. Meski sebenarnya Kanaya tak terlalu berharap akan hal itu, andai kata ia diterima sebagai cleaning service pun ia akan tetap bersyukur.

Cukup lama menunggu, akhirnya mobil yang kemarin Steven tumpangi itu datang, membuat bibir Kanaya semakin sumringah melihatnya. Dengan cepat, Kanaya berjalan ke arah mobil tersebut untuk menyapa pemiliknya.

"Selamat pagi, Om." Kanaya menyapa hangat sembari tersenyum ceria ke arah Steven yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Pagi," jawab Steven ragu.

"Kamu yang kemarin kan?" tanyanya tak yakin, yang langsung diangguki semangat oleh Kanaya.

"Iya, Om. Naya ke sini mau melamar Om," jawab Kanaya antusias, membuat Steven mengerjapkan matanya takut salah dengan pendengarannya.

"Kamu mau melamar saya?" tanya Steven ragu, membuat Kanaya yang mendengarnya seketika mendelik tak mengerti, meski pada akhirnya gadis itu justru tertawa manis.

"Maksudnya, Naya mau melamar pekerjaan di kantornya Om." Kanaya melarat ucapannya, membuat Steven yang mendengarnya seketika bernafas lega lalu menggelengkan kepalanya begitu pelan, merasa tak percaya dengan gadis semacam Kanaya.

"Kalau begitu, kamu boleh ikut saya ke ruang HRD. Nanti, saya akan menanyakan pekerjaan apa yang tepat buat kamu ya."

"Siap, Om." Kanaya menjawab bersemangat, yang hanya ditanggapi senyum hangat oleh Steven yang mulai melangkah dan diikuti Kanaya di belakangnya.

Selama di perjalanan, Kanaya cukup menyita perhatian warga kantor karena berjalan di belakang bos besar. Namun tak hanya itu yang menjadikannya bahan tatapan, selain bisa sedekat itu oleh Steven, kecantikan Kanaya turut menyita banyak pasang mata, terutama para Jaka yang belum menikah.

Semua itu terlihat dari para karyawan lelaki yang memandang tak percaya ke arah Kanaya, terlebih lagi gadis itu selalu tersenyum hangat ke semua orang, memberinya nilai tambah akan pesonanya yang sudah cukup menawan.

Sesampainya di ruang HRD, Steven langsung disambut oleh pegawainya. Sorot matanya yang selalu menyiratkan ketegasan, seolah mampu mengitimidasi semua orang untuk selalu ramah dan sopan. Terlebih lagi untuk seluruh pegawainya, termasuk lelaki yang umurnya lebih tua yang berdiri di depan Steven sekarang.

"Selamat pagi, Pak." Lelaki itu menyapa sopan sembari tersenyum hangat. Sedangkan Steven hanya mengangguk seperti biasanya, acap kali pegawainya menyapanya.

"Pak Anwar, saya minta tolong sama anda untuk mencarikan pekerjaan yang cocok untuk gadis ini. Apa saja dia mau, meskipun menjadi cleaning service sekalipun." Steven berujar dingin sembari menunjuk ke arah Kanaya yang tersenyum ramah ke arah lelaki yang disapa Pak Anwar tersebut.

"Maaf, Pak. Untuk bagian cleaning service kan sudah penuh."

"Pekerjaan yang lain mungkin ada?"

"Maaf, Pak. Untuk sementara ini belum ada." Lelaki itu menjawab penuh bersalah, membuat Kanaya tertunduk kesal dan lelah. Karena pada kenyataannya usahanya harus gagal, bahkan sebelum gadis itu berusaha semaksimal mungkin.

Om, nikah yuk! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang